PENDERITAAN
Tempat : Kampus
Waktu : 07.00 - 08.30
Sub Tema 1 :
Bersabar dalam Penderitaan
Peserta : Kaum Muda
Metode : SCP (Share Cristian Praxis)
Sarana : Kitab Suci, Cerita, Laptop, Speaker, Teks Lagu
Sumber Bahan : Yak 5:7-11
I.
Pemikiran Dasar
Kita semua tahu apa itu penderitaan.
Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa penderitaan itu seperti
bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di
belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga
bayangan itu membentang didepan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam.
Penyebab penderitaan juga macam-macam.
Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan
secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi,
musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa
pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu
menyertai hidup. Hanya orang yang sudah meninggal saja yang tidak mengenal dan
mengalami penderitaan. Atau mungkin juga orang mati menderita. Kita belum tahu
itu, karena kita belum mengalami sendiri.
Entah mau atau tidak, kita pasti
mengalami penderitaan. Ada orang-orang yang menderita seperti penyamun yang
baik, sementara yang lainnya seperti penyamun yang jahat. Mereka berdua
mengalami penderitaan yang sama. Tetapi, yang satu tahu bagaimana menjadikan
penderitaannya mendatangkan manfaat, ia menerimanya dalam semangat silih, dan
berpaling kepada Yesus yang tersalib, dan ia menerima dari mulut-Nya, kata-kata
yang indah ini: “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus.” Sebaliknya, penyamun yang satunya,
berteriak-teriak menyerukan kutuk serta hujat, dan tewas dalam keputusasaan
yang paling mengerikan. Ada dua macam cara menghadapi penderitaan - menderita
dengan cinta, dan menderita tanpa cinta. Para kudus menderita segala sesuatu
dengan sukacita, kesabaran dan ketekunan, karena mereka mencinta. Sementara
kita, kita menderita dengan marah, jengkel dan kesal, karena kita tidak
mencinta. Jika kita mencintai Tuhan, pastilah kita mencintai salib-salib kita,
malahan kita mengharapkannya, kita bersukacita atasnya… Kita pasti berbahagia
dapat menderita demi cinta kepada Dia yang menderita dengan penuh cinta bagi
kita. Jadi, apakah yang kita keluhkan? Sungguh sayang! orang-orang kafir yang
malang, yang tidak menikmati kebahagiaan mengenal Tuhan dan cinta kasih-Nya
yang tak terbatas, mempunyai salib-salib yang sama seperti yang kita miliki;
namun demikian mereka tidak mengalami penghiburan-penghiburan yang sama. Katamu
salib itu berat? Tidak, salib itu ringan, salib itu penuh penghiburan, salib
itu manis; salib itu adalah kebahagiaan. Hanya saja, kita patut mencinta
sementara kita menderita, dan menderita sementara kita mencinta.
II.
Tujuan
Tujuan
dari proses katekese ini:
1.
Kaum muda mampu memahami makna
penderitaan
2.
Kaum muda memiliki sikap sabar dalam
menghadapi penderitaan
III.
Langkah-langkah
a. Sapaan dari Fasilitator
Selamat pagi saudara-saudari, bagimana kabarnya hari
ini? Semoga selalu sehat dan dalam penyertaan Tuhan. Saudara-saudari yang
terkasih pada pagi ini kita semua akan berproses dan berdinamika, mencoba melihat pengalaman kita
sehari-hari apakah selama hidup kita ini pernah mengalami penderitaan. Tema
katekese kita secara umum adalah Penderitaan dengan Sub tema: “Bersabar dalam
Penderitaan”.
Mari kita
siapkan hati dan pikiran kita untuk mengikuti
proses katekese bersama dan saling membagikan
pengalaman tentang
penderitaan, agar
kita sebagai umat Allah semakin diperkaya dalam iman.
b. Doa Pembuka
·
Marilah kita siapkan hati dan pikiran
kita untuk berdoa bersama.
