BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tidaklah mudah
bagi kita untuk memahami tentang kasih Allah bagi hidup kita. Kasih Allah
mengandung banyak pengertian yang tidak bersifat mutlak. Mungkin kita juga
bingung mengapa Allah mau mengasihi kita? Padahal kita adalah manusia berdosa.
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu bagi kita untuk merefleksikan lebih
mendalam lagi. Dalam naluri, kita bisa mengerti bahwa Allah mengasihi supaya
kita memperoleh keselamatan. Jawaban ini tidaklah salah, memang realitas yang
terjadi seperti itu. Kita perlu menggali lebih dalam lagi tentang kasih Allah,
agar kita benar2 menemukan jawaban yang tepat atas pertanyaan kita tadi.
Menjadi manusia
merupakan hal terindah karena Allah memberi akal budi untuk menguasai seluruh
ciptaan seturut dengan kehendakNya. Namun apa yang terjadi sekarang ini? Justru
manusia menggunakan akal budinya secara kurang baik. Manusia menguasai seluruh
ciptaan Allah dengan menuruti kehendaknya saja. Hal inilah mendorng Allah untuk
semakin berusaha agar manusia dapat menyadari bahwa penguasaan itu melenceng
dari kehendak Allah. Melihat realitas seperti itu, membuat kita harus banyak
refleksi dan menjalin hubungan dengan Allah. Manusia menjadi wujud kasih Allah
yang tak terbatas. Meskipun jatuh dalam dosa, namun Allah tetap berencana agar
kasihNya itu terlaksana bagi manusia.
Salah satu cara
yang digunakan Allah ialah dengan mengutus PuteraNya Yesus Kristus. Yesus
menjadi wujud kasih Allah yang sempurna. Melalui Dia, segala sesuatu semakin
merasakan kedekatan dengan Allah Bapa.
Yesus dalam karyaNya sungguh mewujudkan kasihNya, misalnya menyembuhkan
orang buta, sakit kusta, membangkitkan orang mati, dan seterusnya. Ini
menunjukkan kuasa kasih Alla yang menyerahkan segala sesuatu kepada Yesus. Lalu
apa wujud kasih Yesus? Salah satunya ialah mendirikan Gereja. Kita adalah
anggota Gereja. Gereja hidup dalam Yesus sebagai Kepala dan kita adalah
tubuhNya. Namun hal penting yang ingin disampaikan ialah bahwa Gereja menjadi
sarana bagi Yesus untuk mewujudkan kasihNya kepada orang lain. Yesus tetap
menjadi pokok dari kasih Gereja. Ia adalah pokok anggur yang benar, yang
mewartakan kebenaran kepada seua orang. Dengan demikian, kita juga memperoleh
suatu perutusan dari Yesus, yakni selain untuk mewartkan Kabar Gembira, kita
juga diajak untuk mewujudkan kasih Gereja kepada sesama. Sehingga menjadi nyata
bahwa kasih Allah senantiasa tumbuh dan berkembang dalam setiap pribadi
manusia. Yesus memberi suatu perintah agar kita saling mengasihi. Kembali pada
persoalan pertama, yaitu kasih. Ini menunjukkan bahwa kasih menjadi pokok
bahasan yang penting. Sebab kita tahu, bahwa sumber kasih adalah Allah sendiri,
yang mewujudnyatakan dalam diri Yesus, yang terus menerus diwariskan kepada
Gereja dan seluruh umat manusia. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa kita
menerima tugas untuk mengamalkan kasih Allah kepada sesama sehingga mereka
semakin bersatu dengan Allah dan memperoleh keselamatan kekal untuk hidup
bersama Allah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu kasih?
2.
Mengapa
Allah mengasihi manusia?
3.
Bagaimana
Allah mewujudkan kasihNya bagi kita?
4.
Apa
yang dikehendaki Yesus terhadap Gereja?
5.
Bagaimana
hubungan kasih Allah dengan hidup Gereja?
6.
Apa
relevansinya kasih Allah bagi kita?
C.
Tujuan
Dengan melihat
rumusan masalah diatas, kita dapat mengetahui bahwa tujuan dari penulisan ini
ialah untuk mengetahui secara singkat gambaran kasih, mengetahui alasan Allah
mengasihi manusia, usaha Allah untuk mewujudkan kasihNya. Selain itu, kita juga
diajak untuk mengetahui secara singkat tentang Gereja, kehendak Yesus terhadap
Gereja, hubungan antara kasih Allah dengan hidup Gereja dan relevansinya bagi
kehidupan kita. Semoga penulisan paper ini bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
KASIH ALLAH DAN
HIDUP GEREJA
BERDASARKAN
YOHANES 15
1.
Apa itu Kasih?
1.1
Pengertian
Kasih.
Kasih bermakna
luas dan tidak bersifat kaku. Setiap orang memiliki pandangan sendiri dalam
mengartikan dan menghayati kasih. Kasih adalah perasaan menyayangi dengan
setulus hati. Kasih menjadi suatu perasaan yang dimiliki oleh setiap orang yang
timbul apabila mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Kasih memiliki
keterkaitan yang kuat, baik antara manusia dengan manusia maupun antara manusia
dengan Allah. Dengan adanya rasa kasih ini maka kehidupan manusia memiliki
tujuan hidup yang diperjuangkan.
Secara khusus
dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Kasih mendapat kedudukan yang
istimewa, sebab kasih yang sesungguhnya ialah Allah sendiri. Mengapa kasih
begitu penting bagi kehidupan kita? Alasannya bahwa kasih adalah karakter dasar
Allah. Berkat kasihNya itu segala sesuatu diciptakan, diperintah dengan
seksama, dipelihara, bahkan kita diselematkan. Allah adalah satu-satunya kasih
yang tidak terukur dengan segala hal.
1.2
Karakteristik
Kasih Allah
Kasih Allah
adalah kasih yang penuh dengan pengorbanan. Kasih Allah diberikan hanya untuk
mengasihi, bukan untuk menuntut balas budi. Kasih yang sempurna hanya terdapat
dalam diri Allah sendiri. Inilah karakteristiknya bahwa kasih Allah adalah
kasih yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak
sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri
sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita
karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya
segala sesuatu, mengaharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu,
kasih tidak berkesudahan (Bdk 1 Kor 13:4-8). Melalui
karakteristik ini kita dapat mengetahui bahwa kasih yang sesungguhnya adalah
Allah sendiri. Sebab segala sesuatu sempurna dalam diri Allah.
2.
Allah Mengasihi
Manusia
Dalam kehidupan
sehari-hari tentunya kita pernah bertanya-tanya, mengapa Allah mau mengasihi
kita? Padahal kita telah jatuh dalam dosa. Kita sebagai umat beriman mengetahui
bahwa dalam sejarah kehidupan manusia, Allah memiliki peranan penting bagi
kita. Tanpa Allah, kita tidak mungkin bisa menikmati kehidupan seperti saat
ini. Meskipun kita telah jatuh dalam kuasa dosa, namun kasihNya itu sungguh
menyelamatkan kita. Berkaitan dengan pertanyaan tadi, kita dapat melihat
beberapa hal yang menyebabkan Allah mengasihi kita. Hal-hal tersebut yakni:
a.
Allah
adalah Kasih.
Mengapa Allah
mengasihi kita? Secara manusiawi, mungkin kita merasa kesulitan untuk menjawab
pertanyaan ini. Sebab manusia sulit untuk memasuki kehidupan Allah yang penuh
dengan misteri. Namun kita tidak perlu bingung untuk mengetahui jawabannya.
Dalam iman, kita dapat mengetahui secara lebih mendalam mengapa Allah mau
mengasihi kita yang berdosa ini? Salah satu jawaban yakni karena Allah adalah
kasih (bdk 1 Yoh 4;8). Kasihnya itu menjadikan segala sesuatu yang dilakukanNya
sungguh bersumber pada kasih yang sempurna sehingga tidak ada kebencian dalam
hatiNya.
Pernyataan bahwa
Allah adalah kasih memberi suatu pengalaman hidup bagi kita. Semakin kita
merefleksikan hal ini maka kita semakin memiliki iman untuk mengetahui
jawabannya. Pertama-tama bahwa kita tidak bisa memisahkan dari sifat dasar
yakni kasih. Kasih menjadi segala sesuatu sempurna bagi Allah. Karena Allah
adalah kasih maka kita diundang untuk memasuki kasihNya. Ini merupakan suatu
pernyataan sederhana namun memiliki makna mendalam. Dengan demikian, Allah yang
penuh kasih memberi suatu pengertian kepada kita bahwa diriNya tidak pernah
membenci kita, selalu mengampuni, seluruh karya bernuansa kasih dan Allah
memiliki belas kasihan bagi kita yang mau bertobat dan hidup seturut dengan
kehendakNya.
b.
Kita
adalah sahabat Allah
Sebelum Allah
menciptakan manusia, Dia sudah memiliki segalanya; singa, harimau, semua
ciptaan, bahkan malaikat. Walaupun demikian, Dia tetap ingin menciptakan
manusia, dan yang satu ini ingin Dia ciptakan dalam gambar dan rupa Dia. Dan
apakah tujuannya? Dia berharap untuk membangun keakraban dengan manusia. Apa
tujuan Allah menciptakan manusia? Tujuannya adalah untuk membangun persahabatan
dengan Allah. Ini bukan sekadar tujuan penciptaan manusia, tetapi juga tujuan
penyelamatan manusia. Mengapa Allah ingin menyelamatkan kita? Apakah supaya
kita segera memberitakan Injil? Ini juga benar, akan tetapi bukan alasan yang
utama. Yang paling penting bagi Allah adalah harapanNya agar kita dapat menjadi
sahabatNya. Sedihnya manusia meninggalkan Dia, menolak untuk bersahabat
denganNya. Demikianlah Allah ingin mencari kembali manusia, untuk memulihkan
tujuan pertama dari penciptaan manusia. Allah ingin membangun kembali
persahabatan dengan manusia [1].
