Senin, 10 Juni 2013

Pesan Teologis Kitab Ulangan



BAB I
PENGANTAR

Kitab Ulangan merupakan kitab terakhir dari rangkaian Pentateukh. Kitab ini ditulis sebagai kotbah dan peringatan terakhir Musa bagi umatnya. Kotbah dan peringatan merupakan petunjuk bagaimana umat harus hidup yang ditanah yang dijanjikan Yahwe kepada mereka. Kitab ini ditulis pada abad VII. Kitab Ulangan ingin menekankan pentingnya kesetiaan terhadap janji Yahwe bila Israel ingin selamat. Kitab ini berisi amanat perpisahan Musa yang didalamnya mengulas kembali dan memperbaharui perjanjianYahwe dengan Israel demi angkatan Israel yang baru. Kitab Ulangan terdiri dari serangkaian khotbah-khotbah yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraan di padang gurun dan siap masuk ke Kanaan.

1.    Arti Kitab Ulangan
Kitab ini merupakan suatu kitab yang berisi tantangan bagi Israel untuk taat atau memberontak pada Yahwe. Nama kitab Ulangan dirangkum dalam baris pertama yang berbunyi “inilah perkataan-perkataan itu”. Makna dari Kitab Ulangan ialah Ulangan itu sendiri. Kitab ini menyatakan diri kepada Israel sebagai pengharapan terakhir, yakni taat dan hidup atau tidak taat dan mati. Keragaman komentar dan ciri-ciri Kitab Ulangan menunjukkan betapa sukarnya menemukan suatu uraian yang sederhana untuk karya teologis yang demikian kompleks dan canggih. Meskipun begitu, kitab ini memiliki tujuan yang sederhana. Aliran Deuteronomis ingin membuat tradisi kuno berbicara kembali pada waktu ada krisis besar di Isarel, untuk membantu mereka mengatasi krisis ini. Kitab Ulangan menganjurkan agar bangsa Israel mempelajari kembali ajaran-ajaran pada tahun pembinaan mereka di padang gurun dibawah pimpinan Musa.

2.    Asal Usul Ulangan
Salah satu pendapat paling lama dalam penyelidikan alkitabiah modern berasal dari permulaan abda XIX yang menyebutkan bahwa Kitab Ulangan sebagai “kitab hukum” yang ditemukan di Bait Suci oleh Imam Agung Hilkiah. Kitab ini bertanggalkan pada Pembuangan Babel (587-539 SM), karena berisi banyak bahan yang dapat diberi tanggal pada akhir abad VII SM. Di masa ini, bangsa Israel diambang kehancuran, sehingga membuat kaum Deuteronomis mempersembahkan kitab hukum yang tertulis dan berwibawa dan meminta bangsa Israel untuk memilih kehidupannya.
Kitab Ulangan disusun untuk menyediakan suatu pola hidup baru bagi Israel. Kitab ini muncul dalam masa pembuangan, yang disusun oleh para penatua yang menganggap diri sebagai penjaga tradisi hukum kuno Israel. Mereka mengambil tradisi itu, mengubahnya, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menarik kesimpulan teologis. Semuanya itu demi pola hidup baru bagi Israel.

3.    Bentuk dan Susunan
Kitab Ulangan memiliki hubungan dengan tradisi perjanjian di Timur Dekat. Kitab Ulangan tidak disajikan sebagai suatu perjanjian. Kitab ini menggunakan bentuk-bentuk dari tradisi perjanjian, tetapi disajikan sebagai suatu rentetan peritiswa wejangan-wejangan yang diberikan kepada Israel oleh Musa menjelang kematiannya. Ulangan adalah wasiat Musa kepada Israel, yang akan merebut Kanaan dalam waktu dekat. Dalam bentuknya sekarang, Ulangan terdiri atas empat wejangan Musa kepada Israel, dengan nada menasihati.
Maksud Kitab Ulangan ialah untuk memberi semangat kepada Israel agar menaati hukum. Nasihat untuk taat merupakan inti Kitab Ulangan, yang diubah dalam bentuk perjanjian antara Allah dengan Israel. Jadi, unsur-unsur dari tradisi perjanjian di Timur Dekat Kuno dipakai dalam Kitab Ulangan untuk memberi nilai dan kepentingan baru dari ketaatan, yang akibatnya membuat kasih orang kepada sesamanya sebagai ukuran dan bukti kasihnya kepada Yahwe.



BAB II
GAGASAN-GAGASAN TEOLOGIS KITAB ULANGAN
 DAN RELEVANSINYA BAGI UMAT DAN CALON KATEKIS

1.    GAGASAN-GAGASAN TEOLOGIS KITAB ULANGAN
Dalam Ulangan kita membaca pengulangan dan penekanan kembali dari perjanjian yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel di Sinai. Kitab Ulangan menggambarkan”kehidupan berbahagia” dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya, dan membandingkannya dengan akibat yang terjadi bila mereka melalaikan perjanjian. 
         Daftar berkat dan kutuk menekankan kesungguhan dari perjanjian dengan Allah. Ulangan menegaskan bahwa Allah sungguh-sungguh mempunyai kuasa untuk mendatangkan semua berkat dan kutuk itu. Dengan demikian, Kitab Ulangan memiliki banyak gagasan-gagasan teologis yang hendak disampaikan kepada para pendengarnya, yang memiliki makna supaya bangsa Israel dapat memenuhi perjanjian tersebut.
Beberapa gagasan-gagasan teologis yang dapat ditemukan dalam Kitab Ulangan, yakni:

1.    Allah mengasihi umatNya
Kasih Allah membuat relasi dengan manusia menjadi lebih mendalam. Allah mengasihi bangsa Israel karena kasih setiaNya kepada manusia, dan bangsa Israel menjadi simbol kasih Allah tersebut. Perjanjian Allah mencerminkan tindakan Allah yang penuh kebaikan dan kasih setia. Allah mengasihi bangsa Israel yakni dengan memberikan tanah terjanji bagi kehidupan mereka. Sebaliknya juga bangsa Israel dituntut supaya mengasihi Allah yakni dengan taat kepadaNya (Ul 11:1, Ul 6:4-5, Ul 19:9).

2.     Kesetiaan Allah pada umatNya
Allah tidak pernah meninggalkan bangsa Israel. Ini merupakan bentuk kesetiaan Allah untuk umatNya. Salah satu hal yang memungkinkan bangsa Israel melihat perjanjian itu sebagai dasar dari kehidupan bangsa mereka adalah pengetahuan bahwa Allah dapat diandalkan sepenuhnya. Kesetiaan Allah juga tampak dalam memenuhi janjiNya untuk memberikan tanah Terjanji kepada bangsa Israel. Allah senantiasa menyertai, melindungi dan menghantarkan umat pilihanNya untuk memasuki tanah yang yang telah dijanjikanNya.

3.    Berkat bagi yang taat kepada perjanjian
Musa menjadi tokoh penting bagi kehidupan bangsa Israel. Musa merupakan perantara Allah yang berfirman kepada umatNya. Kitab Ulangan berisikan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel. Konsekuensinya yakni Allah dapat memberikan berkat (Ul 28:1-14) kepada umatNya, terutama bagi mereka yang taat pada perjanjianNya. Allah menjanjikan berkat kepada bangsa Israel (Ul 7:12-26). Adapun beberapa berkat yang ingin dicurahkan Allah kepada bangsa Israel yakni:
·      Allah akan memberikan kemakmuran bagi mereka yaitu umur panjang dan kesehatan (Ul 5:16)
·      Kemakmuran bangsa Israel sebab Allah memberi kemenangan dengan mengalahkan banyak musuh (Ul 7:22)
·      Allah menjauhkan segala wabah penyakit bagi bangsa Israel (Ul 7:15)
·      Bangsa Israel memperoleh kemakmuran dalam negerinya yakni kesuburan tanaman dan ternak serta keadaan cuaca yang baik (Ul 28:3, 11, 12).
·      Allah memberkati dan memberi hasil melimpah dari tanah yang dijanjkanNya kepada bangsa Israel (Ul 7:13)

4.    Allah memberikan kutukan bagi yang tidak mentaatiNya
Bangsa Israel memiliki hubungan timbal balik dengan Allah. Itulah makna dari perjanjianNya. Disatu pihak Allah memberi berkat bagi mereka yang taat kepadaNya, dan dilain pihak Allah memberikan kutukan (Ul 28:15-46) kepada mereka yang tidak mentaatiNya. Beberapa kutukan yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang tidak taat yaitu:
·      Mereka akan mengalami banyak kekalahan dalam menghadapi musuh sampai punah dan binasa (Ul 28:20, 25)
·      Malapetaka bagi rakyat. Akan terjadi epidemi yang menakutkan, keluarga akan terpecah-belah dan tidak ada keamanan (Ula 28:21, 22, 28, 32, 42).
·      Terjadi kekeringan yang dasyat dan tanaman serta binatang akan binasa (Ul 28:22-24, Ul 28:38-40).
·      Allah memberikan musibah (wabah penyakit) sampai mereka punah (Ul 28:60-61)

5.    Allah Perjanjian
Bangsa Israel menyebut Allah mereka dengan sebutan Yahwe. Mereka menganggap bahwa Yahwe merupakan pusat kehidupan mereka. Tanpa Yahwe, mereka tidak bisa memperoleh Tanah Terjanji. Yahwe sangat mengasihi umat manusia sehingga memanggil bangsa Israel untuk bersekutu denganNya. Bentuk persekutuannya yakni dengan mengadakan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel. Sehingga Yahwe dikenal dengan sebutan Yahwe Perjanjian atau Allah Perjanjian. Dalam Dia perjanjian itu ada. Hanya ada satu Allah dalam Perjanjian tersebut (Ul 4:35), Dia adalah Bapa bangsa Israel (Ul 1:31). Allah merupakan penguasa berdaulat yang bertahta diatas segalanya (Ul 10:17), Allah yang murah hati dan lemah lembut, Allah yang pecemburu dan tidak ingin disaingi (Ul 5: 9), dan seterusnya.

6.    Kewajiban-Kewajiban yang harus dilaksanakan dalam Perjanjian
Perjanjian Allah kepada bangsa Israel menimbulkan konsekuensi bagi bangsa Israel. Mereka memiliki kewajiban untuk melaksanakan perjanjian tersebut, khususnya untuk selalu mentaati perintah Allah. Saat menjalin hubungan dengan Allah, mereka harus mengakui kedaulatanNya untuk menjadi sebuah bangsa yang suci dan layak bagi Allah. Maka perjanjian yang diadakan kedua belah pihak merupakan perjanjian yang luhur yang suci. Allah mengasihi umatNya dan membuat perjanjian supaya umatNya selalu setia kepadaNya dan dapat memperoleh keselamatan. Adapun beberapa contoh kewajiban yang harus dilaksanakan oleh bangsa Israel yakni: kasih setia kepada Allah (Ul 6:5), percaya secara total kepada Allah tanpa keraguan sedikitpun (Ul 13:1-18), kewajiban untuk mendidik anak-anak (Ul 4:9), kewajiban untuk selalu taat pada Allah dalam segala bidang (Ul 11:1, Ul 8:1), dan sebagainya.

7.    Penyerahan total kepada Allah
Bangsa Israel menjadi salah satu bangsa pilihan Allah untuk menyatakan sabdaNya. Dengan hal ini, Allah telah menyatakan kehendakNya untuk menyelamatkan manusia. Selain kasih Allah tersebut, Allah juga mengharapkan sesuatu dari umatNya. Yang diharapkanNya yakni penyerahan total, kesetiaan yang utuh, dan pengabdian dengan sepenuh hati (Ul 6:4-9). Semua ini berarti mengikuti kehendak Allah dalam setiap segi kehidupan seperti diatur dalam perintah-perintah di dalam perjanjian.

8.    Kesepuluh Firman Allah sebagai hukum yang harus ditaati
Musa mendapat perutusan untuk menyampaikan firman yang menjadi cikal bakal kehidupan bangsa Israel. Firman tersebut dikenal dengan sebutan sepuluh Firman Allah. Hal ini berarti Allah memberikan hukum atau peraturan yang harus ditaati oleh mereka. Hukum tersebut sebenarnya merupakan perjanjian Allah bagi bangsa Israel yang harus diwariskan secara turun temurun. Dengan adanya hukum ini, bangsa Israel mendapat peraturan hukum sebagai pedoman kehidupan dan tanda ketaatannnya kepada Yahwe.


2.    RELEVASI KITAB ULANGAN
2.1    Bagi Umat
Kitab Ulangan merupakan sebuah kitab yang berisi perjanjian antara manusia dengan Allah. Allah menghendaki agar manusia selalu taat pada perintah yang diberikanNya. Apabila manusia taat pada perjanjian dan kehendakNya, maka Allah memberikan berkat kepada manusia. Namun sebaliknya kalau manusia melanggar perjanjian tersebut maka Allah memberikan kutukan. Inilah hukum perjanjian yang secara singkat menjelaskan maksud dari Kitab Ulangan. Umat saat ini banyak yang sudah mengetahui segala hukum yang diberikan oleh Allah. Umat semakin memiliki pemikiran yang kritis dalam menjalani hidup sebagai anggota Gereja.
Bagi umat, Kitab Ulangan memiliki peranan penting. Kitab ini mengajak umat untuk semakin menyadari kasih Allah yang telah dicurahkan kepada mereka. Kitab Ulangan memberi pengajaran kepada umat untuk selalu memiliki hubungan yang erat dengan Allah. Hubungan itu bersifat pribadi yang mengarahkan umat untuk pengalaman langsung dan mutakhir dengan Allah. Hal ini berarti malalui Kitab Ulangan, umat diajak untuk memiliki relasi yang kuat dengan Allah. Hubungan itu harus senantiasa dihidupi terus menerus supaya umat dapat mengalami persekutuan hidup dengan Allah. Selain itu, Kitab Ulangan yang berisi perjanjian tersebut memberi gambaran kepada umat untuk taat kepada Allah. Apa konsekuensinya? Kitab Ulangan memberi peneguhan iman kepada umat yakni jika umat mentaati perjanjian maka akan memperoleh berkat, tetapi juga jika umat tidak mentaati perjanjian maka akan memperoleh kutukaan. Hal ini menuntut umat untuk berelasi secara menyeluruh. Artinya, umat diajak untuk berelasi dengan Allah secara total mencakup segala sesuatu tentang dirinya.
Selain itu, Kitab Ulangan mengajarkan umat tentang hukum yang harus ditaati. Hukum itu ialah kesepuluh Firman Allah. Dengan firman Allah ini, diharapkan umat semakin menghayati kehidupannya untuk tetap patuh terhadap perjanjian itu. Hukum itu dikatakan oleh Musa kepada bangsa Israel, yang hingga saat ini menjadi ajaran bagi Gereja untuk diwariskan terus menerus. Artinya bahwa kesepuluh Firman Allah memiliki peranan penting bagi hidup umat. Dengan tujuan agar umat tidak bertindak sembarangan dalam kehidupan sehari-hari. Kitab Ulangan membantu umat untuk mengarahkan dirinya kepada Allah agar tidak mengalami kesesatan.  Umat diajak untuk taat kepada hukum Allah sebagai perjanjian antara Allah dengan manusia. Harapannya ialah umat yang mentaati perjanjian tersebut memperoleh berkat karunia dari Allah.

2.2    Bagi Calon Katekis
Bagi kehidupan calon katekis, Kitab Ulangan memberi arah tujuan hidup baru. Calon katekis diarahkan untuk menghayati hidup ini sebagai berkat yang diberikan Allah. Calon katekis dapat mengerti tentang sepuluh Firman Allah, sebab kitab ini memuat kesepuluh Firman Allah yang saat ini terus dihidupi. Selain itu, calon katekis mendapat gambaran makna dari perjanjian yang diadakan oleh Allah dengan bangsa Israel.
Kitab Ulangan memberi penjelasan bahwa Allah berfirman melalui utusannya yakni nabi Musa. Musa berfirman kepada Israel agar mereka selalu taat pada perjanjiannya. Artinya bahwa calon katekis juga merupakan orang yang dipanggil oleh Allah untuk tugas perutusan yakni mewartakan Kerajaan Allah. Calon katekis juga diajak untuk taat pada perjanjiannya dengan Allah. Selain itu, di dalam Kitab Ulangan termuat wejangan-wejangan Musa dan juga banyak nilai kehidupan yang perlu dicontoh. Salah satu contoh nilai kehidupan yang bisa diteladani oleh calon katekis ialah berkat Allah akan diterimanya jika ia taat pada perjanjian dengan Allah, namun kutukan Allah juga dapat menimpanya kalau ia tidak taat padaNya.
Kemudian Kitab Ulangan memberi gambaran pada calon katekis tentang situasi yang dialami oleh bangsa Israel saat ingin memasuki tanah Kanaan. Gambaran situasi yang terjadi ialah bangsa Israel tidak dengan mudah masuk tanah tersebut, malainkan masih menghadapi banyak masalah, baik itu masalah dalam bangsanya maupun peperangan untuk merebut tanah Kanaan dari suku lain. Ini merupakan sebuah peneguhan bagi calon katekis, bahwa dirinya juga mendapat kesulitan yang harus dihadapi saat mempersiapkan diri menjadi katekis. Namun calon katekis mendapat peneguhan dalam kitab ini bahwa Allah selalu menyertai umatnya dalam setiap langkah hidupnya di dunia ini. Ini berarti calon katekis tidak boleh takut dalam mengadapi tantanga hidup ini sebab Allah yang penuh kasih tetap melindunginya.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Kitab Ulangan merupakan kitab yang memuat sejumlah wejangan Musa. Kitab ini menceritakan kembali hal ikhwal umat Israel di padang gurun. Selain itu diceritakan juga bagaimana hukum yang telah berlaku diceritakan kembali pada waktu diumumkan. Kitab ini berada di bagian terakhir Kitab Pentateukh, yang menurut kebanyakan orang ditulis oleh Musa sendiri. Kitab ini oleh Vulgata diberi nama Deuteronomium yang berarti hukum atau taurat kedua. Gambaran secara umum tentang kitab ini ialah berisi wejangan Musa dan juga perjanjian antara Allah dengan manusia. Disatu sisi perjanjian tersebut memberikan berkat bagi mereka yang taat pada perjanjian, namun disisi lain memberi kutukan kepada mereka yang tidak taat pada perjanjian. Secara keseluruhan, Kitab Ulangan mengajak kita semua untuk mentaati segala perintah yang diberikan oleh Allah. Dengan demikian, Kitab ini mengungkapkan bentuk kesetiaan Allah kepada umatNya.


DAFTAR PUSTAKA

Bergant, Dianne dan Robert J.Karlis. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta:: Kanisius.
Darmawijaya, St. 1992. Pentateukh atau Taurat Musa. Yogyakarta: Kanisius.
Sanjaya, V. Indra. 2003. Membaca Lima Kitab Pertama. Yogyakarta: Kanisius.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar