Sabtu, 08 Desember 2012

Gereja Dan Calon Katekis by Yohanes Eko Priyanto Wina


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Umat Allah atau yang biasa disebut dengan Gereja, kini telah mengalami perkembangan yang sangat baik. Umat semakin menyadari persatuannya dengan Allah sebagai Sumber Kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari, bukan hanya jumlah awam yang semakin bertambah, semakin banyaknya orang yang dibaptis, tetapi juga dapat dilihat dari semakin banyaknya minat kaum muda katolik yang ingin menjadi pewarta Sabda Allah atau guru agama (katekis). Bagi calon katekis, mengembangkan Gereja dan mewartakan Sabda Allah menjadi tugas yang tidak mudah. Calon katekis harus bisa memaknai Gereja dalam dirinya. Selain masih mengenyam pendidikan maupun melalui keterampilan khusus, calon katekis harus bisa memahami terlebih dahulu Sabda Allah terutama Yesus Kristus, kemudian mewartakanNya ditengah-tengah umat yang saat ini mengalami perubahan hidup akibat modernisasi.
Sebelum mengembangkan Gereja, calon katekis harus bisa memahami terlebih dahulu mengenai Gereja. Apa itu Gereja, Gereja seperti apa yang dimaksud, peranan katekis bagi Gereja dan lain-lain. Bagi calon katekis yang sedang menghayati hidup bersama dalam proses sosialisasi dirinya, harus diajak untuk menyadari dan menghayati hidup bersama secara khusus sebagai Gereja. Dengan harapan supaya mereka sungguh dapat memaknai Gereja dalam diri pribadinya. Gereja memiliki pengertian berbeda bagi masing-masing individu, meskipun inti dari Gereja adalah sama yaitu Gereja sebagai Umat Allah. Sebagai calon katekis, ia juga harus menyadari bahwa ia adalah Gereja. Ia adalah orang yang terpanggil menjadi pelayan Sabda Allah bagi umat saat ini.
Gereja adalah sebuah kata yang tidak asing lagi didengar. Gereja sering diucapkan oleh banyak orang dan salah satunya adalah calon katekis dalam kehidupan saat ini. Namun, Gereja seperti apa yang dimaksud? Apakah gereja itu hanya sebagai tempat (bangunan) untuk beribadat? Atau Gereja itu merupakan jemaat Allah? Untuk itu perlu adanya penjelasan khusus mengenai Gereja bagi kehidupan orang saat ini termasuk bagi calon katekis. Untuk saat ini, calon katekis mengalami perkembangan jumlah yang baik. Namun disatu sisi, karena perkembangan globalisasi telah mempengaruhi kehidupan calon katekis dan dalam memaknai Gereja dalam dirinya. Sehingga pemahaman Gereja dalam dirinya menjadi sangat kurang. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian pemahaman yang lebih kepada calon katekis tentang Gereja supaya mereka sungguh dapat memahami, menghayati dan mengembangkan Gereja disituasi yang serba modern saat ini.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa arti dan makna Gereja sebagai Umat Allah?
2.      Apa itu calon katekis dan katekis?
3.      Bagaimana hubungan Gereja dengan calon katekis?

C.  TUJUAN
Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui tentang makna Gereja sebagai Umat Allah bagi calon katekis saat ini, mengetahui tentang calon katekis dan katekis serta hubungan calon katekis dengan Gereja. Dengan adanya penulisan ini, diharapkan supaya kita dan khususnya bagi calon katekis dapat sungguh memahami tentang Gereja serta dapat mengembangkannya dan mewartakan Sabda Allah ditengah-tengah umat.




BAB II
MAKNA GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH
BAGI CALON KATEKIS DEWASA INI


A.  ARTI DAN MAKNA GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH

Gereja merupakan hasil karya Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, Gereja hanya sebuah kumpulan atau organisasi manusia biasa. Kumpulan manusia yang membuat dan menjadikan Gereja adalah karena adanya kegiatan Roh yang selalu menaungi kehidupan didalamnya. Dan Roh itu adalah Roh Kudus.  Melalui hasil karya Roh Kudus, Gereja dapat dipahami sebagai kerangka karya keselamatan Allah kepada umatNya.
Dalam perjalanan hidup Gereja, Gereja merupakan hasil dan karya keselamatan Allah yang sudah dimulai sejak Perjanjian Lama. Allah memilih umat Israel dan mengumpulkannya serta membuat umat itu menjadi sebuah bangsa yang terpilih. Bangsa yang terpilih berarti Allah sendiri yang memilih bangsa itu untuk memulai karya keselamatanNya kepada umatNya.
Langkah yang lebih jelas kearah pembentukan Gereja adalah dengan kedatangan Yesus yaitu Sabda yang menjadi manusia yang tampil ditengah-tengah umat Israel. Dalam kehadiran dan karyaNya ditengah umat Isarel, Yesus mewartakan kerajaan Allah dan melakukan mujizat-mujizat serta memberi peneguhan hidup kepada umat bahwa Kerajaan Allah sudah datang. Disalah satu pihak banyak umat yang tidak percaya dan menolakNya. Meskipun demikian karya pewartaanNya juga banyak diterima oleh banyak orang dan mereka menjadi pengikutNya. Terbentuklah suatu kelompok khusus disekitar Yesus, yang dipilih oleh Yesus sendiri dan dijadikan sebagai saksiNya untuk meneruskan tugas perutusan Yesus. Kelompok khusus itu ialah para rasul. Para rasul inilah yang kemudian mewartakan Sabda Allah yang berpusat pada Yesus ke seluruh penjuru dunia setelah sengsara, wafat dikayu salib dan kebangkitan Yesus serta kenaikanNya ke surga. Melalui para rasul ini, pembentukan Gereja semakin nampak nyata karena pewartaan mereka sungguh diterima dengan baik oleh umat manusia.
Yesus mengutus Roh Kudus kedalam Gereja sebagai tanda kehadiranNya ditengah-tengah umat. Dengan kehadiranNya, Gereja semakin dipersatukan dalam persekutuan bersama Allah. Allah tetap berkarya dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Gereja terutama karena Gereja tetap memiliki dosa. Namun, Gereja dalam naungan Roh Kudus yang percaya pada Yesus Kristus akan tetap selalu dibantu olehNya sehingga Gereja tetap dalam persatuanNya. Gereja dipanggil untuk menjadi pewartaNya demi Kerajaan Allah di seluruh dunia. Karena karya Allah tidak terbatas pada Gereja saja melainkan Gereja diajak untuk ikut ambil bagian dalam pewartaan keselamatan Allah bagi dunia.

A.1  Asal Usul dan Arti Kata Gereja
Bila kita mendengar kata Gereja, apa yang muncul dalam pikiran kita? Mungkin secara spontan kita akan mengartikan bahwa gereja itu merupakan tempat ibadat bagi umat kristiani. Kita juga sering mengartikannya sebagai sebuah bangunan.  Dalam kehidupan ini, tidak jarang juga kita mendengar orang berbicara tentang Gereja. Tidak hanya umat kristiani saja, melainkan juga umat lain yang nonkristiani. Namun tanpa mereka sadari, mereka juga sulit untuk mengartikan Gereja yang sesungguhnya. Bagi orang yang belum pernah menerima materi atau pengetahuan tentang Gereja, mungkin jawaban yang mereka beri bahwa Gereja adalah tempat ibadat merupakan penjelasan yang tepat bagi mereka. Namun kita yang sudah memperoleh pengetahuan tentang Gereja hendaknya dapat memberi argument, penjelasan atau penggambaran yang tepat mengenai Gereja. Oleh karena itu, kita perlu mengenal dan mengetahui terlebih dahulu arti dan asal kata Gereja, dari manakah kata Gereja itu berasal.
Kata Gereja berasal dari bahasa Yunani yaitu ekklesia yang berarti “kumpulan” atau “pertemuan”. Gereja atau ekklesia merupakan kelompok orang yang sangat khusus atau istimewa yang berarti bahwa Gereja merupakan sebuah persekutuan khusus antara umat dengan Allah (Gereja adalah Umat Allah). Kata Gereja dibawa ke Indonesia oleh para misioneris Portugis yaitu yang berasal dari kata igreja. Kata tersebut merupakan ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia. Sering kali juga dipakai kata jemaat atau umat. Namun, jemaat yang dimaksud disini ialah jemaat yang sangat istimewa. Oleh karena itu, ada baiknya kalau memakai kata Gereja atau ekklesia saja. Kata Yunani ini berasal dari kata yang berarti “memanggil”, yaitu Gereja adalah umat yang dipanggil Allah.

A.2  Makna Gereja sebagai Umat Allah
Gereja atau ekklesia merupakan kata yang biasa dipakai pada zaman para rasul. Dari cara memakainya, kelihatan bagaimana mereka memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan diantara mereka. Mereka juga terkadang berkata “Gereja Allah” atau “Jemaat Allah” yang kiranya sesuai dengan cara bicara orang Yahudi. Mereka menjadi jemaat atau Gereja karena iman akan Yesus Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitanNya. Gereja adalah jemaat Allah yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus dengan semua orang di segala tempat (1Kor 1:2). Seiring dengan perkembangan zaman, Gereja semakin dimaknai sebagai Umat Allah. Umat Allah merupakan sebuah istilah dari Perjanjian Lama dan hal yang paling menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat pilihan Allah. Hal ini berarti bahwa Gereja merupakan umat yang dipilih oleh Allah sendiri untuk karya keselamatan manusia.
Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan. Umat beriman, baik yang menerima imamat (pastor, uskup) maupun tidak menerima imamat (kaum awam, katekis, suster, dll) mempunyai peranan yang berarti dalam mengemban dan meneruskan karya Yesus saat ini. Mereka dipanggil oleh Allah sendiri untuk mengembangkan Gereja dan mewartakan Injil ditengah situasi zaman yang serba modern saat ini. Dalam Roh Kudus, Gereja senantiasa dibimbing dalam tugasnya sehari-hari untuk tetap bertekun dalam melaksanakan perutusan dari Yesus untuk selalu mewartakan Kabar Gembira ke seluruh bangsa. Seperti Yesus sendiri bersabda: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19).
Umat Allah semata-mata karena hasil dari karya Allah sendiri. Umat mulai dipersatukan dalam sejarah Perjanjian Lama, dimana Allah mengumpulkan umatNya dan menjadikan bangsa itu menjadi bangsa yang terpilih. Perkumpulan umat inilah yang kemudian pada Perjanjian Baru mencapai kepenuhan dengan membentuk sebuah persekutuan umat yang lebih jelas dengan kehadiran Yesus ditengah-tengah bangsa Israel. Dengan kehadiran Yesus ini, perkumpulan umat tersebut boleh dikatakan sebagai Gereja. Gereja semakin tumbuh dan berkembang serta mengalami persatuaannya bersama Kristus Yesus. Memang kata Umat Allah sedikit kabur, tetapi kata ini dipakai agar Gereja tidak dilihat secara yuridis dan organisatoris melulu. Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan yang sudah dimulai dengan panggilan Abraham. Gereja yang merupakan Umat Allah dipanggil supaya karya keselamatan sungguh terlaksana dalam diri umat manusia. Dalam hubungannya dengan umat manusia, sekaligus jelas pula bahwa Gereja itu majemuk: “Dari bangsa Yahudi maupun kaum kafir Allah memanggil suatu bangsa, yang bersatu padu bukan menurut daging, melainkan dalam Roh”. Roh Kudus merupakan sumber kesatuan Gereja yang sesungguhnya, yang mempersatukan semua oleh rahmatNya. Memang dalam Gereja itu ada unsur organisatoris dan komunikasi antara manusia sebagai sifat insani kehidupan Gereja. Namun, kesatuan organisatoris bukanlah sebuah penjamin kehidupan dan keselamatan Gereja. Untuk itu perlu adanya segala komunikasi dan kegiatan Gereja yang berasal dari Roh untuk selalu menggerakkan Gereja dalam upaya karya keselamatan.
Bagi calon katekis, dirinya adalah Umat Allah. Melalui pembaptisan mereka dipersatukan menjadi putera dan puteri Gereja, dalam karunia Roh Kudus untuk menjalin hubungan dengan Allah Bapa. Dalam pembaptisan itu pula, mereka menjadi manusia baru yang siap menjadi anggota Gereja, dengan Yesus sebagai Guru Teladan mereka. Mereka dipanggil untuk karya pewartaan Sabda Allah ditengah-tengah umat. Maka, calon katekis merupakan orang yang melalui pembaptisan bersatu dengan Allah Trinitas dipanggil dan dipersiapkan untuk menjadi pewarta Sabda Allah ditengah-tengah umat demi keselamatan semua orang.
Seperti yang kita ketahui bahwa pandangan Gereja sebagai Umat Allah muncul bersamaan dengan adanya Konsili Vatikan II. Gereja merupakan Umat Allah yang seluruh anggota Gereja terlibat secara aktif melanjutkan misi dan karya keselamatan Yesus. Sebutan Umat Allah oleh Konsili Vatikan II amatlah penting, khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan karya Allah yang konkrit. Perlu disadari juga bahwa Gereja adalah kelompok dinamis yang keluar dari sejarah dan kasih Allah dengan manusia. Pandangan Gereja sebagai Umat Allah membawa banyak gagasan baru terhadap kehidupan saat ini. Gagasan baru tersebut yakni:
a.    Memperlihatkan sifat hitoris Gereja yang hidup “inter tempora” yakni Gereja dilihat menurut perkembangannya dalam sejarah keselamatan dibawah dorongan Roh Kudus. Gereja senantisa berada dalam naungan dan keselamatan dari Allah Bapa yang dimulai pada Perjanjian Lama hingga mencapai kepenuhannya dalam Yesus di Perjanjian Baru, serta selalu memberikan semangat dan pewartaan untuk umat manusia saat ini supaya umat manusia sungguh dapat mengalami keselamatan kekal dari Allah. Segi organisatoris Gereja tidak terlalu ditekankan lagi, tetapi sebagai gantinya ditekankan segi kharismatisnya. Gereja berkembang dari bawah, dari kalangan umat sendiri.
b.    Menempatkan hierarki dalam keseluruhan Gereja sebagai suatu fungsi, sehingga sifat pengabdian hierarki menjadi lebih kentara. Hierarki mempunyai tugas pelayanan sehingga hierarki tidak ditempatkan di atas umat melainkan di dalam umat.
c.    Memungkinkan pluriformitas dalam hidup Gereja, termasuk pluriformitas dalam corak hidup, ciri-ciri dan sifat serta pelayanan dalam Gereja.


B.  Calon Katekis dan Katekis
B.1  Calon Katekis
Calon katekis adalah umat beriman kristiani yang melalui pembaptisan dalam Yesus dipilih, dipanggil dan dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan maupun keterampilan tertentu untuk menjadi seorang pewarta Sabda Allah kepada umat. Mereka dipilih untuk menjadi saksi Kristus, dipanggil untuk berkarya dalam tugas pewartaan dan dipersiapkan secara matang supaya menjadi katekis yang handal sebagai saksi Kristus dan pewarta Inji. Katekis yang melalui pendidikan (di Perguruan Tinggi) yang menerima segala pengetahuan dari para dosen dan dengan inisiatif sendiri mencari pengetahuan, dipersiapkan untuk menjadi katekis yang sungguh dapat melayani sesuai dengan kebutuhan di kalangan umat. Untuk itu diperlukan sikap semangat, tekun, kerja sama, iman yang kuat untuk selalu bertahan dalam menjalankan panggilan dan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Selain yang memperoleh pendidikan di Perguruan Tinggi, ada juga calon katekis yang dipersiapkan secara khusus dengan suka rela untuk membantu tugas pelayanan umat dan mewartakan Sabda Allah. Calon katekis tersebut memperoleh pendidikan kursus yang biasanya bergerak dibidang pengajaran agama untuk wilayah yang bersifat terbatas. Melalui kursus tersebut, mereka siap bekerja sebagai rasul awam atas dasar kesukarelaan untuk membantu tugas pelayanan dan pewartaan.  
Calon katekis inilah yang nantinya akan menjadi katekis yang sungguh berguna dalam tugas pewartaan di tengah-tengah umat. Menjadi seorang katekis profesional tidaklah segampang yang kkita pikirkan. Perlu adanya perjuangan yang kuat, iman yang teguh terhadap pangilan yang telah kita terima. Bagi calon katekis yang nantinya akan menjadi katekis, hendaknya selalu siap dalam menjalankan panggilannya. Calon katekis seperti mempunyai karakteristik tersendiri karena ia menjadi seorang yang di panggil oleh Allah dalam tugas perutusannya. Layaknya seseorang yang di panggil untuk menjadi seorang pastor. Calon katekis ini dipersiapkan secara matang untuk menjadi katekis sejati yang selalu siap mengemban tugas untuk menjadi pewarta Sabda Allah kepada umat.
Untuk menjadi seorang katekis, calon katekis yang masih menerima dan menjalankan pendidikan hendaknya juga mempunyai spiritualitas yang baik terhadap panggilan yang diterimanya. Spiritualitas tersebut terlebih atas Sabda Allah yang nantinya akan ia wartakan kepada umat. Selain itu, spiritualitas bagi calon katekis bersumber pada Yesus Kristus, dalam karya dan pengajaranNya. Spiritualitas tersebut juga dapat mendorong calon katekis untuk tetap selalu bertahan dalam mempersiapkan diri untuk menjadi katekis yang handal. Spiritualitas bagi calon katekis yaitu:
Ø Kesetiaan terhadap Sabda Allah
Kesadaran mutlak bagi calon katekis perlu bertumpu pada Sabda Allah dan tetap setia terhadap Sabda Allah, tradisi Gereja, supaya calon katekis sungguh menjadi murid-murid Kristus yang sejati dan mengenal kebenaran. Hal ini dapat membantu calon katekis dalam tugas pelayanan kepada umat. Kristus yang adalah Sabda yang menjadi manusia menjadi pusat dalam hidup calon katekis karena pelayanan dan pewartaannya tidak epas dari Yesus Kristus.
Ø Sabda dan kehidupannya
Para calon katekis hendaknya juga senantiasa hidup dalam Sabda Allah. Sabda Allah menjadi sumber pewartaan kepada umat. Calon katekis mempunyai misi untuk selalu mewartakan Injil kepada umat, yang saat ini masih banyak yang belum mmengenal Yesus. Untuk itu, Sabda Allah harus selalu dihayati dalam kehidupannya demi pelayanan kepada sesama.

B.2  Katekis
Dalam kehidupan ini, sering kali kita mendengar banyak orang berkata tentang katekis. Mereka mengartikan katekis dengan aneka ragam pengertian, menurut pendapat mereka masing-masing. Ada yang mengartikan bahwa katekis itu juga merupakan guru agama yang mengajar agama katolik, ada yang berpendapat kalau katekis itu seorang yang melayani umat dalam hal iman dan katekis itu merupakan pembina iman. Namun ada juga yang mengartikan bahwa katekis merupakan petugas pastoral yang mewartakan Injil. Dari hal ini, terdapat banyak pendapat tentang pengertian katekis. Sebenarnya siapa itu katekis? Katekis adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Maka, profesi kehidupan seorang katekis adalah mengajar dan mewartakan Sabda Allah ditengah-tengah umat.
Dari pengertian tentang katekis, kita dapat mengetahui bahwa yang menjadi katekis tidak hanya kaum awam saja, para kleruspun adalah katekis. Para pastor paroki merupakan katekis utama (katekis dari para katekis) dalam parokinya yang bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang dipercayakan kepadanya. Namun tidak banyak pastor paroki atau katekis yang bekerja di paroki yang tekun dalam pengajaran dan pembinaan iman. Sehingga masih diperlukan katekis sebagai partner kerja pastor untuk menambah, membantu dalam tugas pelayanan dan pewartaan dalam mengembangkan iman umat terhadap Allah. Dalam hal ini, kita yang masih menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi, maupun yang dengan suka rela membantu tugas pelayanan dituntut lebih untuk menjadi katekis yang kritis dan handal dalam melihat situasi saat ini sebelum memberikan pelayanan ditengah-tengah umat yang sebagian besar mengalami perubahan akibat pengaruh globalisasi. Dalam praktik sehari-hari, pada umumnya seorang disebut katekis karena dia mempunyai pekerjaan yang khas, yakni mengajar agama walaupun sebenarnya dia juga harus bekerja dibidang pastoral lainnya. Namun, pelayanan katekis mempunyai tujuan utama yaitu agar hidup Gereja sebagai himpunan umat beriman semakin dewasa dalam penghayatan iman kepada Yesus.
Perlu untuk diketahui juga bahwa, panggilan menjadi katekis adalah panggilan luhur yang mengambil bagian dalam tugas pengajaran Yesus Kristus di dunia. Maka seorang katekis harus mempunyai sikap untuk mengamalkan apa yang diajarkan kepada umat beriman. Dia harus memberi contoh hidup apa yang diajarkan kepada umatnya. Dia menjadi batu penjuru bagi umat yang ingin mengetahui ajaran kristiani dan yang ingin mengenal Yesus sebagai penyelamat. Untuk dapat mengetahui mengenai katekis, maka ada baiknya kita mengenal beberapa kategori katekis. Kategori katekis yaitu sebagai berikut:
1.    Katekis Profesional
Katekis profesional adalah seorang yang karena pendidikan yang khusus menjalankan  tugas pewartaan dan tugas pastoral di wilayah/paroki. Karena pendidikan yang diperoleh, mereka mempunyai kecakapan khusus dalam berpastoral sehingga mereka dapat membantu tugas pelayanan atau pekerjaan pastoral. Selain itu, mereka juga mendapat pengurusan atau pengangkatan baik dari pemerintah atau Gereja setempat.
2.    Katekis Lokal
Katekis lokal atau biasa disebut dengan rasul awam adalah orang yang atas dasar panggilannya dengan sukarela membantu tugas-tugas wilayah untuk memberikan pelajaran agama dan membantu tugas pengurus wilayah. Mereka menjalankan tugas yang didasarkan pada karisma, bukan karena pendidikan akademis.
3.    Guru Agama
Guru agama adalah mereka yang memberi pelajaran di sekolah dan atau di paroki dalam bidang agama, khususnya kepada mereka yang ingin menerima sakramen permandian. Mereka dididik dalam sekolah-sekolah khusus, kursus dan akademik kateketik. Mereka mengambil bagian dalam pengutusan Gereja untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada semua orang. Maka tugas luhur ini menuntut pengetahuan, kepandaian mengajar, keyakinan dan teladan hidup.


C.  HUBUNGAN GEREJA DENGAN CALON KATEKIS
Seperti yang kita ketahui bahwa Gereja merupakan Umat Allah. Umat beriman yang dibaptis menjadi anggota persekutuan bersama Allah. Dalam Yesus, umat beriman dipersatukan dan dikuduskan. Umat dipanggil untuk tugas pewartaan Sabda Allah kepada semua bangsa di dunia. Gereja mempunyai hubungan yang khas dengan Yesus, karena Yesus menjadi pusat pengajaran Gereja pada umat dan Gereja merupakan murid-murid Yesus yang dipilih dan dipanggil untuk meneruskan karya dan pewartaan kepada semua orang. Yesus adalah Guru satu-satunya bagi Gereja. Hidup dan perkembangan Gereja berada ditangan Gereja itu sendiri yang adalah umat beriman pada Allah.
Gereja adalah Umat Allah. Umat memiliki tugas untuk meneruskan karya Yesus di tengah-tengah umat. Namun dalam kenyataannya, tidak semua umat dapat melaksanakan tugas pewartaan Sabda Allah. Untuk itu, diperlukan pewarta yang sungguh dapat melaksanakan tugasnya untuk meneruskan karya Yesus. Para hierarki, biara, dan kaum awam merupakan Umat Allah yang adalah Gereja, yang meneruskan misi perutusan dari Yesus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada semua orang. Mereka menerima perutusan dalam tugas pewartaan.
Hubungan Gereja dengan calon katekis sangat erat. Keduanya merupakan kesatuan umat beriman kepada Yesus. Calon katekis adalah Gereja. Mereka dibaptis menjadi anggota Gereja yang siap meneruskan karya pewartaan Yesus. Calon katekis memiliki tugas setelah ia menjadi katekis bahkan saat masih calon, ia pun memiliki tugas demi Gereja. Dalam kaitannya dengan Gereja, maka calon katekis memiliki tugas untuk mengembangkan Gereja. Perkembangan Gereja juga sangat bergantung pada usaha-usaha katekis dalam menyebarkan sabda penyelamatan Allah kepada manusia. Melalui katekis, Gereja dapat berkembang dan menyebar serta semakin bertambahnya orang yang bersatu dalam Yesus. Dengan semakin bertambahnya jumlah orang yang ingin menjadi katekis, maka Gereja juga akan semakin bertambah jika calon katekis atau katekis tersebut sungguh dapat menjalankan tugas pewartaan dengan baik.
Dalam mewartakan Sabda Allah, Gereja juga harus mempunyai pewarta yang dapat mewartakan Sabda Allah kepada semua orang, mengingat perkembangan zaman yang semakin modern. Disinilah peran katekis untuk bisa membantu umat dalam menghadapi kesulitan di tengah zaman sekarang ini. Karya pewartaan katekis yang biasanya melalui katekese sangat membantu dalam perkembangan Gereja. Dalam pelayanan kepada umat, katekis mempunyai tugas yang sangat penting. Karena dengan pelayanannya, karya keselamatan sungguh dapat hadir kepada umat, terutama umat yang sungguh dapat menerima dengan baik karya dan pelayanan dari katekis.



BAB III
 PENUTUP


KESIMPULAN
Gereja semakin mengalami perkembangan yang sangat baik. Pembentukan Gereja yang diawali dengan panggilan Allah kepada bangsa Israel pada Perjanjian Lama telah membuat manusia semakin meyakini bahwa Allah sungguh menyelamatkan umatNya. Gereja yang sesungguhnya sungguh tampak dalam kehadiran Yesus. Melalui Yesus, umat semakin menyadari arti keselamatan dari Allah. Teristimewa karena Yesus sendiri yang memilih Gereja untuk menjadikan mereka sebagai murid-muridNya dan untuk tugas perutusan Sabda Allah. Awal pembentukan Gereja oleh Yesus nampak dalam para rasul, yang dipilih oleh Yesus sendiri. Mereka ini yang akhirnya mengembangkan Gereja melalui Yesus sebagai pusat ajarannya dan mewartakan karya keselamatan.
Kini Gereja dikenal sebagai Umat Allah. Dengan Yesus sebagai Kepala Gereja dan Gereja sebagai Tubuh Kristus. Maka di dalam Gereja semua anggota turut ikut serta ambil bagian dalam tugas pewartaan Sabda Allah kepada semua orang. Perkembangan Gereja semakin sangat baik. Semakin banyak orang yang menyerahkan dirinya untuk dibaptis dan bersatu dengan Bapa. Namun tidak jarang juga, ada anggota Gereja yang meninggalkan kepercayaan terhadap Yesus. Gereja tidak memaksa mereka, namun tetap dengan semangat untuk selalu mewartakan Kabar Gembira kepada umat. Dalam perkembangan Gereja, tidak jarang juga ada umat yang sulit untuk memberikan pengertian tentang Gereja yang sesungguhnya. Mereka memberi pengertian menurut cara pandang mereka masing-masing. Dalam hal, maka Gereja perlu dijelaskan dan dihayati dengan baik kepada umat. Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan.
Perkembangan Gereja di zaman ini juga tidak luput dari usaha-usaha pewartaan dan pelayanan yang dilakukan oleh umat sendiri. Umat yang dimaksud ialah para pastor, biara, dan kaum awam. Karya pewartaan dan pelayanan kepada umat tidaklah mudah mengingat arus globalisasi dan modernisasi yang semakin mempengaruhi umat. Kini umat telah mengalami yang namanya perkembangan teknologi. Banyak juga dari umat yang lebih mementingkan hidup duniawi daripada hidup kepada Allah. Dalam arus teknologi yang modern seperti saat ini, maka diperlukan seorang pewarta yang sungguh dapat membantu umat mencapai keselamatan. Disinilah peran para anggota Gereja sangat diharapkan, tidak hanya para klerus dan biara saja terus menerus melayani umat, namun dari kaum awam juga mempunyai kewajiban untuk membantu pelayanan dan pewartaan. Dari pihak awam, seorang katekis sangat mempunyai kewajiban untuk mewartakan Kabar Gembira. Katekis adalah umat beriman kristiani yang melalui pembaptisan dalam Yesus dipilih, dipanggil dan dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan maupun keterampilan tertentu untuk menjadi seorang pewarta Sabda Allah kepada umat. Maka katekis memiliki tugas perutusan dari Yesus untuk mewartakan Sabda Allah demi keselamatan semua umat manusia. Dengan adanya katekis, diharapkan Gereja sungguh dapat mengalami perkembangan kearah keselamatan kekal bersama Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Komisi Kateketik KWI. 2004. Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius
Konferensi Waligereja Indonesia. 1996. Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius
Suparto. 2011. Diktat Pastoral Dasar. Madiun: STKIP Widya Yuwana.