Secara khusus
bahwa Allah menghendaki agar kita bersahabat denganNya. Bentuk kasihNya sungguh
nyata hadir yaitu dalam diri Yesus. Melalui Yesus, Allah telah berfirman, “Aku
tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh
tuannaya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan
kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu (Yoh 15:15). Dari
firman ini, kita tahu bahwa kita adalah sahabat Allah. Persahabatan kita dengan
Allah memiliki hubungan kasih yang erat. Dampak positif dari hubungan ini ialah
meskipun kita telah berdosa, Allah tetap menganggap kita sahabatNya, selalu
mengundang kita untuk selalu bersatu denganNya sehingga penciptaan manusia
mencapai tujuannya yakni manusia mengalami keselamatan dan bersahabat dengan
Allah.
3.
Allah mewujudkan
kasihNya bagi Kita
Di atas kita telah melihat sekilas tentang kasih
Allah. Salah satu hal yang perlu kita ingat bahwa kasih adalah Allah sendiri.
Dia lebih besar dari kita. Kasih itu mendahului kita. Dia adalah inisiatif
Allah yang menyebabkan kita dicintai dan terus menerus dicintai tak
habis-habisnya, dengan mengutus Yesus dan Roh Kudus[2].
Dalam hal ini kasih Allah dapat kita rasakan karena sudah menjadi nyata dalam
hidup kita. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita ialah bagaimana Allah
mewujudkan kasihNya itu? Berikut ini
dibahas sekilas tentang perwujudan kasih Allah:
3.1
Allah Menciptakan
Manusia
Pertama-tama kasih Allah dapat kita lihat kisah
penciptaan. Salah satu hal penting dari seluruh ciptaan ialah Allah menciptakan
manusia. Kitab Kejadian menceritakan kepada kita bahwa Allah menciptakan
manusia untuk menggambarkan citraNya secara berbeda, “Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah
diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka (Kej 1:27). Disini
kita dapat melihat bahwa manusia memiliki peranan lebih besar dari ciptaan yang
lainnya. Manusia diciptakan dengan memiliki dasar hidup yakni untuk hidup
bersama, sebab laki-laki dan perempuan diciptakan untuk bekerja dan bertindak
bersama-sama.
Wujud kasih kasih Allah semakin nyata dimana Allah
tidak sekedar menciptakan manusia saja, melainkan memberi karunia yang besar
yakni akal budi. Sehingga manusia memiliki hubungan yang khas dengan Allah
sebagai mitra kerja untuk mewujudkan kasih Allah kepada semua penciptaan. Dapat
dikatakan bahwa ketika Tuhan memberikan manusia pertama kuasa untuk mengatur dunia
dan mempercayakan mereka untuk mengolahnya, Tuhan juga mengundang semua manusia
untuk berpartisipasi dalam perkembangan dunia. Tuhan memanggil laki-laki dan
perempuan bukan untuk sekadar menikmati dunia, tetapi untuk bekerja sama dalam
mencipta, untuk menjadi mitra kerja Allah[3].
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia menjadi salah satu wujud kasih
Allah yang besar untuk menjadi mitraNya.
3.2
Allah
Menyelamatkan Bangsa Israel
Mungkin kita merasa bingung mengapa Allah mau
memanggil dan menyelamatkan bangsa Israel. Mengapa bukan bangsa lain yang Allah
selamatkan? Sehingga Allah memilih Abraham sebagai bapa bangsa pilihanNya dan
menurunkan garis keturunan kepada Yesus. Bukanlah tanpa sebab Allah memilih
bangsa Israel. Sejak manusia pertama jatuh dalam dosa, secara otomatis manusia
selanjutnya pun lahir dengan terbelenggu dosa. Sehingga Allah perlu memilih
suatu bangsa sebagai rencana untuk penyelamatanNya itu. Untuk itu, Allah memilih
bangsa Israel, yang merupakan bangsa kecil dan lemah. Sebab dalam kelemahan,
Allah menunjukkan kuasa dan kasihNya yang sempurnna.
Dalam kitab Ulangan, kita dapat menemukan alasan
mengapa Allah memilih bangsa Israel. Allah mewahyukan diri melalui Firman yang
diwartakan lewat perantaraan nabi Musa. “Bukan karena lebih banyak jumlahmu
dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu-
bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? Tetapi karena Tuhan
mengasihi kamu dan memegang sumpahNya yang telah diikrarkannya kepada nenek
moyangmu, maka Tuhan telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan
menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir. Sebab itu
haruslah kau ketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia,
yang memegang perjanjian dan kasih setiaNya terhadap orang yang kasih kepadaNya
dan berpegang pada perintahNya, sampai kepada beribu-ribu keturunan … “ (Ul
7:7-9). Allah menyelamatkan bangsa Israel menjadi wujud nyata kasih Allah
sehingga semua orang pun ikut terpanggil menjadi umat Allah. Maka dengan
dipilihnya Israel, bangsa yang kecil, rencana telah penyelamatan Allah berjalan
samapai keseluruh bangsa di dunia.
3.3
Allah Mengutus
Yesus Sebagai Wujud Kasih Yang Sempurna
Melalui karyaNya, Allah menciptakan segala sesuatu
untuk mewujudkan kasihNya. Seluruh karya ciptaan merupakan ciptaan yang baik
(bdk Kej 1:31). Salah satu ciptaan yang istimewa adalah manusia. Namun rencana
agar manusia hidup dalam kebahagiaan menjadi batu sandungan bagi Allah karena
mereka telah makan buah terlarang sehingga jatuh dalam dosa. Namun Allah tidak
memalingkan wajahNya dan meninggalkan kita dalam kebinasaan dosa. Sebab Allah
adalah kasih. Rencana terbesarNya ialah mengutus Yesus sebagai kurban persembahan
penebusan dosa manusia. Suatu keyakinan bahwa Allah mengutus Yesus sebagai
wujud kasihNya yang sempurna, sehingga Yesus menjadi cinta kasih yang nampak.
Secara khusus, Allah menjadikan Yesus sebagai tempat
yang sempurna untuk penjelmaan kasihNya. Namun siapakah Yesus itu? Mengapa
Allah harus mengutus Yesus? Inilah pertanyaan refleksi bagi kita. Suatu
kebenaran iman bahwa kita mau mengetahui kehendak Allah. Allah mengutus Yesus
sebagai wujud kasihNya untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. KasihNya
itu tercermin dalam kebenaran Firman yang disampaikan oleh Yesus. Karya
terbesarnya ialah melalui wafat dan kebangkitanNya, sehingga kita terbebaskan
dari segala dosa. Yesus adalah manusia yang tidak terbelenggu dosa meskipun
terlahir sebagai manusia. Arti penting hidupNya tidak saja terletak pada
ketidakberdosaanNya, walaupun hal itu juga adalah aspek yang penting, tetapi
dalam kenyataan bahwa hidup Yesus adalah contoh kesempurnaan yang dimaksudkan
Allah bagi manusia sejak penciptaan pertama. Disini akhirnya Yesus adalah orang
yang memahami kemuliaan dan cinta Allah, suatu kemuliaan dan suatu cinta yang
dipantulkan dalam ciptaan, namun jauh melampaui dunia nyata[4].
3.4
Yesus adalah
Kasih Allah menjadi Pokok Anggur yang Benar
Yesus dimengerti
sebagai pokok anggur, pusat dari seluruh carang dan memampukan carang-carang
menghasilkan buah. Bapa perperan sebagai pengusahanya, yang mengelola, mengatur
dan memelihara demi munculnya buah-buah dari carang tersebut (bdk Yoh 15:1-2).
Yesus sebagai pokok anggur menjanjikan dalam iman kehidupan kekal bersamaNya.
Buah-buah yang berasal dari dan berpokok pada Yesus sudah diwarnai oleh janji
akan kebangkitan sebagai dasar dan pangkal iman. Yesus menjadi pokok anggur, yang
memberikan kehidupan dan buah-buah disetiap carangnya. Buah-buah yang
dihasilkan tinggal bersama Yesus adalah buah-buah pertobatan dan penghayatan
nilai-nilai Injil. Buah-buah itu tidak bersifat individual, melainkan diwujudnyatakan
dalam seluruh hidup Gereja
Dalam perikop
Yoh 15, Yesus Kristus tampil sebagai sosok yang memperlihatkan Firman yang
menjadi daging untuk menyampaikan hidup kepada manusia (bdk Yo 1:14). Teologi
penjelmaan (inkarnasi) itu terungkap melalui pemikiran tentang “pengutusan” dan
“Kesaksian. Hidup dan seluruh karya Yesus adalah memberikan kesaksian tentang
pengutusan oleh Bapa[5].
Kita mengetahui bahwa Yesus dengan gencar-gencarnya menganggap bahwa diriNya
adalah pokok anggur yang benar. Hal ini sungguh nyata bagi kita, karena hanya
dalam Yesuslah kita bisa beroleh kehidupan dan keselamatan kekal.
4.
Apa yang
dikehendaki Yesus terhadap Gereja?
4.1
Gereja
Kata Gereja berasal dari bahasa Yunani yaitu ekklesia yang berarti “kumpulan” atau
“pertemuan”. Gereja atau ekklesia merupakan
kelompok orang yang sangat khusus atau istimewa yang berarti bahwa Gereja
merupakan sebuah persekutuan khusus antara umat dengan Allah (Gereja adalah
Umat Allah). Kata Gereja dibawa ke Indonesia oleh para misioneris Portugis
yaitu yang berasal dari kata igreja. Kata
tersebut merupakan ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia. Sering kali juga dipakai kata jemaat atau umat. Namun,
jemaat yang dimaksud disini ialah jemaat yang sangat istimewa. Ada baiknya
kalau memakai kata Gereja atau ekklesia saja.
Kata Yunani ini berasal dari kata yang berarti “memanggil”, yaitu Gereja adalah
umat yang dipanggil Allah. oleh karena itu. Gereja merupakan persekutuan umat
beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan dipersatukan dan
dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan yang dipercayakan
Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan. Dengan demikian, Gereja mengabdikan
diri kepada Yesus untuk selalu mengamalkan kasih kepada semua ciptaan Allah.
4.1.1
Gereja:
Komunitas
Rahmat adalah hidup Kristus sendiri, diteruskan Roh
Kudus kedalam setiap manusia beriman. Konsekuensinya adalah kita berada dengan
orang lain yang percaya kepada Yesus, sehingga membentuk suatu komunitas yaitu Gereja.
Sebagai komunitas, Gereja membawa kekudusan Kristus kepada setiap anggotanya.
Hal ini tampak dalam sakramen sebagai tanda keselamatan Allah bagi Gereja.
Dengan bersumber pada kasih Yesus, maka komunitas Gereja memiliki dasar
kehidupannya yakni kasih. Sehingga yang dikehendaki Yesus bagi Gereja ialah
menghidupkan kasih dalam komunitasnya. Melalui kasih, Gereja dapat berhubungan
erat dengan setiap anggotanya. Kehidupan Gereja adalah kehidupan Kristus yang
nyata dan aktif, meskipun ada kesalahan-kesalahan manusia dan
kekurangan-kekurangannya. Komunitas ini dipertahankan dalam kekudusan hidup
Kristus, mengekspresikan dan membantu perkembangan hidup itu dalam, melalui dan
untuk anggota-anggotanya.
4.1.2
Gereja: Misi
Gereja sebagai komunitas yang hidup dalam rahmat
Kristus. Ini berarti Gereja tidak sekedar hidup saja melainkan membagikan rahmat
itu kepada setiap anggotanya. Sehingga Gereja juga merupakan suatu misi. Misi
Gereja ialah memperbarui kembali ciptaan menurut rupa Kristus. Sekali Allah
menjadi manusia dalam diri Yesus, ciptaan memiliki suatu cita-cita baru, tujuan
baru yakni memantulkan Allah seperti yang dinyatakan dalam diri Yesus. Gereja
sebagai misi merupakan hal konkret dimana karya pewartaan Kabar Keselamatan
dilakukan melalui misi yang dilandasi oleh kasih Yesus. Anggota-anggota Gereja
mengemban misi ini dengan bertindak atas nama Kristus. Mereka dipanggil untuk
melakukan karya Yesus, yakni menguduskan, mengajar dan memimpin. Gereja
menguduskan dunia dengan menghayati kekudusan Kristus dan mengundang sesamanya
untuk berpartisipasi dalam kekudusan itu. Mereka mengajar dengan cara
mewujudnyatakan dan menghayati ajaran Kristus. Selain itu, mereka juga memimpin
untuk mengarahkan setiap anggotanya dan sesamanya agar semakin terarah pada
hidup Kristus. Dengan melakukan ini, anggota-anggota Gereja mengarahkan Gereja
menuju pemenuhan nasib akhirnya, yaitu kepenuhan hidup bersama Yesus Kristus.
4.2
Yesus
Memerintahkan Sikap Saling Mengasihi Kepada Gereja
Karena Yesus
telah mengasihi kita maka kita juga harus mengasihiNya. Yesus mengajak kita
untuk tinggal bersamaNya sehingga menghasilkan buah kehidupan. Bapa yang
terlebih dahulu mengasihi Yesus menjadi pola dan acuan Yesus mengasihi kita. “Dan
cinta kasih kepada Allah dan Tuhan kita ini mengandung konsekuensi cinta kasih
kepada sesama yang tampak dalam perbuatan lahir. Tidak mungkin manusia
mengatakan, bahwa ia mengasihi Tuhan tetapi membenci orang yang ditebus dan
terkunci dalam cinta kasih Tuhan”[6].
Kasih Yesus ditanggapi oleh kasih para muridNya dan diteruskan kepada Gereja.
Secara nyata, Yesus menghendaki agar kita (Gereja)
memiliki sikap saling mengasihi sebab kasih menjadi dasar hidup bagi Gereja.
“Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu” (Yoh 15:12). Ini merupakan suatu kenyataan bagi kita untuk
menerima perintah tersebut sebagai konsekuensi menjadi muridNya. Memang tidak
mudah bagi Gereja untuk terus menerus mengamalkan kasih dengan menghadapi
kenyataan dunia yang semakin modern dan manusia yang individualistis. Bukan tanpa
sebab mengapa Yesus mau memberi perintah tersebut. Salah satu alasannya ialah
supaya sukacitaNya ada dalam kita dan menjadi penuh[7].
Karena kita adalah sahabat Yesus sehingga Yesus mau mengalirkan kasihNya kepada
kita untuk dibagikan kepada sesama (bdk Yoh 15:14). Dengan demikian, kehendak
Yesus agar Gereja saling mengasihi menjadi suatu patokan hidup agar Gereja
tetap hidup dalam kasihNya dan mengamalkan kasihNya itu dalam karya pewartaan
kepada sesama di dunia ini (Yoh 15:17).
5.
Bagaimana
hubungan kasih Allah dengan hidup Gereja?
Kasih adalah kekuatan luar biasa yang memimpin
manusia untuk memilih suatu kewajiban yang berani dan murah hhati didalam
bidang-bidang kehidupan manusia. Hal ini bukan berasal dari manusia, melainkan
kehendak Allah sendiri, sebab Allah adalah kasih, sehingga segala sesuatu
bersumber pada Allah. Kita sebagai anggota Gereja memiliki hubungan yang erat
dengan Allah. Kasih Allah yang begitu besar sangat nampak dalam perutusan
PuteraNya yaitu dengan kurban salibNya sebagai penebusan dosa. Lalu bagaimana
hubungan kasih Allah dengan hidup Gereja? Pertama-tama kita harus menyadari
bahwa Allah sangat mengasihi kita, sehingga kita bisa memiliki kasihNya itu
yang diwujudkan dalam kehidupan bersama.
Gereja memiliki hubungan yang erat dengan Allah.
Gereja menjadi sarana perwujudan kasih Allah. Dapat dikatakan bahwa tanpa kasih
Allah, Gereja tidak pernah ada sampai saat ini. Dapat kita lihat dari sejarah
keselamatan, dimana Allah menciptakan manusia dengan amat baik. Namun manusia
jatuh dalam dosa sehingga mengutus Yesus. Dalam diri Yesus, kasih Allah menjadi
nyata. Sabda dan Karya Yesus merupakan kisah nyata dimana melaluinya tumbuh
kehidupan manusia yang berkumpul bersama, percaya kepada Allah dan menjadi
rasulNya. Dari sini, Yesus mendirikan Gereja melalui perantaraan Petrus (bdk
Mat 16:18). Singkatnya bahwa melalui Kasih Allah ini maka Gereja hadir dan
terus tumbuh berkembang sampai saat ini. Sehingga kehadiran Gereja merupakan
wujud kasih Allah yang memiliki tujuan agar seluruh ciptaanNya bersatu
denganNya. Secara khusus melalui Gereja ini, Allah mewartakan kasihNya yang
sempurna kepada seluruh manusia yang ada di dunia ini.
Selain itu Gereja mewujudan kasih Allah, Gereja
mewartakan kasih Allah. Gereja didirikan dari batu-batu yang hidup. Didalamnya
orang-orang pilihan bertumbuh kepada kekudusan Allah. Semuanya itu terjadi
menurut keputusan abadi Allah untuk mewujudkan kasihNya yang tak terbatas. Bapa
mendirikan Gereja sebagai pengantin bagi SabdaNya yang telah menjadi manusia,
yakni Yesus Kristus. Melalui Gereja inilah, kasih Allah semakin tampak nyata.
Sebab Gereja dalam perutusan tugas pewartaan Kabar Keselamatan, membawa serta
perbuatan kasih sebagai cerminan Diri Allah yang penuh dengan kasih. Sehingga
Gereja senantiasa hidup dengan terus menerus berkembang karena selalu
mewartakan kasih Allah.
6.
Relevansi Kasih
Allah
6.1
Bagi Calon Katekis
Melalui perantaraan Yesus, Allah mengundang kita
untuk tinggal dalam kasihNya, sebab Allah ingin agar sukacitaNya selalu
memenuhi hidup kita. Perwujudannya yaitu kita dipanggil menjadi murid-muridNya sebagai
anggota Gereja. Secara khusus bagi calon katekis. Allah telah memanggil mereka
untuk bersekutu denganNya demi mewujudkan kasihNya. Lalu bagaimana calon
katekis mewujudkan kasih Allah dalam hidup ini? Inilah pertanyaan refleksi yang
menjadi dasar pentingnya kasih Allah bagi calon katekis.
Calon katekis adalah murid Yesus. Melalui
pembaptisan, mereka diangkat menjadi Umat Allah (Gereja) dan menerima perutusan
untuk mewartakan Kabar. Calon katekis menjadi perwujudan kasih Allah. Melihat
realita sekarang ini, masih banyak calon katekis yang belum sepenuhnya hidup
dalam kasih Allah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya penghayatan mereka
sebagai anggota Gereja untuk hidup menurut Sabda Allah. Seringkali mereka masih
banyak menuruti keinginan duniawi saja. Dunia yang serba modern ini membuat
kesadaran mereka untuk tinggal dan menghidupi kasih Allah menjadi sangat sulit.
Namun melalui pembahasan ini, calon katekis dingatkan mengenai betapa
pentingnya kasih Allah bagi kehidupan mereka. Tanpa Allah yang mengasihi,
mereka tentunya tidak pernah diundang untuk hidup bersamaNya. Karya keselamatan
Allah juga tidak hadir dalam kehidupan mereka. Melalui Yesus, mereka kembali
dingatkan bahwa mereka adalah sahabat-sahabat Allah. “Kamu adalah sahabatKu,
jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh 15:14). Secara langsung
Yesus menegaskan hal itu. Namun calon katekis juga perlu menyadari dengan
tanggung jawabnya yakni untuk menuruti segala perintahNya. Maka, jika calon
katekis dapat hidup dan mengamalkan kasih Allah, maka mereka akan selalu
bersukacita (Yoh15:11) dan segala sesuatu akan diberikan oleh Bapa kepada
mereka (Yoh 15:160.
Lalu bagaimana calon katekis mewujudkan kasih Allah
itu? Memang tidak mudah rasanya mewujudkan kasih Allah ditengah manusia yang semakin
individualistis sekarang ini. Inilah tantangan yang harus dihadapi. Namun kasih
Allah senantiasa hadir dan memberi kehidupan bagi calon katekis yang mau
bertekun mewujudkan kasih Allah. Hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
kasih Allah misalnya dengan bertekun dalam doa, menjadi lektor, menyumbangkan
uang atau pakaian kepada pengemis, mengerjakan tugas dengan jujur, dan
sebagainya. Banyak cara baik yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kasih Allah
agar semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kehidupan
calon katekis menjadi suatu kebahagiaan karena kasih dan karya keselamatan
Allah memenuhi kehidupan mereka.
6.2
Bagi Umat
Secara fisik, umat mengalami perkembangan yang
sangat signifikan. Banyak umat yang sudah menyadari bahwa kehidupan mereka
bergantung kepada Allah. Memang banyak juga tantangan dan cobaan hidup yang
harus dihadapi umat. Adakalanya umat mengalami kedewasaan iman, namun juga terkadang
menghadapi krisis iman. Kesadaran untuk hidup bersama Allah menjadi faktor pendukung
agar mereka memperoleh keselamatan kekal. Kasih Allah sangat dibutuhkan oleh
umat. Allah yang mahapengasih telah memanggil umat untuk bersekutu denganNya.
Inilah wujud kasihNya yaitu membentuk umat menjadi Gereja. Kalau Allah tidak
mengasihi umat, bagaimana kehidupannya? Tentu kita menyadari bahwa berkat kasih
Allah ini, umat dapat memperoleh hidup dalam dinamika kehidupan yang kompleks.
Umat diundang untuk tinggal didalam kasih Allah melalui perantara Yesus. Yesus
menjadi faktor penting dalam hal ini. Sebab melalui Yesus, kasih Allah menjadi
sangat terwujud yakni dengan kurban salibNya sehingga umat memperoleh
keselamatan.
Umat merupakan anggota Gereja. Dan Gereja adalah
wujud kasih Allah. Inilah keterkaitan yang erat antara Allah dengan umat. Allah
mengasihi umat dengan menganggapnya sebagai sahabat. Karena Allah mengasihi
umat, maka secara tidak langsung umat harus hidup dalam kasihNya itu. Selain
itu, umat juga dapat menghidupi kasih Allah kepada sesama. Hal yang dapat
dilakukan misalnya dengan membentuk kelompok beriman yang memiliki tujuan untuk
membantu kaum miskin, hidup rukun dalam keluarga, bergotong royong bersama
masyarakat membersihkan sampah-sampah, dan sebagainya. Dengan begitu, umat
tidak hanya selalu hidup dalam kasih Allah sebagai anggota Gereja, melainkan
mampu mewujudkan dan mengamalkan kasihNya kepada sesama. Sebagai anggota
Gereja, inilah tugas umat yaitu mampu mewujudkan kasih Allah. Apalagi jika umat
mampu membuat sesama semakin hidup dalam kasih Allah maka bukan suatu kebetulan
bahwa mereka memperoleh kehidupan kekal bersama Allah.
[1] http://www.kadnet.org/web/index.php?option=com_content&view=article&id=3915:manusia-diciptakan-untuk-menjadi-sahabat-allah&catid=51:supplement&Itemid=65
[2] Guido Tisera, Firman telah Menjadi Manusia, (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), hal 80.
[4] Uskup Agung Daniel E.Pilarczyk. Beriman Katolik, (Jakarta: Obor, 2002),
hal 38.
[5] Mgr.a.M Sutrisnaatmaka,MSF.
Ekaristi Tanda Kesatuan Gereja dan Sumber
Cinta bagi Sesama, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2012), hal 136.
[6] Josef Boumans
SVD, Telaah tentang Ensiklik Tubuh Mistik
Kristus Paus Pius XII. (Jakarta:Celesty Hieronika,2000), hal 37.
[7] Yoh 15:11,
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada didalam kamu dan
sukacitamu menjadi penuh”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hal
pertama yang harus kita pahami yaitu bahwa Allah adalah kasih. Kasih Allah ini
diwujudnyatakan dalam diri Yesus Kristus. Sehingga mengalirkan kasih kepada
Gereja dan seluruh manusia. Kasih merupakan perasaan menyayangi dengan setulus
hati. Kasih Allah merupakan kasih yang penuh dengan pengorbanan, dimana Allah
mau mengobankan diri sebagai manusia dalam diri Yesus melalui kematian yang
paling hina yakni disalibkan. Namun kasih inilah yang kemudian terus menerus
dihidupi oleh segenap manusia. Allah mengasihi manusia dapat dilihat dari kisah
penciptaan yang penuh dengan perencanaan agar Allah memiliki sahabat, yaitu
manusia. Alasan yang mendasar bahwa Allah mengasihi manusia yaitu bahwa
Allah-lah sumber kasih. Dari sini terpancar kasih yang begitu besar untuk
menyelamatkan manusia. Selain itu karena manusia adalam sahabat sehingga kasih
Allah selalu hadir dalam setiap manusia.
Kita
tahu bahwa Allah memiliki rencana dengan kasihNya itu. Rencana itu merupakan
kini telah diwujudkan secara nyata dalam sejarah kehidupan manusia. Perwujudan
kasih Allah bagi ialah dengan menciptakan manusia, memanggil dan menyelamatkan
bangsa Israel, mengutus Yesus sebagai wujud kasih yang paling sempurna,
sehingga Yesus menjadi pokok anggur yang benar bagi seluruh dinamika kehidupan
manusia. Gereja menjadi salah satu perwujudan kasih Allah melalui perantara
Yesus. Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah,
melalui pembaptisan dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk
menjalankan perutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan
karya keselamatan. Gereja juga mengemban misi untuk mengamalkan kasih kepada
sesama (Yoh 15:9-17).
Gereja
mengalami kehidupan yang kompleks, Gereja sebagai komunitas tetap mewartkan dan
menunjukkan kasihNya kepada seluruh anggota-anggotanya dan umat lainnya. Selain
itu Gereja sebagai misi mengemba tugas perutusan untuk mewartakan Kabar Gembira
dengan dilandasi oleh kasih. Kasih Allah kepada manusia tampak nyata dalam
Yesus. Yesus adalah firman yang menjadi manusia sehingga menjadi kehidupan bagi
Gereja. Dalam hal ini, kasih Allah menjadi penuh. Allah mengasihi Yesus dan
menyerahkan segala sesuatu kepadaNya. Sehingga Yesus juga mengasihi semua
manusia, yang secara khusus adalah Gereja. Kasihnya itu menuntut agar Gereja
juga dalam mewartakan Kabar Gembira tetap melandasi kehidupannya dengan kasih
Allah. Perintah Yesus untuk saling mengasihi menjadi nyata (Yoh 15:9-17) dalam
kehidupan Gereja. Kini Gereja semakin tumbuh dan berkembang berkat kasih Allah
yang nyata daam diri Yesus yang secara khusus dengan wafat dan kebangkitan
Yesus. Dengan demikian, kasih Allah memiliki hubungan yang erat dengan hidup
Gereja. Dimana terdapar hubungan timbal balik yang nyata untuk selalu
mengamalkan kasih Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Boumans,
Josef.2000. Telaah tentang Ensikli Tubuh
Mistik Kristus Paus Pius XII. Jakarta: Celesty Hieronika.
http://katolisitas.org/9682/mengapa-allah-memilih-bangsa-israel
Kirchberger,
Georg, dkk. 1989. Siapa Itu Allah. Ende:
STFK Ledalero
Pilarszyk,
Daniel E. 2002. Beriman Katolik.
Jakarta: Obor
Sutrisnaatmaka,
A.M. 2002. Ekaristi Tanda Kesatuan Gereja
dan sumber Cinta bagi Allah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara
Tisera, Guido.
1992. Firman Telah Menjadi Manusia. Yogyakarta:
Kanisius