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh
Kudus
Bapa sumber segala
kasih, puji dan syukur kami haturkan kehadirat-Mu atas segala kasih dan
penyertaan-Mu kepada kami sehingga saat ini kami bisa berkumpul untuk berproses
bersama. Terangilah akal budi dan hati kami masing-masing, agar kami mampu
menyadari kasih-Mu. Curahkanlah Roh Kudus kedalam diri kami semua agar segala
hal yang akan kami laksanakan dalam proses ini dapat berjalan dengan lancar dan
kami dapat memperoleh hasil yang baik. Semoga kami juga semakin sabar dalam menghadapi segala hal yang membuat
kami menjadi menderita. Semua ini kami serahkan kepada-Mu dengan perantaraan Yesus,
yang hidup bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus kini dan sepanjang
masa. Amin.
Bapa kami….
Dalam nama Bapa dan
Putera dan Roh Kudus. Amin.
· Pengembangan Langkah Nol.
Fasilitator mengajak umat untuk membaca
cerita dan memberikan garis besar pandangan cerita sebagai pembuka alur pikir
peserta katekese.
“Berani
Keluar dari Penderitaan”
Martini (48 tahun) adalah salah satu survivor kanker
payudara yang berhasil mengatasi keterpurukan menghadapi diagnosis dan tekanan
mental pasca terapi. Saat mendapat diagnosis kanker, usianya masih tergolong
muda yaitu 38 tahun. Saking putus asanya, ia pun tidak berpikir untuk melakukan
pengobatan. Benjolan pertama kali terasa di payudara Martini pada saat ia
melakukan SADARI (periksa payudara sendiri). Saat merasa ada yang aneh, ia pun
memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam. Setelah dilakukan
USG dan mamografi, dokter pun mendiagnosis dengan kanker yang tergolong ganas
dan dirujuk ke dokter bedah untuk segera dilakukan operasi. Mendengar hal itu,
ia pun semakin putus asa. Ia malah berpikiran untuk tidak berobat karena ia
menganggap semuanya sia-sia. Martini merasa
kankernya disebabkan karena pola makan yang tidak benar. Ia memang tidak
memiliki masalah dengan berat badan, tapi karena itulah ia bisa merasa bebas
untuk makan makanan apa saja yang ia suka, termasuk makanan berlemak dan tidak
sehat. Ia pun jarang berolahraga.
Banyaknya pasien kanker yang meninggal meski sudah
berobat kesana-kemari, membuat Martini merasa tak ada gunanya untuk berobat. Ia
menganggap bahwa hidupnya akan segera berakhir karena kanker yang dideritanya.
Ia merasa sangat menderita karena anggapannya bahwa penyakitnya itu tidak bisa
disembuhkan. Hal ini disebabkan karena kanker yang dideritanya sangat ganas dan
sulit untuk disembuhkan, kecuali salah satu caranya yakni dengan operasi (bedah
payudara). Keluarga dan orang-orang terdekatnya pun terus menerus memberi
dukungan kepadanya tanpa henti. Berkat dukungan keluarga dan orang-orang
terdekat, ia pun akhirnya mau melakukan terapi pengobatan.
Tak butuh waktu lama, seminggu setelah diagnosis
diterimanya, ia pun langsung memutuskan untuk melakukan tindakan mastektomi
(pengangkatan seluruh bagian payudara). Setelah tindakan ini, ia pun melakukan
operasi di Singapura. Sebenarnya ia ingin operasi di Indonesia, namun karena
dokternya sudah pindah klinik dan tidak ada di Rumah Sakit tersebut, ia pun
pergi ke Singapura. Sama dengan diagnosis dokter dalam negeri, dokter Singapura
pun mengatakan bahwa kanker yang tumbuh di tubuh Martini tergolong ganas dan
harus segera diambil tindakan. Tanpa berpikir panjang, keesokan harinya ia pun
melakukan tindakan operasi. Setelah operasi, ia pun menjalani 6 siklus
kemoterapi yang dilakukan tiap 3 minggu sekali. Mentalnya yang drop bisa
kembali bangkit setelah bergabung dengan support group sesama survivor kanker.
Ia mulai mengikuti acara-acara rutin yang diadakan kelompok tersebut. Dia pun
berkata: "Saya percaya bahwa sesudah pengobatan ada kehidupan normal
kembali. Tadinya saya selalu membayangkan penderita kanker itu berobat sampai
akhirnya meninggal. Tapi setelah saya datang ke support group, banyak sekali
survivor yang sudah kembali normal dan melakukan aktivitas seperti biasa”.
Setelah Fasilitator memberikan
cerita tentang penderitaan. Kemudian memberikan panduan pertanyaan sebagai
berikut:
a. Saudara-saudari
yang terkasih, apa yang dialami oleh Ibu Martini?
b. Nilai-nilai
apa yang terkandung dalam cerita di atas?
c. Apa
yang bisa kita pelajari dari cerita di atas?
Fasilitator
mengajak peserta untuk memasuki langkah awal.
v Langkah pertama : Pengungkapan Praksis Faktual
·
Pengantar :
Setelah kita semua membaca dan
mendengarkan cerita artikel tentang “Berani Keluar dari Penderitaan”, sekarang
kita tidak akan membahas cerita itu tadi, namun kita akan bersama mencoba
melihat pengalaman kita pribadi. Apakah kita juga mengalami Penderitaan. Penderitaan
mesti menjadi bagian hidup orang-orang yang beriman kepada Tuhan. Tuhan juga pernah
menderita demi menebus dosa manusia.
· Pengungkapan
Pengalaman :
Ø Apakah
saudara-saudari pernah memiliki pengalaman menderita? Ceritakanlah
pengalaman itu?
Pemaknaan:
Setiap pribadi memiliki pengalaman
yang berbeda-beda, ada seseorang yang memaknai penderitaan itu sebagai sebuah
beban dalam hidupnya tetapi ada juga seseorang yang memahami penderitaan itu
sebuah awal untuk menuju sebuah kebahagiaan. Maka perlu disadari bahwa melalui
penderitaan yang kita alami akan membuat seseorang itu menjadi lebih kuat dan
mampu bertahan dalam hidupnya.
v Langkah kedua : Refleksi kritis pengalaman factual
· Pengantar
Dari pengalaman saudara-saudari tadi, marilah kita
bersama-sama menggali perasaan-perasaan yang muncul dari pengalaman-pengalaman
itu. Kita mau melihat kembali pengalaman kita pada waktu menghadapi kesulitan
atau penderitaan, hal-hal apa yang sudah kita lakukan. Mari kita gali
bersama-sama melihat lebih dalam lagi.
Fasilitator
mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
· Pendalaman
pengalaman
a. Ketika
saudara-saudari sedang mendapat musibah yang membuat menderita, perasaan apa
yang muncul?
b. Ketika
saudara-saudari sedang menderita, sikap apa yang anda lakukan?
c. Apakah
saudara-saudari ingat kepada Tuhan saat menghadapi suatu musibah yang membuat
saudara-saudari menderita? Apa yang saudara-saudari ungkapkan kepada Tuhan?
d. Pernahkah
saudara-saudari berusaha keluar dari penderitaan yang dihadapi?
e. Bagimana
sikap saudara-saudari saat mendapat kesulitan atau penderitaan?
f. Mengapa
anda masih bertahan dalam menghadapi penderitaan tersebut?
· Pemaknaan
Saudara-
saudari yang terkasih ketika kita sedang dalam situasi mendapat musibah yang
membuat kita menderita, kita merasakan sakit hati yang begitu mendalam. Kita
tidak mau menerima apa yang kita alami saat itu. Kita seringkali putus asa dan
mulai menyerah saat menghadapi hal itu. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kita
mengalami penderitaan dalam hidup ini. Terlebih-lebih bagi kita yang menjadi
murid Yesus. Oleh karena itu, kita memerlukan sikap ketekunan untuk bersabar
dalam menghadapinya, supaya mampu menjalani penderitaan dengan baik.
v Langkah Ketiga:
Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi
Kristiani Lebih Terjangaku
· Pengantar
- Saudara-saudari
yang terkasih, sebelum kita membaca bacaan Kitab Suci dan merenungkannya,
marilah kita terlebih dahulu bersama-sama mendengarkan dan menyanyikan lagu
D’masiv, dengan judul lagu “Jangan Menyerah”.
- (Fasilitator memutarkan lagu “Jangan
Menyerah” dari D’Masiv)
- Setelah
itu, fasilitator mengajak peserta bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.
· Setelah
kita bersama-sama mendengarkan dan menyanyikan lagu “Jangan Menyerah”, marilah
kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Tuhan.
Pada kesempatan
di langkah yang ketiga ini, marilah kita gali bersama-sama makna dari perikop
Yakobus 5:7-11 mengenai “Bersabar dalam Penderitaan”:
Yakobus
5:7-11
“Bersabar
dalam Penderitaan”
7Karena
itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya
petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah
turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. 8Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu,
karena kedatangan Tuhan sudah dekat! 9Saudara-saudara,
janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan
dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. 10Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan
kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. 11Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu
mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan
kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan
maha penyayang dan penuh belas kasihan.
· Pertanyaan
pendalaman
a. Menurut
saudara-saudari, perikop ini berbicara tentang apa?
b. Seandainya
saudara-saudari ada didalam perikop ini, bagaimana perasaan saudara-saudari?
c. Apa
makna perikop ini bagi kehidupan saudara-saudari?
·
Penegasan dari fasilitator:
v
Langkah
keempat : Interpretasi Dialektis Antara Praksis Dan
Visi Peserta Dengan Tradisi Dan Visi Kristiani
· Pengantar:
Setelah kita mendalami apa yang
diperintahkan Yesus kepada kita, yakni
tentang Tuhan yang memberikan nasehat kepada kita supaya kita tetap bersabar di dalam
menghadapi segala perkara atau penderitaan di dalam hidup kita ini.
Fasilitator
mengajak peserta untuk berdialog, dengan pertanyaan pendalaman sebagai berikut:
· Pendalaman:
a. Pengetahuan
baru apa yang anda peroleh setelah membaca perikop bacaan Yak 5:7-11?
b. Bagaimana
perasaan anda ketika berada dalam kesulitan?
c. Apa
makna perikop bacaan tersebut bagi kehidupan anda?
d. Usaha,
sikap, perbuatan apa yang sebaiknya anda lakukan untuk bisa menghadapi
penderitaan yang dihadapi?
· Pemaknaan:
Jika Allah sendiri telah bersabda kepada kita umat
manusia. Lalu apa tanggapan kita atas sabda-Nya. Agar apa yang telah diajarkan
oleh Gereja, dan visi kristiani pertama-tama yang perlu anda lakukan adalah mencoba bersabar di dalam semua perkara hidup kita.
Berusaha dan mempunyai greget untuk keluar dari sebuah penderitaan itu adalah
suatu hal yang dapat mengatasi semua perkara hidup yang dialami. Hambatan
yang harus kita buang jauh-jauh adalah rasa terpuruk dan tidak mau berusaha lepas dari penderitaan. Semoga
saudara- saudari sungguh mendapat
inspirasi dan pengetahuan baru dari perikop ini.
v Langkah kelima:
Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya
Kerajaan Allah Di Dunia
· Pengantar:
Setelah
kita berproses dalam katekese ini, mungkin ada pengalaman atau kekuatan baru
yang muncul dalam diri saudara-saudari, dan dari pengalaman yang disharingkan
tadi bisa membuat kita semakin memperteguh dan memperkaya iman kita. Maka kita
sebagai orang beriman tentunya memiliki sikap yang baik untuk menghadapi setiap
perkara-perkara hidup atau musibah yang bisa membuat kita menderita seperti
yang telah difirmankan Allah kepada kita.
Ø Pembuatan
Niat
Fasilitator membagikan kertas untuk
penulisan niat-niat dan memberikan pertanyaan panduan untuk pembuatan niat.
1. Aksi
nyata apa yang saudara-saudari akan
lakukan untuk mengatasi
penderitaan?
2. Niat
diaplikasikan dalam bentuk doa (agar mau bersabar dalam setiap penderitaan hidup)!.
· Pemaknaan
Saudara- saudari yang terkasih melalui sabda Allah itu
kita semakin diperkuat dengan sabda-Nya yang mengajak kita untuk tetap sabar
dan setia di dalam semua perkara hidup, terutama saat kita
sedang menghadapi penderitaan yang bia membuat kita putus asa dan menyerah. Kita semua diharapkan agar kita semua ini mampu keluar
dari penderitaan sehingga kita akan mendapat kebahagiaan dan bersatu dengan
Tuhan kita Yesus Kristus.
IV.
PENUTUP
a. Peneguhan
Menjadi
orang Muda kadangkala tidak ada terlihat keistimewaannya. Banyak orang muda yang
tidak memperlihatkan sikap hidup yang berbeda dengan dunia, khususnya ketika
menderita. Kegairahan dan semangat hidup orang Muda kadangkala tidak terlihat
pada saat mereka mengalami penderitaan. Padahal sebagai pengikut Kristus
seharusnya kemuliaan Tuhan terpancar dalam hidup kita dengan sendirinya.
Sayangnya kadangkala perasaan-perasaan negatif yang ada di tengah penderitaan
menutupi kemuliaan Tuhan. Dengan tetap memelihara dan mengalami perjumpaan
dengan Tuhan saja, maka orang muda akan membiarkan cahaya kemuliaan Tuhan
bersinar terang dalam hidupnya. Untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, orang
muda harus memiliki sikap tunduk dan takluk kepada Allah, karena sikap ini akan
‘menyingkapkan selubung’ pada mata hati manusia untuk melihat kemuliaan Allah di
dalam Kristus (2 Kor 3:12-18).
Penderitaan manusia lebih dari sekedar sebagai persoalan
dasar bagi hubungan personal manusia dengan Allah. Penderitaan bukan
berasal dari Allah, tetapi kerap kali Allah mengizinkan hal itu terjadi supaya
kita dapat memetik hikmah dari penderitaan tersebut; baik itu hikmah mengenai
kekudusan, pertobatan, ataupun mengenai Allah sendiri. Jadi, daripada menangis
dan mengeluh, marilah temukan apa yang hendak Tuhan ajarkan lewat penderitaan
kita. Maka dari itu walaupun hidup manusia di dunia ini penuh dengan penderitaan,
perjuangan, dan kesedihan, tetapi di kota kediaman abadi, Allah menghapus
segala air mata dari mata kita dan maut tidak ada lagi; tidak ada lagi
perkabungan dan ratap tangis atau dukacita sebab segala sesuatu yang lama itu
telah berlalu.
b. Doa
Penutup
Terimakasih ya Bapa, atas perlindungan dan kasih-Mu
kami boleh berproses dalam katekese ini dan menggali pengalaman kami. Semoga kami berani megubah diri kami agar kami semakin
yakin atas sabda-Mu itu .Demi Kristus pengantara kami. Amin
c. Lagu
Penutup
Hadapi
Dengan Senyuman
By:
ONCE
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
Bila ketetapan Tuhan
Sudah ditetapkan, tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah
Sudah ditetapkan, tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah
Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar