BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Umat Allah atau
yang biasa disebut dengan Gereja, kini telah mengalami perkembangan yang sangat
baik. Umat semakin menyadari persatuannya dengan Allah sebagai Sumber
Kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari, bukan hanya jumlah awam yang semakin
bertambah, semakin banyaknya orang yang dibaptis, tetapi juga dapat dilihat
dari semakin banyaknya minat kaum muda katolik yang ingin menjadi pewarta Sabda
Allah atau guru agama (katekis). Bagi calon katekis, mengembangkan Gereja dan
mewartakan Sabda Allah menjadi tugas yang tidak mudah. Calon katekis harus bisa
memaknai Gereja dalam dirinya. Selain masih mengenyam pendidikan maupun melalui
keterampilan khusus, calon katekis harus bisa memahami terlebih dahulu Sabda
Allah terutama Yesus Kristus, kemudian mewartakanNya ditengah-tengah umat yang
saat ini mengalami perubahan hidup akibat modernisasi.
Sebelum
mengembangkan Gereja, calon katekis harus bisa memahami terlebih dahulu
mengenai Gereja. Apa itu Gereja, Gereja seperti apa yang dimaksud, peranan
katekis bagi Gereja dan lain-lain. Bagi calon katekis yang sedang menghayati
hidup bersama dalam proses sosialisasi dirinya, harus diajak untuk menyadari
dan menghayati hidup bersama secara khusus sebagai Gereja. Dengan harapan
supaya mereka sungguh dapat memaknai Gereja dalam diri pribadinya. Gereja
memiliki pengertian berbeda bagi masing-masing individu, meskipun inti dari
Gereja adalah sama yaitu Gereja sebagai Umat Allah. Sebagai calon katekis, ia
juga harus menyadari bahwa ia adalah Gereja. Ia adalah orang yang terpanggil
menjadi pelayan Sabda Allah bagi umat saat ini.
Gereja adalah
sebuah kata yang tidak asing lagi didengar. Gereja sering diucapkan oleh banyak
orang dan salah satunya adalah calon katekis dalam kehidupan saat ini. Namun,
Gereja seperti apa yang dimaksud? Apakah gereja itu hanya sebagai tempat
(bangunan) untuk beribadat? Atau Gereja itu merupakan jemaat Allah? Untuk itu
perlu adanya penjelasan khusus mengenai Gereja bagi kehidupan orang saat ini
termasuk bagi calon katekis. Untuk saat ini, calon katekis mengalami perkembangan
jumlah yang baik. Namun disatu sisi, karena perkembangan globalisasi telah
mempengaruhi kehidupan calon katekis dan dalam memaknai Gereja dalam dirinya.
Sehingga pemahaman Gereja dalam dirinya menjadi sangat kurang. Oleh karena itu,
perlu adanya pemberian pemahaman yang lebih kepada calon katekis tentang Gereja
supaya mereka sungguh dapat memahami, menghayati dan mengembangkan Gereja
disituasi yang serba modern saat ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
arti dan makna Gereja sebagai Umat Allah?
2.
Apa
itu calon katekis dan katekis?
3.
Bagaimana
hubungan Gereja dengan calon katekis?
C. TUJUAN
Penulisan paper
ini bertujuan untuk mengetahui tentang makna Gereja sebagai Umat Allah bagi
calon katekis saat ini, mengetahui tentang calon katekis dan katekis serta
hubungan calon katekis dengan Gereja. Dengan adanya penulisan ini, diharapkan
supaya kita dan khususnya bagi calon katekis dapat sungguh memahami tentang
Gereja serta dapat mengembangkannya dan mewartakan Sabda Allah ditengah-tengah
umat.
BAB II
MAKNA GEREJA
SEBAGAI UMAT ALLAH
BAGI CALON
KATEKIS DEWASA INI
A. ARTI DAN MAKNA GEREJA SEBAGAI UMAT ALLAH
Gereja
merupakan hasil karya Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, Gereja hanya sebuah kumpulan
atau organisasi manusia biasa. Kumpulan manusia yang membuat dan menjadikan
Gereja adalah karena adanya kegiatan Roh yang selalu menaungi kehidupan
didalamnya. Dan Roh itu adalah Roh Kudus.
Melalui hasil karya Roh Kudus, Gereja dapat dipahami sebagai kerangka
karya keselamatan Allah kepada umatNya.
Dalam perjalanan
hidup Gereja, Gereja merupakan hasil dan karya keselamatan Allah yang sudah
dimulai sejak Perjanjian Lama. Allah memilih umat Israel dan mengumpulkannya
serta membuat umat itu menjadi sebuah bangsa yang terpilih. Bangsa yang
terpilih berarti Allah sendiri yang memilih bangsa itu untuk memulai karya
keselamatanNya kepada umatNya.
Langkah
yang lebih jelas kearah pembentukan Gereja adalah dengan kedatangan Yesus yaitu
Sabda yang menjadi manusia yang tampil ditengah-tengah umat Israel. Dalam
kehadiran dan karyaNya ditengah umat Isarel, Yesus mewartakan kerajaan Allah
dan melakukan mujizat-mujizat serta memberi peneguhan hidup kepada umat bahwa
Kerajaan Allah sudah datang. Disalah satu pihak banyak umat yang tidak percaya
dan menolakNya. Meskipun demikian karya pewartaanNya juga banyak diterima oleh
banyak orang dan mereka menjadi pengikutNya. Terbentuklah suatu kelompok khusus
disekitar Yesus, yang dipilih oleh Yesus sendiri dan dijadikan sebagai saksiNya
untuk meneruskan tugas perutusan Yesus. Kelompok khusus itu ialah para rasul.
Para rasul inilah yang kemudian mewartakan Sabda Allah yang berpusat pada Yesus
ke seluruh penjuru dunia setelah sengsara, wafat dikayu salib dan kebangkitan
Yesus serta kenaikanNya ke surga. Melalui para rasul ini, pembentukan Gereja
semakin nampak nyata karena pewartaan mereka sungguh diterima dengan baik oleh
umat manusia.
Yesus
mengutus Roh Kudus kedalam Gereja sebagai tanda kehadiranNya ditengah-tengah
umat. Dengan kehadiranNya, Gereja semakin dipersatukan dalam persekutuan bersama
Allah. Allah tetap berkarya dalam keterbatasan yang dimiliki oleh Gereja
terutama karena Gereja tetap memiliki dosa. Namun, Gereja dalam naungan Roh
Kudus yang percaya pada Yesus Kristus akan tetap selalu dibantu olehNya
sehingga Gereja tetap dalam persatuanNya. Gereja dipanggil untuk menjadi
pewartaNya demi Kerajaan Allah di seluruh dunia. Karena karya Allah tidak
terbatas pada Gereja saja melainkan Gereja diajak untuk ikut ambil bagian dalam
pewartaan keselamatan Allah bagi dunia.
A.1
Asal Usul dan Arti Kata Gereja
Bila
kita mendengar kata Gereja, apa yang muncul dalam pikiran kita? Mungkin secara
spontan kita akan mengartikan bahwa gereja itu merupakan tempat ibadat bagi
umat kristiani. Kita juga sering mengartikannya sebagai sebuah bangunan. Dalam kehidupan ini, tidak jarang juga kita
mendengar orang berbicara tentang Gereja. Tidak hanya umat kristiani saja,
melainkan juga umat lain yang nonkristiani. Namun tanpa mereka sadari, mereka
juga sulit untuk mengartikan Gereja yang sesungguhnya. Bagi orang yang belum
pernah menerima materi atau pengetahuan tentang Gereja, mungkin jawaban yang
mereka beri bahwa Gereja adalah tempat ibadat merupakan penjelasan yang tepat
bagi mereka. Namun kita yang sudah memperoleh pengetahuan tentang Gereja
hendaknya dapat memberi argument, penjelasan atau penggambaran yang tepat
mengenai Gereja. Oleh karena itu, kita perlu mengenal dan mengetahui terlebih
dahulu arti dan asal kata Gereja, dari manakah kata Gereja itu berasal.
Kata
Gereja berasal dari bahasa Yunani yaitu ekklesia
yang berarti “kumpulan” atau “pertemuan”. Gereja atau ekklesia merupakan kelompok orang yang sangat khusus atau istimewa
yang berarti bahwa Gereja merupakan sebuah persekutuan khusus antara umat
dengan Allah (Gereja adalah Umat Allah). Kata Gereja dibawa ke Indonesia oleh
para misioneris Portugis yaitu yang berasal dari kata igreja. Kata tersebut merupakan ejaan Portugis untuk kata Latin ecclesia. Sering kali juga dipakai kata
jemaat atau umat. Namun, jemaat yang dimaksud disini ialah jemaat yang sangat
istimewa. Oleh karena itu, ada baiknya kalau memakai kata Gereja atau ekklesia saja. Kata Yunani ini berasal
dari kata yang berarti “memanggil”, yaitu Gereja adalah umat yang dipanggil
Allah.
A.2 Makna Gereja sebagai Umat Allah
Gereja
atau ekklesia merupakan kata yang
biasa dipakai pada zaman para rasul. Dari cara memakainya, kelihatan bagaimana
mereka memahami diri dan merumuskan karya keselamatan Tuhan diantara mereka.
Mereka juga terkadang berkata “Gereja Allah” atau “Jemaat Allah” yang kiranya
sesuai dengan cara bicara orang Yahudi. Mereka menjadi jemaat atau Gereja
karena iman akan Yesus Kristus, khususnya akan wafat dan kebangkitanNya. Gereja
adalah jemaat Allah yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil
menjadi orang-orang kudus dengan semua orang di segala tempat (1Kor 1:2).
Seiring dengan perkembangan zaman, Gereja semakin dimaknai sebagai Umat Allah.
Umat Allah merupakan sebuah istilah dari Perjanjian Lama dan hal yang paling
menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat pilihan Allah. Hal ini
berarti bahwa Gereja merupakan umat yang dipilih oleh Allah sendiri untuk karya
keselamatan manusia.
Gereja merupakan
persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan
dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan
yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan. Umat
beriman, baik yang menerima imamat (pastor, uskup) maupun tidak menerima imamat
(kaum awam, katekis, suster, dll) mempunyai peranan yang berarti dalam
mengemban dan meneruskan karya Yesus saat ini. Mereka dipanggil oleh Allah
sendiri untuk mengembangkan Gereja dan mewartakan Injil ditengah situasi zaman
yang serba modern saat ini. Dalam Roh Kudus, Gereja senantiasa dibimbing dalam tugasnya
sehari-hari untuk tetap bertekun dalam melaksanakan perutusan dari Yesus untuk
selalu mewartakan Kabar Gembira ke seluruh bangsa. Seperti Yesus sendiri
bersabda: “Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus” (Mat 28:19).
Umat Allah
semata-mata karena hasil dari karya Allah sendiri. Umat mulai dipersatukan
dalam sejarah Perjanjian Lama, dimana Allah mengumpulkan umatNya dan menjadikan
bangsa itu menjadi bangsa yang terpilih. Perkumpulan umat inilah yang kemudian pada
Perjanjian Baru mencapai kepenuhan dengan membentuk sebuah persekutuan umat
yang lebih jelas dengan kehadiran Yesus ditengah-tengah bangsa Israel. Dengan
kehadiran Yesus ini, perkumpulan umat tersebut boleh dikatakan sebagai Gereja.
Gereja semakin tumbuh dan berkembang serta mengalami persatuaannya bersama
Kristus Yesus. Memang kata Umat Allah sedikit kabur, tetapi kata ini dipakai
agar Gereja tidak dilihat secara yuridis dan organisatoris melulu. Gereja
muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan yang sudah dimulai dengan panggilan
Abraham. Gereja yang merupakan Umat Allah dipanggil supaya karya keselamatan
sungguh terlaksana dalam diri umat manusia. Dalam hubungannya dengan umat
manusia, sekaligus jelas pula bahwa Gereja itu majemuk: “Dari bangsa Yahudi
maupun kaum kafir Allah memanggil suatu bangsa, yang bersatu padu bukan menurut
daging, melainkan dalam Roh”. Roh Kudus merupakan sumber kesatuan Gereja yang
sesungguhnya, yang mempersatukan semua oleh rahmatNya. Memang dalam Gereja itu
ada unsur organisatoris dan komunikasi antara manusia sebagai sifat insani
kehidupan Gereja. Namun, kesatuan organisatoris bukanlah sebuah penjamin
kehidupan dan keselamatan Gereja. Untuk itu perlu adanya segala komunikasi dan
kegiatan Gereja yang berasal dari Roh untuk selalu menggerakkan Gereja dalam
upaya karya keselamatan.
Bagi calon
katekis, dirinya adalah Umat Allah. Melalui pembaptisan mereka dipersatukan
menjadi putera dan puteri Gereja, dalam karunia Roh Kudus untuk menjalin hubungan
dengan Allah Bapa. Dalam pembaptisan itu pula, mereka menjadi manusia baru yang
siap menjadi anggota Gereja, dengan Yesus sebagai Guru Teladan mereka. Mereka
dipanggil untuk karya pewartaan Sabda Allah ditengah-tengah umat. Maka, calon
katekis merupakan orang yang melalui pembaptisan bersatu dengan Allah Trinitas
dipanggil dan dipersiapkan untuk menjadi pewarta Sabda Allah ditengah-tengah
umat demi keselamatan semua orang.
Seperti
yang kita ketahui bahwa pandangan Gereja sebagai Umat Allah muncul bersamaan
dengan adanya Konsili Vatikan II. Gereja merupakan Umat Allah yang seluruh
anggota Gereja terlibat secara aktif melanjutkan misi dan karya keselamatan
Yesus. Sebutan Umat Allah oleh Konsili Vatikan II amatlah penting, khususnya
untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi
melainkan karya Allah yang konkrit. Perlu disadari juga bahwa Gereja adalah
kelompok dinamis yang keluar dari sejarah dan kasih Allah dengan manusia. Pandangan
Gereja sebagai Umat Allah membawa banyak gagasan baru terhadap kehidupan saat
ini. Gagasan baru tersebut yakni:
a.
Memperlihatkan
sifat hitoris Gereja yang hidup “inter tempora” yakni Gereja dilihat menurut
perkembangannya dalam sejarah keselamatan dibawah dorongan Roh Kudus. Gereja
senantisa berada dalam naungan dan keselamatan dari Allah Bapa yang dimulai
pada Perjanjian Lama hingga mencapai kepenuhannya dalam Yesus di Perjanjian
Baru, serta selalu memberikan semangat dan pewartaan untuk umat manusia saat
ini supaya umat manusia sungguh dapat mengalami keselamatan kekal dari Allah.
Segi organisatoris Gereja tidak terlalu ditekankan lagi, tetapi sebagai
gantinya ditekankan segi kharismatisnya. Gereja berkembang dari bawah, dari
kalangan umat sendiri.
b.
Menempatkan
hierarki dalam keseluruhan Gereja sebagai suatu fungsi, sehingga sifat
pengabdian hierarki menjadi lebih kentara. Hierarki mempunyai tugas pelayanan
sehingga hierarki tidak ditempatkan di atas umat melainkan di dalam umat.
c.
Memungkinkan
pluriformitas dalam hidup Gereja, termasuk pluriformitas dalam corak hidup,
ciri-ciri dan sifat serta pelayanan dalam Gereja.
B. Calon Katekis dan Katekis
B.1
Calon Katekis
Calon katekis adalah umat beriman
kristiani yang melalui pembaptisan dalam Yesus dipilih, dipanggil dan
dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan maupun keterampilan tertentu
untuk menjadi seorang pewarta Sabda Allah kepada umat. Mereka dipilih untuk
menjadi saksi Kristus, dipanggil untuk berkarya dalam tugas pewartaan dan
dipersiapkan secara matang supaya menjadi katekis yang handal sebagai saksi
Kristus dan pewarta Inji. Katekis yang melalui pendidikan (di Perguruan Tinggi)
yang menerima segala pengetahuan dari para dosen dan dengan inisiatif sendiri
mencari pengetahuan, dipersiapkan untuk menjadi katekis yang sungguh dapat
melayani sesuai dengan kebutuhan di kalangan umat. Untuk itu diperlukan sikap
semangat, tekun, kerja sama, iman yang kuat untuk selalu bertahan dalam
menjalankan panggilan dan pendidikannya di Perguruan Tinggi. Selain yang
memperoleh pendidikan di Perguruan Tinggi, ada juga calon katekis yang
dipersiapkan secara khusus dengan suka rela untuk membantu tugas pelayanan umat
dan mewartakan Sabda Allah. Calon katekis tersebut memperoleh pendidikan kursus
yang biasanya bergerak dibidang pengajaran agama untuk wilayah yang bersifat
terbatas. Melalui kursus tersebut, mereka siap bekerja sebagai rasul awam atas
dasar kesukarelaan untuk membantu tugas pelayanan dan pewartaan.
Calon katekis inilah yang nantinya akan menjadi katekis yang
sungguh berguna dalam tugas pewartaan di tengah-tengah umat. Menjadi seorang
katekis profesional tidaklah segampang yang kkita pikirkan. Perlu adanya
perjuangan yang kuat, iman yang teguh terhadap pangilan yang telah kita terima.
Bagi calon katekis yang nantinya akan menjadi katekis, hendaknya selalu siap
dalam menjalankan panggilannya. Calon katekis seperti mempunyai karakteristik
tersendiri karena ia menjadi seorang yang di panggil oleh Allah dalam tugas
perutusannya. Layaknya seseorang yang di panggil untuk menjadi seorang pastor.
Calon katekis ini dipersiapkan secara matang untuk menjadi katekis sejati yang
selalu siap mengemban tugas untuk menjadi pewarta Sabda Allah kepada umat.
Untuk menjadi seorang katekis, calon
katekis yang masih menerima dan menjalankan pendidikan hendaknya juga mempunyai
spiritualitas yang baik terhadap panggilan yang diterimanya. Spiritualitas
tersebut terlebih atas Sabda Allah yang nantinya akan ia wartakan kepada umat.
Selain itu, spiritualitas bagi calon katekis bersumber pada Yesus Kristus,
dalam karya dan pengajaranNya. Spiritualitas tersebut juga dapat mendorong
calon katekis untuk tetap selalu bertahan dalam mempersiapkan diri untuk
menjadi katekis yang handal. Spiritualitas bagi calon katekis yaitu:
Ø Kesetiaan terhadap Sabda Allah
Kesadaran
mutlak bagi calon katekis perlu bertumpu pada Sabda Allah dan tetap setia
terhadap Sabda Allah, tradisi Gereja, supaya calon katekis sungguh menjadi
murid-murid Kristus yang sejati dan mengenal kebenaran. Hal ini dapat membantu
calon katekis dalam tugas pelayanan kepada umat. Kristus yang adalah Sabda yang
menjadi manusia menjadi pusat dalam hidup calon katekis karena pelayanan dan
pewartaannya tidak epas dari Yesus Kristus.
Ø Sabda dan kehidupannya
Para
calon katekis hendaknya juga senantiasa hidup dalam Sabda Allah. Sabda Allah
menjadi sumber pewartaan kepada umat. Calon katekis mempunyai misi untuk selalu
mewartakan Injil kepada umat, yang saat ini masih banyak yang belum mmengenal
Yesus. Untuk itu, Sabda Allah harus selalu dihayati dalam kehidupannya demi
pelayanan kepada sesama.
B.2 Katekis
Dalam
kehidupan ini, sering kali kita mendengar banyak orang berkata tentang katekis.
Mereka mengartikan katekis dengan aneka ragam pengertian, menurut pendapat
mereka masing-masing. Ada yang mengartikan bahwa katekis itu juga merupakan
guru agama yang mengajar agama katolik, ada yang berpendapat kalau katekis itu
seorang yang melayani umat dalam hal iman dan katekis itu merupakan pembina
iman. Namun ada juga yang mengartikan bahwa katekis merupakan petugas pastoral
yang mewartakan Injil. Dari hal ini, terdapat banyak pendapat tentang
pengertian katekis. Sebenarnya siapa itu katekis? Katekis adalah semua umat
beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang
dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Maka,
profesi kehidupan seorang katekis adalah mengajar dan mewartakan Sabda Allah
ditengah-tengah umat.
Dari pengertian tentang katekis, kita
dapat mengetahui bahwa yang menjadi katekis tidak hanya kaum awam saja, para
kleruspun adalah katekis. Para pastor paroki merupakan katekis utama (katekis
dari para katekis) dalam parokinya yang bertugas
mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang dipercayakan kepadanya.
Namun tidak banyak pastor paroki atau katekis yang bekerja di paroki yang tekun
dalam pengajaran dan pembinaan iman. Sehingga masih diperlukan katekis sebagai
partner kerja pastor untuk menambah, membantu dalam tugas pelayanan dan
pewartaan dalam mengembangkan iman umat terhadap Allah. Dalam hal ini, kita
yang masih menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi, maupun yang dengan suka
rela membantu tugas pelayanan dituntut lebih untuk menjadi katekis yang kritis
dan handal dalam melihat situasi saat ini sebelum memberikan pelayanan
ditengah-tengah umat yang sebagian besar mengalami perubahan akibat pengaruh
globalisasi. Dalam
praktik sehari-hari, pada umumnya seorang disebut katekis karena dia mempunyai
pekerjaan yang khas, yakni mengajar agama walaupun sebenarnya dia juga harus
bekerja dibidang pastoral lainnya. Namun, pelayanan katekis mempunyai tujuan
utama yaitu agar hidup Gereja sebagai himpunan umat beriman semakin dewasa
dalam penghayatan iman kepada Yesus.
Perlu untuk diketahui juga bahwa,
panggilan menjadi katekis adalah panggilan luhur yang mengambil bagian dalam
tugas pengajaran Yesus Kristus di dunia. Maka seorang katekis harus mempunyai
sikap untuk mengamalkan apa yang diajarkan kepada umat beriman. Dia harus
memberi contoh hidup apa yang diajarkan kepada umatnya. Dia menjadi batu
penjuru bagi umat yang ingin mengetahui ajaran kristiani dan yang ingin
mengenal Yesus sebagai penyelamat. Untuk dapat mengetahui mengenai katekis,
maka ada baiknya kita mengenal beberapa kategori katekis. Kategori katekis
yaitu sebagai berikut:
1.
Katekis
Profesional
Katekis profesional adalah seorang yang
karena pendidikan yang khusus menjalankan
tugas pewartaan dan tugas pastoral di wilayah/paroki. Karena pendidikan
yang diperoleh, mereka mempunyai kecakapan khusus dalam berpastoral sehingga
mereka dapat membantu tugas pelayanan atau pekerjaan pastoral. Selain itu,
mereka juga mendapat pengurusan atau pengangkatan baik dari pemerintah atau
Gereja setempat.
2.
Katekis
Lokal
Katekis lokal atau biasa disebut dengan
rasul awam adalah orang yang atas dasar panggilannya dengan sukarela membantu
tugas-tugas wilayah untuk memberikan pelajaran agama dan membantu tugas
pengurus wilayah. Mereka menjalankan tugas yang didasarkan pada karisma, bukan
karena pendidikan akademis.
3.
Guru
Agama
Guru agama adalah mereka yang memberi
pelajaran di sekolah dan atau di paroki dalam bidang agama, khususnya kepada
mereka yang ingin menerima sakramen permandian. Mereka dididik dalam
sekolah-sekolah khusus, kursus dan akademik kateketik. Mereka mengambil bagian
dalam pengutusan Gereja untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada semua orang.
Maka tugas luhur ini menuntut pengetahuan, kepandaian mengajar, keyakinan dan
teladan hidup.
C. HUBUNGAN GEREJA DENGAN CALON KATEKIS
Seperti yang
kita ketahui bahwa Gereja merupakan Umat Allah. Umat beriman yang dibaptis
menjadi anggota persekutuan bersama Allah. Dalam Yesus, umat beriman
dipersatukan dan dikuduskan. Umat dipanggil untuk tugas pewartaan Sabda Allah
kepada semua bangsa di dunia. Gereja mempunyai hubungan yang khas dengan Yesus,
karena Yesus menjadi pusat pengajaran Gereja pada umat dan Gereja merupakan
murid-murid Yesus yang dipilih dan dipanggil untuk meneruskan karya dan
pewartaan kepada semua orang. Yesus adalah Guru satu-satunya bagi Gereja. Hidup
dan perkembangan Gereja berada ditangan Gereja itu sendiri yang adalah umat
beriman pada Allah.
Gereja adalah Umat Allah. Umat memiliki
tugas untuk meneruskan karya Yesus di tengah-tengah umat. Namun dalam
kenyataannya, tidak semua umat dapat melaksanakan tugas pewartaan Sabda Allah.
Untuk itu, diperlukan pewarta yang sungguh dapat melaksanakan tugasnya untuk
meneruskan karya Yesus. Para hierarki, biara, dan kaum awam merupakan Umat
Allah yang adalah Gereja, yang meneruskan misi perutusan dari Yesus untuk
mewartakan Kabar Gembira kepada semua orang. Mereka menerima perutusan dalam
tugas pewartaan.
Hubungan
Gereja dengan calon katekis sangat erat. Keduanya merupakan kesatuan umat
beriman kepada Yesus. Calon katekis adalah Gereja. Mereka dibaptis menjadi
anggota Gereja yang siap meneruskan karya pewartaan Yesus. Calon katekis
memiliki tugas setelah ia menjadi katekis bahkan saat masih calon, ia pun
memiliki tugas demi Gereja. Dalam kaitannya dengan Gereja, maka calon katekis
memiliki tugas untuk mengembangkan Gereja. Perkembangan Gereja juga sangat
bergantung pada usaha-usaha katekis dalam menyebarkan sabda penyelamatan Allah
kepada manusia. Melalui katekis, Gereja dapat berkembang dan menyebar serta
semakin bertambahnya orang yang bersatu dalam Yesus. Dengan semakin
bertambahnya jumlah orang yang ingin menjadi katekis, maka Gereja juga akan
semakin bertambah jika calon katekis atau katekis tersebut sungguh dapat
menjalankan tugas pewartaan dengan baik.
Dalam
mewartakan Sabda Allah, Gereja juga harus mempunyai pewarta yang dapat
mewartakan Sabda Allah kepada semua orang, mengingat perkembangan zaman yang
semakin modern. Disinilah peran katekis untuk bisa membantu umat dalam
menghadapi kesulitan di tengah zaman sekarang ini. Karya pewartaan katekis yang
biasanya melalui katekese sangat membantu dalam perkembangan Gereja. Dalam
pelayanan kepada umat, katekis mempunyai tugas yang sangat penting. Karena
dengan pelayanannya, karya keselamatan sungguh dapat hadir kepada umat,
terutama umat yang sungguh dapat menerima dengan baik karya dan pelayanan dari
katekis.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gereja
semakin mengalami perkembangan yang sangat baik. Pembentukan Gereja yang
diawali dengan panggilan Allah kepada bangsa Israel pada Perjanjian Lama telah
membuat manusia semakin meyakini bahwa Allah sungguh menyelamatkan umatNya.
Gereja yang sesungguhnya sungguh tampak dalam kehadiran Yesus. Melalui Yesus,
umat semakin menyadari arti keselamatan dari Allah. Teristimewa karena Yesus
sendiri yang memilih Gereja untuk menjadikan mereka sebagai murid-muridNya dan
untuk tugas perutusan Sabda Allah. Awal pembentukan Gereja oleh Yesus nampak
dalam para rasul, yang dipilih oleh Yesus sendiri. Mereka ini yang akhirnya
mengembangkan Gereja melalui Yesus sebagai pusat ajarannya dan mewartakan karya
keselamatan.
Kini
Gereja dikenal sebagai Umat Allah. Dengan Yesus sebagai Kepala Gereja dan
Gereja sebagai Tubuh Kristus. Maka di dalam Gereja semua anggota turut ikut
serta ambil bagian dalam tugas pewartaan Sabda Allah kepada semua orang.
Perkembangan Gereja semakin sangat baik. Semakin banyak orang yang menyerahkan
dirinya untuk dibaptis dan bersatu dengan Bapa. Namun tidak jarang juga, ada
anggota Gereja yang meninggalkan kepercayaan terhadap Yesus. Gereja tidak
memaksa mereka, namun tetap dengan semangat untuk selalu mewartakan Kabar
Gembira kepada umat. Dalam perkembangan Gereja, tidak jarang juga ada umat yang
sulit untuk memberikan pengertian tentang Gereja yang sesungguhnya. Mereka
memberi pengertian menurut cara pandang mereka masing-masing. Dalam hal, maka
Gereja perlu dijelaskan dan dihayati dengan baik kepada umat. Gereja merupakan
persekutuan umat beriman yang dipanggil oleh Allah, melalui pembaptisan
dipersatukan dan dikuduskan dalam Yesus Kristus untuk menjalankan perutusan
yang dipercayakan Allah kepada Gereja dalam misi dan karya keselamatan.
Perkembangan
Gereja di zaman ini juga tidak luput dari usaha-usaha pewartaan dan pelayanan
yang dilakukan oleh umat sendiri. Umat yang dimaksud ialah para pastor, biara,
dan kaum awam. Karya pewartaan dan pelayanan kepada umat tidaklah mudah
mengingat arus globalisasi dan modernisasi yang semakin mempengaruhi umat. Kini
umat telah mengalami yang namanya perkembangan teknologi. Banyak juga dari umat
yang lebih mementingkan hidup duniawi daripada hidup kepada Allah. Dalam arus
teknologi yang modern seperti saat ini, maka diperlukan seorang pewarta yang
sungguh dapat membantu umat mencapai keselamatan. Disinilah peran para anggota
Gereja sangat diharapkan, tidak hanya para klerus dan biara saja terus menerus
melayani umat, namun dari kaum awam juga mempunyai kewajiban untuk membantu
pelayanan dan pewartaan. Dari pihak awam, seorang katekis sangat mempunyai
kewajiban untuk mewartakan Kabar Gembira. Katekis
adalah umat beriman kristiani yang melalui pembaptisan dalam Yesus dipilih,
dipanggil dan dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan maupun keterampilan
tertentu untuk menjadi seorang pewarta Sabda Allah kepada umat. Maka katekis
memiliki tugas perutusan dari Yesus untuk mewartakan Sabda Allah demi
keselamatan semua umat manusia. Dengan adanya katekis, diharapkan Gereja
sungguh dapat mengalami perkembangan kearah keselamatan kekal bersama Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
Komisi Kateketik
KWI. 2004. Perutusan Murid-Murid Yesus
Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius
Konferensi
Waligereja Indonesia. 1996. Iman Katolik
Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius
Suparto. 2011. Diktat Pastoral Dasar. Madiun: STKIP
Widya Yuwana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar