Senin, 08 April 2013

Kasih Allah dan Hidup Gereja (Yohanes 15)



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Tidaklah mudah bagi kita untuk memahami tentang kasih Allah bagi hidup kita. Kasih Allah mengandung banyak pengertian yang tidak bersifat mutlak. Mungkin kita juga bingung mengapa Allah mau mengasihi kita? Padahal kita adalah manusia berdosa. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu bagi kita untuk merefleksikan lebih mendalam lagi. Dalam naluri, kita bisa mengerti bahwa Allah mengasihi supaya kita memperoleh keselamatan. Jawaban ini tidaklah salah, memang realitas yang terjadi seperti itu. Kita perlu menggali lebih dalam lagi tentang kasih Allah, agar kita benar2 menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan kita tadi.
Menjadi manusia merupakan hal terindah karena Allah memberi akal budi untuk menguasai seluruh ciptaan seturut dengan kehendakNya. Namun apa yang terjadi sekarang ini? Justru manusia menggunakan akal budinya secara kurang baik. Manusia menguasai seluruh ciptaan Allah dengan menuruti kehendaknya saja. Hal inilah mendorng Allah untuk semakin berusaha agar manusia dapat menyadari bahwa penguasaan itu melenceng dari kehendak Allah. Melihat realitas seperti itu, membuat kita harus banyak refleksi dan menjalin hubungan dengan Allah. Manusia menjadi wujud kasih Allah yang tak terbatas. Meskipun jatuh dalam dosa, namun Allah tetap berencana agar kasihNya itu terlaksana bagi manusia.
Salah satu cara yang digunakan Allah ialah dengan mengutus PuteraNya Yesus Kristus. Yesus menjadi wujud kasih Allah yang sempurna. Melalui Dia, segala sesuatu semakin merasakan kedekatan dengan Allah Bapa.  Yesus dalam karyaNya sungguh mewujudkan kasihNya, misalnya menyembuhkan orang buta, sakit kusta, membangkitkan orang mati, dan seterusnya. Ini menunjukkan kuasa kasih Alla yang menyerahkan segala sesuatu kepada Yesus. Lalu apa wujud kasih Yesus? Salah satunya ialah mendirikan Gereja. Kita adalah anggota Gereja. Gereja hidup dalam Yesus sebagai Kepala dan kita adalah tubuhNya. Namun hal penting yang ingin disampaikan ialah bahwa Gereja menjadi sarana bagi Yesus untuk mewujudkan kasihNya kepada orang lain. Yesus tetap menjadi pokok dari kasih Gereja. Ia adalah pokok anggur yang benar, yang mewartakan kebenaran kepada seua orang. Dengan demikian, kita juga memperoleh suatu perutusan dari Yesus, yakni selain untuk mewartkan Kabar Gembira, kita juga diajak untuk mewujudkan kasih Gereja kepada sesama. Sehingga menjadi nyata bahwa kasih Allah senantiasa tumbuh dan berkembang dalam setiap pribadi manusia. Yesus memberi suatu perintah agar kita saling mengasihi. Kembali pada persoalan pertama, yaitu kasih. Ini menunjukkan bahwa kasih menjadi pokok bahasan yang penting. Sebab kita tahu, bahwa sumber kasih adalah Allah sendiri, yang mewujudnyatakan dalam diri Yesus, yang terus menerus diwariskan kepada Gereja dan seluruh umat manusia. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa kita menerima tugas untuk mengamalkan kasih Allah kepada sesama sehingga mereka semakin bersatu dengan Allah dan memperoleh keselamatan kekal untuk hidup bersama Allah.


B.       Rumusan Masalah
1.      Apa itu kasih?
2.      Mengapa Allah mengasihi manusia?
3.      Bagaimana Allah mewujudkan kasihNya bagi kita?
4.      Apa yang dikehendaki Yesus terhadap Gereja?
5.      Bagaimana hubungan kasih Allah dengan hidup Gereja?
6.      Apa relevansinya kasih Allah bagi kita?

C.      Tujuan
Dengan melihat rumusan masalah diatas, kita dapat mengetahui bahwa tujuan dari penulisan ini ialah untuk mengetahui secara singkat gambaran kasih, mengetahui alasan Allah mengasihi manusia, usaha Allah untuk mewujudkan kasihNya. Selain itu, kita juga diajak untuk mengetahui secara singkat tentang Gereja, kehendak Yesus terhadap Gereja, hubungan antara kasih Allah dengan hidup Gereja dan relevansinya bagi kehidupan kita. Semoga penulisan paper ini bermanfaat bagi kita semua.




BAB II
KASIH ALLAH DAN HIDUP GEREJA 
BERDASARKAN YOHANES 15


1.    Apa itu Kasih?

1.1    Pengertian Kasih.
Kasih bermakna luas dan tidak bersifat kaku. Setiap orang memiliki pandangan sendiri dalam mengartikan dan menghayati kasih. Kasih adalah perasaan menyayangi dengan setulus hati. Kasih menjadi suatu perasaan yang dimiliki oleh setiap orang yang timbul apabila mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Kasih memiliki keterkaitan yang kuat, baik antara manusia dengan manusia maupun antara manusia dengan Allah. Dengan adanya rasa kasih ini maka kehidupan manusia memiliki tujuan hidup yang diperjuangkan.
Secara khusus dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Kasih mendapat kedudukan yang istimewa, sebab kasih yang sesungguhnya ialah Allah sendiri. Mengapa kasih begitu penting bagi kehidupan kita? Alasannya bahwa kasih adalah karakter dasar Allah. Berkat kasihNya itu segala sesuatu diciptakan, diperintah dengan seksama, dipelihara, bahkan kita diselematkan. Allah adalah satu-satunya kasih yang tidak terukur dengan segala hal.

1.2    Karakteristik Kasih Allah
Kasih Allah adalah kasih yang penuh dengan pengorbanan. Kasih Allah diberikan hanya untuk mengasihi, bukan untuk menuntut balas budi. Kasih yang sempurna hanya terdapat dalam diri Allah sendiri. Inilah karakteristiknya bahwa kasih Allah adalah kasih yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengaharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu, kasih tidak berkesudahan (Bdk 1 Kor 13:4-8). Melalui karakteristik ini kita dapat mengetahui bahwa kasih yang sesungguhnya adalah Allah sendiri. Sebab segala sesuatu sempurna dalam diri Allah.


2.    Allah Mengasihi Manusia

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah bertanya-tanya, mengapa Allah mau mengasihi kita? Padahal kita telah jatuh dalam dosa. Kita sebagai umat beriman mengetahui bahwa dalam sejarah kehidupan manusia, Allah memiliki peranan penting bagi kita. Tanpa Allah, kita tidak mungkin bisa menikmati kehidupan seperti saat ini. Meskipun kita telah jatuh dalam kuasa dosa, namun kasihNya itu sungguh menyelamatkan kita. Berkaitan dengan pertanyaan tadi, kita dapat melihat beberapa hal yang menyebabkan Allah mengasihi kita. Hal-hal tersebut yakni:

a.    Allah adalah Kasih.
Mengapa Allah mengasihi kita? Secara manusiawi, mungkin kita merasa kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini. Sebab manusia sulit untuk memasuki kehidupan Allah yang penuh dengan misteri. Namun kita tidak perlu bingung untuk mengetahui jawabannya. Dalam iman, kita dapat mengetahui secara lebih mendalam mengapa Allah mau mengasihi kita yang berdosa ini? Salah satu jawaban yakni karena Allah adalah kasih (bdk 1 Yoh 4;8). Kasihnya itu menjadikan segala sesuatu yang dilakukanNya sungguh bersumber pada kasih yang sempurna sehingga tidak ada kebencian dalam hatiNya.
Pernyataan bahwa Allah adalah kasih memberi suatu pengalaman hidup bagi kita. Semakin kita merefleksikan hal ini maka kita semakin memiliki iman untuk mengetahui jawabannya. Pertama-tama bahwa kita tidak bisa memisahkan dari sifat dasar yakni kasih. Kasih menjadi segala sesuatu sempurna bagi Allah. Karena Allah adalah kasih maka kita diundang untuk memasuki kasihNya. Ini merupakan suatu pernyataan sederhana namun memiliki makna mendalam. Dengan demikian, Allah yang penuh kasih memberi suatu pengertian kepada kita bahwa diriNya tidak pernah membenci kita, selalu mengampuni, seluruh karya bernuansa kasih dan Allah memiliki belas kasihan bagi kita yang mau bertobat dan hidup seturut dengan kehendakNya.

b.    Kita adalah sahabat Allah
Sebelum Allah menciptakan manusia, Dia sudah memiliki segalanya; singa, harimau, semua ciptaan, bahkan malaikat. Walaupun demikian, Dia tetap ingin menciptakan manusia, dan yang satu ini ingin Dia ciptakan dalam gambar dan rupa Dia. Dan apakah tujuannya? Dia berharap untuk membangun keakraban dengan manusia. Apa tujuan Allah menciptakan manusia? Tujuannya adalah untuk membangun persahabatan dengan Allah. Ini bukan sekadar tujuan penciptaan manusia, tetapi juga tujuan penyelamatan manusia. Mengapa Allah ingin menyelamatkan kita? Apakah supaya kita segera memberitakan Injil? Ini juga benar, akan tetapi bukan alasan yang utama. Yang paling penting bagi Allah adalah harapanNya agar kita dapat menjadi sahabatNya. Sedihnya manusia meninggalkan Dia, menolak untuk bersahabat denganNya. Demikianlah Allah ingin mencari kembali manusia, untuk memulihkan tujuan pertama dari penciptaan manusia. Allah ingin membangun kembali persahabatan dengan manusia [1].
Secara khusus bahwa Allah menghendaki agar kita bersahabat denganNya. Bentuk kasihNya sungguh nyata hadir yaitu dalam diri Yesus. Melalui Yesus, Allah telah berfirman, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannaya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu (Yoh 15:15). Dari firman ini, kita tahu bahwa kita adalah sahabat Allah. Persahabatan kita dengan Allah memiliki hubungan kasih yang erat. Dampak positif dari hubungan ini ialah meskipun kita telah berdosa, Allah tetap menganggap kita sahabatNya, selalu mengundang kita untuk selalu bersatu denganNya sehingga penciptaan manusia mencapai tujuannya yakni manusia mengalami keselamatan dan bersahabat dengan Allah.

3.    Allah mewujudkan kasihNya bagi Kita

Di atas kita telah melihat sekilas tentang kasih Allah. Salah satu hal yang perlu kita ingat bahwa kasih adalah Allah sendiri. Dia lebih besar dari kita. Kasih itu mendahului kita. Dia adalah inisiatif Allah yang menyebabkan kita dicintai dan terus menerus dicintai tak habis-habisnya, dengan mengutus Yesus dan Roh Kudus[2]. Dalam hal ini kasih Allah dapat kita rasakan karena sudah menjadi nyata dalam hidup kita. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita ialah bagaimana Allah mewujudkan kasihNya itu?  Berikut ini dibahas sekilas tentang perwujudan kasih Allah:
3.1    Allah Menciptakan Manusia
Pertama-tama kasih Allah dapat kita lihat kisah penciptaan. Salah satu hal penting dari seluruh ciptaan ialah Allah menciptakan manusia. Kitab Kejadian menceritakan kepada kita bahwa Allah menciptakan manusia untuk menggambarkan citraNya secara berbeda, “Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka (Kej 1:27). Disini kita dapat melihat bahwa manusia memiliki peranan lebih besar dari ciptaan yang lainnya. Manusia diciptakan dengan memiliki dasar hidup yakni untuk hidup bersama, sebab laki-laki dan perempuan diciptakan untuk bekerja dan bertindak bersama-sama.
Wujud kasih kasih Allah semakin nyata dimana Allah tidak sekedar menciptakan manusia saja, melainkan memberi karunia yang besar yakni akal budi. Sehingga manusia memiliki hubungan yang khas dengan Allah sebagai mitra kerja untuk mewujudkan kasih Allah kepada semua penciptaan. Dapat dikatakan bahwa ketika Tuhan memberikan manusia pertama kuasa untuk mengatur dunia dan mempercayakan mereka untuk mengolahnya, Tuhan juga mengundang semua manusia untuk berpartisipasi dalam perkembangan dunia. Tuhan memanggil laki-laki dan perempuan bukan untuk sekadar menikmati dunia, tetapi untuk bekerja sama dalam mencipta, untuk menjadi mitra kerja Allah[3]. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia menjadi salah satu wujud kasih Allah yang besar untuk menjadi mitraNya.

3.2    Allah Menyelamatkan Bangsa Israel
Mungkin kita merasa bingung mengapa Allah mau memanggil dan menyelamatkan bangsa Israel. Mengapa bukan bangsa lain yang Allah selamatkan? Sehingga Allah memilih Abraham sebagai bapa bangsa pilihanNya dan menurunkan garis keturunan kepada Yesus. Bukanlah tanpa sebab Allah memilih bangsa Israel. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, secara otomatis manusia selanjutnya pun lahir dengan terbelenggu dosa. Sehingga Allah perlu memilih suatu bangsa sebagai rencana untuk penyelamatanNya itu. Untuk itu, Allah memilih bangsa Israel, yang merupakan bangsa kecil dan lemah. Sebab dalam kelemahan, Allah menunjukkan kuasa dan kasihNya yang sempurnna.
Dalam kitab Ulangan, kita dapat menemukan alasan mengapa Allah memilih bangsa Israel. Allah mewahyukan diri melalui Firman yang diwartakan lewat perantaraan nabi Musa. “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu- bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? Tetapi karena Tuhan mengasihi kamu dan memegang sumpahNya yang telah diikrarkannya kepada nenek moyangmu, maka Tuhan telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir. Sebab itu haruslah kau ketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setiaNya terhadap orang yang kasih kepadaNya dan berpegang pada perintahNya, sampai kepada beribu-ribu keturunan … “ (Ul 7:7-9). Allah menyelamatkan bangsa Israel menjadi wujud nyata kasih Allah sehingga semua orang pun ikut terpanggil menjadi umat Allah. Maka dengan dipilihnya Israel, bangsa yang kecil, rencana telah penyelamatan Allah berjalan samapai keseluruh bangsa di dunia.

3.3    Allah Mengutus Yesus  Sebagai Wujud Kasih Yang Sempurna
Melalui karyaNya, Allah menciptakan segala sesuatu untuk mewujudkan kasihNya. Seluruh karya ciptaan merupakan ciptaan yang baik (bdk Kej 1:31). Salah satu ciptaan yang istimewa adalah manusia. Namun rencana agar manusia hidup dalam kebahagiaan menjadi batu sandungan bagi Allah karena mereka telah makan buah terlarang sehingga jatuh dalam dosa. Namun Allah tidak memalingkan wajahNya dan meninggalkan kita dalam kebinasaan dosa. Sebab Allah adalah kasih. Rencana terbesarNya ialah mengutus Yesus sebagai kurban persembahan penebusan dosa manusia. Suatu keyakinan bahwa Allah mengutus Yesus sebagai wujud kasihNya yang sempurna, sehingga Yesus menjadi cinta kasih yang nampak.
Secara khusus, Allah menjadikan Yesus sebagai tempat yang sempurna untuk penjelmaan kasihNya. Namun siapakah Yesus itu? Mengapa Allah harus mengutus Yesus? Inilah pertanyaan refleksi bagi kita. Suatu kebenaran iman bahwa kita mau mengetahui kehendak Allah. Allah mengutus Yesus sebagai wujud kasihNya untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. KasihNya itu tercermin dalam kebenaran Firman yang disampaikan oleh Yesus. Karya terbesarnya ialah melalui wafat dan kebangkitanNya, sehingga kita terbebaskan dari segala dosa. Yesus adalah manusia yang tidak terbelenggu dosa meskipun terlahir sebagai manusia. Arti penting hidupNya tidak saja terletak pada ketidakberdosaanNya, walaupun hal itu juga adalah aspek yang penting, tetapi dalam kenyataan bahwa hidup Yesus adalah contoh kesempurnaan yang dimaksudkan Allah bagi manusia sejak penciptaan pertama. Disini akhirnya Yesus adalah orang yang memahami kemuliaan dan cinta Allah, suatu kemuliaan dan suatu cinta yang dipantulkan dalam ciptaan, namun jauh melampaui dunia nyata[4].

3.4    Yesus adalah Kasih Allah menjadi Pokok Anggur yang Benar
Yesus dimengerti sebagai pokok anggur, pusat dari seluruh carang dan memampukan carang-carang menghasilkan buah. Bapa perperan sebagai pengusahanya, yang mengelola, mengatur dan memelihara demi munculnya buah-buah dari carang tersebut (bdk Yoh 15:1-2). Yesus sebagai pokok anggur menjanjikan dalam iman kehidupan kekal bersamaNya. Buah-buah yang berasal dari dan berpokok pada Yesus sudah diwarnai oleh janji akan kebangkitan sebagai dasar dan pangkal iman. Yesus menjadi pokok anggur, yang memberikan kehidupan dan buah-buah disetiap carangnya. Buah-buah yang dihasilkan tinggal bersama Yesus adalah buah-buah pertobatan dan penghayatan nilai-nilai Injil. Buah-buah itu tidak bersifat individual, melainkan diwujudnyatakan dalam seluruh hidup Gereja
Dalam perikop Yoh 15, Yesus Kristus tampil sebagai sosok yang memperlihatkan Firman yang menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia (bdk Yo 1:14). Teologi penjelmaan (inkarnasi) itu terungkap melalui pemikiran tentang “pengutusan” dan “Kesaksian. Hidup dan seluruh karya Yesus adalah memberikan kesaksian tentang pengutusan oleh Bapa[5]. Kita mengetahui bahwa Yesus dengan gencar-gencarnya menganggap bahwa diriNya adalah pokok anggur yang benar. Hal ini sungguh nyata bagi kita, karena hanya dalam Yesuslah kita bisa beroleh kehidupan dan keselamatan kekal.


4.    Apa yang dikehendaki Yesus terhadap Gereja?

4.1     Gereja
Kata Gereja berasal dari bahasa Yunani yaitu ekklesia yang berarti “kumpulan” atau “pertemuan”. Gereja atau ekklesia merupakan kelompok orang yang sangat khusus atau istimewa yang berarti bahwa Gereja merupakan sebuah persekutuan khusus antara umat dengan Allah (Gereja adalah Umat Allah). Kata Gereja dibawa ke Indonesia oleh para misioneris Portugis yaitu yang berasal dari kata igreja. Kata tersebut merupakan ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia. Sering kali juga dipakai kata jemaat atau umat. Namun, jemaat yang dimaksud disini ialah jemaat yang sangat istimewa. Ada baiknya kalau memakai kata Gereja atau ekklesia saja. Kata Yunani ini berasal dari kata yang berarti “memanggil”, yaitu Gereja adalah umat yang dipanggil Allah. oleh karena itu. Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan. Dengan demikian, Gereja mengabdikan diri kepada Yesus untuk selalu mengamalkan kasih kepada semua ciptaan Allah.

4.1.1   Gereja: Komunitas
Rahmat adalah hidup Kristus sendiri, diteruskan Roh Kudus kedalam setiap manusia beriman. Konsekuensinya adalah kita berada dengan orang lain yang percaya kepada Yesus, sehingga membentuk suatu komunitas yaitu Gereja. Sebagai komunitas, Gereja membawa kekudusan Kristus kepada setiap anggotanya. Hal ini tampak dalam sakramen sebagai tanda keselamatan Allah bagi Gereja. Dengan bersumber pada kasih Yesus, maka komunitas Gereja memiliki dasar kehidupannya yakni kasih. Sehingga yang dikehendaki Yesus bagi Gereja ialah menghidupkan kasih dalam komunitasnya. Melalui kasih, Gereja dapat berhubungan erat dengan setiap anggotanya. Kehidupan Gereja adalah kehidupan Kristus yang nyata dan aktif, meskipun ada kesalahan-kesalahan manusia dan kekurangan-kekurangannya. Komunitas ini dipertahankan dalam kekudusan hidup Kristus, mengekspresikan dan membantu perkembangan hidup itu dalam, melalui dan untuk anggota-anggotanya.

4.1.2   Gereja: Misi
Gereja sebagai komunitas yang hidup dalam rahmat Kristus. Ini berarti Gereja tidak sekedar hidup saja melainkan membagikan rahmat itu kepada setiap anggotanya. Sehingga Gereja juga merupakan suatu misi. Misi Gereja ialah memperbarui kembali ciptaan menurut rupa Kristus. Sekali Allah menjadi manusia dalam diri Yesus, ciptaan memiliki suatu cita-cita baru, tujuan baru yakni memantulkan Allah seperti yang dinyatakan dalam diri Yesus. Gereja sebagai misi merupakan hal konkret dimana karya pewartaan Kabar Keselamatan dilakukan melalui misi yang dilandasi oleh kasih Yesus. Anggota-anggota Gereja mengemban misi ini dengan bertindak atas nama Kristus. Mereka dipanggil untuk melakukan karya Yesus, yakni menguduskan, mengajar dan memimpin. Gereja menguduskan dunia dengan menghayati kekudusan Kristus dan mengundang sesamanya untuk berpartisipasi dalam kekudusan itu. Mereka mengajar dengan cara mewujudnyatakan dan menghayati ajaran Kristus. Selain itu, mereka juga memimpin untuk mengarahkan setiap anggotanya dan sesamanya agar semakin terarah pada hidup Kristus. Dengan melakukan ini, anggota-anggota Gereja mengarahkan Gereja menuju pemenuhan nasib akhirnya, yaitu kepenuhan hidup bersama Yesus Kristus.


4.2    Yesus Memerintahkan Sikap Saling Mengasihi Kepada Gereja

Karena Yesus telah mengasihi kita maka kita juga harus mengasihiNya. Yesus mengajak kita untuk tinggal bersamaNya sehingga menghasilkan buah kehidupan. Bapa yang terlebih dahulu mengasihi Yesus menjadi pola dan acuan Yesus mengasihi kita. “Dan cinta kasih kepada Allah dan Tuhan kita ini mengandung konsekuensi cinta kasih kepada sesama yang tampak dalam perbuatan lahir. Tidak mungkin manusia mengatakan, bahwa ia mengasihi Tuhan tetapi membenci orang yang ditebus dan terkunci dalam cinta kasih Tuhan”[6]. Kasih Yesus ditanggapi oleh kasih para muridNya dan diteruskan kepada Gereja.
Secara nyata, Yesus menghendaki agar kita (Gereja) memiliki sikap saling mengasihi sebab kasih menjadi dasar hidup bagi Gereja. “Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12). Ini merupakan suatu kenyataan bagi kita untuk menerima perintah tersebut sebagai konsekuensi menjadi muridNya. Memang tidak mudah bagi Gereja untuk terus menerus mengamalkan kasih dengan menghadapi kenyataan dunia yang semakin modern dan manusia yang individualistis. Bukan tanpa sebab mengapa Yesus mau memberi perintah tersebut. Salah satu alasannya ialah supaya sukacitaNya ada dalam kita dan menjadi penuh[7]. Karena kita adalah sahabat Yesus sehingga Yesus mau mengalirkan kasihNya kepada kita untuk dibagikan kepada sesama (bdk Yoh 15:14). Dengan demikian, kehendak Yesus agar Gereja saling mengasihi menjadi suatu patokan hidup agar Gereja tetap hidup dalam kasihNya dan mengamalkan kasihNya itu dalam karya pewartaan kepada sesama di dunia ini (Yoh 15:17).


5.    Bagaimana hubungan kasih Allah dengan hidup Gereja?

Kasih adalah kekuatan luar biasa yang memimpin manusia untuk memilih suatu kewajiban yang berani dan murah hhati didalam bidang-bidang kehidupan manusia. Hal ini bukan berasal dari manusia, melainkan kehendak Allah sendiri, sebab Allah adalah kasih, sehingga segala sesuatu bersumber pada Allah. Kita sebagai anggota Gereja memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Kasih Allah yang begitu besar sangat nampak dalam perutusan PuteraNya yaitu dengan kurban salibNya sebagai penebusan dosa. Lalu bagaimana hubungan kasih Allah dengan hidup Gereja? Pertama-tama kita harus menyadari bahwa Allah sangat mengasihi kita, sehingga kita bisa memiliki kasihNya itu yang diwujudkan dalam kehidupan bersama.
Gereja memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Gereja menjadi sarana perwujudan kasih Allah. Dapat dikatakan bahwa tanpa kasih Allah, Gereja tidak pernah ada sampai saat ini. Dapat kita lihat dari sejarah keselamatan, dimana Allah menciptakan manusia dengan amat baik. Namun manusia jatuh dalam dosa sehingga mengutus Yesus. Dalam diri Yesus, kasih Allah menjadi nyata. Sabda dan Karya Yesus merupakan kisah nyata dimana melaluinya tumbuh kehidupan manusia yang berkumpul bersama, percaya kepada Allah dan menjadi rasulNya. Dari sini, Yesus mendirikan Gereja melalui perantaraan Petrus (bdk Mat 16:18). Singkatnya bahwa melalui Kasih Allah ini maka Gereja hadir dan terus tumbuh berkembang sampai saat ini. Sehingga kehadiran Gereja merupakan wujud kasih Allah yang memiliki tujuan agar seluruh ciptaanNya bersatu denganNya. Secara khusus melalui Gereja ini, Allah mewartakan kasihNya yang sempurna kepada seluruh manusia yang ada di dunia ini.
Selain itu Gereja mewujudan kasih Allah, Gereja mewartakan kasih Allah. Gereja didirikan dari batu-batu yang hidup. Didalamnya orang-orang pilihan bertumbuh kepada kekudusan Allah. Semuanya itu terjadi menurut keputusan abadi Allah untuk mewujudkan kasihNya yang tak terbatas. Bapa mendirikan Gereja sebagai pengantin bagi SabdaNya yang telah menjadi manusia, yakni Yesus Kristus. Melalui Gereja inilah, kasih Allah semakin tampak nyata. Sebab Gereja dalam perutusan tugas pewartaan Kabar Keselamatan, membawa serta perbuatan kasih sebagai cerminan Diri Allah yang penuh dengan kasih. Sehingga Gereja senantiasa hidup dengan terus menerus berkembang karena selalu mewartakan kasih Allah.


6.    Relevansi Kasih Allah

6.1    Bagi  Calon Katekis
Melalui perantaraan Yesus, Allah mengundang kita untuk tinggal dalam kasihNya, sebab Allah ingin agar sukacitaNya selalu memenuhi hidup kita. Perwujudannya yaitu kita dipanggil menjadi murid-muridNya sebagai anggota Gereja. Secara khusus bagi calon katekis. Allah telah memanggil mereka untuk bersekutu denganNya demi mewujudkan kasihNya. Lalu bagaimana calon katekis mewujudkan kasih Allah dalam hidup ini? Inilah pertanyaan refleksi yang menjadi dasar pentingnya kasih Allah bagi calon katekis.
Calon katekis adalah murid Yesus. Melalui pembaptisan, mereka diangkat menjadi Umat Allah (Gereja) dan menerima perutusan untuk mewartakan Kabar. Calon katekis menjadi perwujudan kasih Allah. Melihat realita sekarang ini, masih banyak calon katekis yang belum sepenuhnya hidup dalam kasih Allah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya penghayatan mereka sebagai anggota Gereja untuk hidup menurut Sabda Allah. Seringkali mereka masih banyak menuruti keinginan duniawi saja. Dunia yang serba modern ini membuat kesadaran mereka untuk tinggal dan menghidupi kasih Allah menjadi sangat sulit. Namun melalui pembahasan ini, calon katekis dingatkan mengenai betapa pentingnya kasih Allah bagi kehidupan mereka. Tanpa Allah yang mengasihi, mereka tentunya tidak pernah diundang untuk hidup bersamaNya. Karya keselamatan Allah juga tidak hadir dalam kehidupan mereka. Melalui Yesus, mereka kembali dingatkan bahwa mereka adalah sahabat-sahabat Allah. “Kamu adalah sahabatKu, jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh 15:14). Secara langsung Yesus menegaskan hal itu. Namun calon katekis juga perlu menyadari dengan tanggung jawabnya yakni untuk menuruti segala perintahNya. Maka, jika calon katekis dapat hidup dan mengamalkan kasih Allah, maka mereka akan selalu bersukacita (Yoh15:11) dan segala sesuatu akan diberikan oleh Bapa kepada mereka (Yoh 15:160.
Lalu bagaimana calon katekis mewujudkan kasih Allah itu? Memang tidak mudah rasanya mewujudkan kasih Allah ditengah manusia yang semakin individualistis sekarang ini. Inilah tantangan yang harus dihadapi. Namun kasih Allah senantiasa hadir dan memberi kehidupan bagi calon katekis yang mau bertekun mewujudkan kasih Allah. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kasih Allah misalnya dengan bertekun dalam doa, menjadi lektor, menyumbangkan uang atau pakaian kepada pengemis, mengerjakan tugas dengan jujur, dan sebagainya. Banyak cara baik yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kasih Allah agar semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kehidupan calon katekis menjadi suatu kebahagiaan karena kasih dan karya keselamatan Allah memenuhi kehidupan mereka.

6.2    Bagi Umat
Secara fisik, umat mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Banyak umat yang sudah menyadari bahwa kehidupan mereka bergantung kepada Allah. Memang banyak juga tantangan dan cobaan hidup yang harus dihadapi umat. Adakalanya umat mengalami kedewasaan iman, namun juga terkadang menghadapi krisis iman. Kesadaran untuk hidup bersama Allah menjadi faktor pendukung agar mereka memperoleh keselamatan kekal. Kasih Allah sangat dibutuhkan oleh umat. Allah yang mahapengasih telah memanggil umat untuk bersekutu denganNya. Inilah wujud kasihNya yaitu membentuk umat menjadi Gereja. Kalau Allah tidak mengasihi umat, bagaimana kehidupannya? Tentu kita menyadari bahwa berkat kasih Allah ini, umat dapat memperoleh hidup dalam dinamika kehidupan yang kompleks. Umat diundang untuk tinggal didalam kasih Allah melalui perantara Yesus. Yesus menjadi faktor penting dalam hal ini. Sebab melalui Yesus, kasih Allah menjadi sangat terwujud yakni dengan kurban salibNya sehingga umat memperoleh keselamatan.
Umat merupakan anggota Gereja. Dan Gereja adalah wujud kasih Allah. Inilah keterkaitan yang erat antara Allah dengan umat. Allah mengasihi umat dengan menganggapnya sebagai sahabat. Karena Allah mengasihi umat, maka secara tidak langsung umat harus hidup dalam kasihNya itu. Selain itu, umat juga dapat menghidupi kasih Allah kepada sesama. Hal yang dapat dilakukan misalnya dengan membentuk kelompok beriman yang memiliki tujuan untuk membantu kaum miskin, hidup rukun dalam keluarga, bergotong royong bersama masyarakat membersihkan sampah-sampah, dan sebagainya. Dengan begitu, umat tidak hanya selalu hidup dalam kasih Allah sebagai anggota Gereja, melainkan mampu mewujudkan dan mengamalkan kasihNya kepada sesama. Sebagai anggota Gereja, inilah tugas umat yaitu mampu mewujudkan kasih Allah. Apalagi jika umat mampu membuat sesama semakin hidup dalam kasih Allah maka bukan suatu kebetulan bahwa mereka memperoleh kehidupan kekal bersama Allah.



[1] http://www.kadnet.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=3915:manusia-diciptakan-untuk-menjadi-sahabat-allah&catid=51:supplement&Itemid=65
[2] Guido Tisera, Firman telah Menjadi Manusia, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal 80.
[3] Uskup Agung Daniel E.Pilarczyk. Beriman Katolik, (Jakarta: Obor, 2002), hal 18, aln 2. 
 [4] Uskup Agung Daniel E.Pilarczyk. Beriman Katolik, (Jakarta: Obor, 2002), hal 38.
[5] Mgr.a.M Sutrisnaatmaka,MSF. Ekaristi Tanda Kesatuan Gereja dan Sumber Cinta bagi Sesama, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2012), hal 136.
[6] Josef Boumans SVD, Telaah tentang Ensiklik Tubuh Mistik Kristus Paus Pius XII. (Jakarta:Celesty Hieronika,2000), hal 37.
[7] Yoh 15:11, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada didalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh”.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Hal pertama yang harus kita pahami yaitu bahwa Allah adalah kasih. Kasih Allah ini diwujudnyatakan dalam diri Yesus Kristus. Sehingga mengalirkan kasih kepada Gereja dan seluruh manusia. Kasih merupakan perasaan menyayangi dengan setulus hati. Kasih Allah merupakan kasih yang penuh dengan pengorbanan, dimana Allah mau mengobankan diri sebagai manusia dalam diri Yesus melalui kematian yang paling hina yakni disalibkan. Namun kasih inilah yang kemudian terus menerus dihidupi oleh segenap manusia. Allah mengasihi manusia dapat dilihat dari kisah penciptaan yang penuh dengan perencanaan agar Allah memiliki sahabat, yaitu manusia. Alasan yang mendasar bahwa Allah mengasihi manusia yaitu bahwa Allah-lah sumber kasih. Dari sini terpancar kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan manusia. Selain itu karena manusia adalam sahabat sehingga kasih Allah selalu hadir dalam setiap manusia.
Kita tahu bahwa Allah memiliki rencana dengan kasihNya itu. Rencana itu merupakan kini telah diwujudkan secara nyata dalam sejarah kehidupan manusia. Perwujudan kasih Allah bagi ialah dengan menciptakan manusia, memanggil dan menyelamatkan bangsa Israel, mengutus Yesus sebagai wujud kasih yang paling sempurna, sehingga Yesus menjadi pokok anggur yang benar bagi seluruh dinamika kehidupan manusia. Gereja menjadi salah satu perwujudan kasih Allah melalui perantara Yesus. Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan. Gereja juga mengemban misi untuk mengamalkan kasih kepada sesama (Yoh 15:9-17).
Gereja mengalami kehidupan yang kompleks, Gereja sebagai komunitas tetap mewartkan dan menunjukkan kasihNya kepada seluruh anggota-anggotanya dan umat lainnya. Selain itu Gereja sebagai misi mengemba tugas perutusan untuk mewartakan Kabar Gembira dengan dilandasi oleh kasih. Kasih Allah kepada manusia tampak nyata dalam Yesus. Yesus adalah firman yang menjadi manusia sehingga menjadi kehidupan bagi Gereja. Dalam hal ini, kasih Allah menjadi penuh. Allah mengasihi Yesus dan menyerahkan segala sesuatu kepadaNya. Sehingga Yesus juga mengasihi semua manusia, yang secara khusus adalah Gereja. Kasihnya itu menuntut agar Gereja juga dalam mewartakan Kabar Gembira tetap melandasi kehidupannya dengan kasih Allah. Perintah Yesus untuk saling mengasihi menjadi nyata (Yoh 15:9-17) dalam kehidupan Gereja. Kini Gereja semakin tumbuh dan berkembang berkat kasih Allah yang nyata daam diri Yesus yang secara khusus dengan wafat dan kebangkitan Yesus. Dengan demikian, kasih Allah memiliki hubungan yang erat dengan hidup Gereja. Dimana terdapar hubungan timbal balik yang nyata untuk selalu mengamalkan kasih Allah.







DAFTAR PUSTAKA


Boumans, Josef.2000. Telaah tentang Ensikli Tubuh Mistik Kristus Paus Pius XII. Jakarta: Celesty Hieronika.
http://katolisitas.org/9682/mengapa-allah-memilih-bangsa-israel
Kirchberger, Georg, dkk. 1989. Siapa Itu Allah. Ende: STFK Ledalero
Pilarszyk, Daniel E. 2002. Beriman Katolik. Jakarta: Obor
Sutrisnaatmaka, A.M. 2002. Ekaristi Tanda Kesatuan Gereja dan sumber Cinta bagi Allah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara
Tisera, Guido. 1992. Firman Telah Menjadi Manusia. Yogyakarta: Kanisius