BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gereja mmerupakan Umat Allah yang
saat ini sedang berziarah menuju kebahagiaan abadi bersama Allah. Setiap
anggota Gereja memiliki peranan masing-masing dalam kehidupannya. Namun secara
sederhana bahwa mereka merupakan umat yang dipanggil oleh Allah. Panggilan
mereka berdasar pada sakramen permandian dan penguatan yang diterimanya. Dengan
hal ini mereka dipanggil dan diutus untuk memberitakan Kabar Keselamatan kepada
semua orang. Yesus merupakan teladan bagi kita semua. Selama kehidupanNya,
Yesus telah mewartakan Karya Keselamatan. Yesus juga memberi perutusan kepada
kita untuk mewartakan Injil kepada semua orang sebelum kenaikanNya ke surga.
Perutusan inilah yang kemudian terus dihidupi oleh Gereja sebagai penerus karya
keselamatan dari Yesus.
Perintah yang diberikan oleh Yesus
membuat Gereja semakin menggiatkan dirinya untuk memberitakan Karya
Keselamatan. Secara langsung perutusan ini diterima oleh semua anggota Gereja,
sehingga Gereja mengeluarkan dekrit Apostolicam Actuositatem yang pada intinya
mengajak semua anggota Gereja untuk terlibat aktif dalam mewartakan Kerajaan
Allah, yang secara khusus diberikan kepada kaum awam. ,
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian katekis dan tugas pokoknya?
2. Apa
itu kerasulan awam dan pendasarannya?
3. Apa
arah dan tujuan kerasulan awam?
4. Bagaimana
ringkasan dekrit Apostolicam Actuositatem tentang panggilan awam untuk merasul,
tujuan-tujuan yang harus dicapai dan pelbagai bidang kerasulan?
5. Siapa
itu katekis menurut dekrit Apostolicam Actuositatem?
6. Bagaimana
relevansi dekrit Apostolicam Actuositatem bagi kehidupan dewasa ini?
C. TUJUAN
Dalam
setiap penulisan tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut
memiliki peranan yang mendorong untuk memperoleh hasil yang bermanfaat bagi
kita semua. Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui tentang katekis dan
tugas pokoknya, mengetahui tentang kerasulan awam dan pendasarannya serta dapat
memahami arah dan tujuan kerasulan awam. Penulisan ini juga memberi gambaran
singkat tentang panggilan awam untuk merasul, tujuan-tujuan yang harus dicapai
dan pelbagai bidang kerasulan. Semuanya itu terdapat dalam dekrit Apostolicam
Actuositatem, dengan harapan ringkasan singkat yang diberikan dapat mudah
dipahami. Selain itu, penulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui lebih
mendalam tentang katekis menurut dekrit Apostolicam Actuositatem dan
relevansinya bagi kehidupan dewasa ini.
BAB
II
KATEKIS
DALAM PERSPEKTIF DEKRIT KERASULAN AWAM
1.
PENGERTIAN
KATEKIS DAN TUGAS POKOKNYA
1.1
Pengertian
Katekis
Setiap
orang yang dibaptis telah diangkat menjadi Umat Allah. Hal ini menyebabkan
orang tersebut secara pribadi dipanggil oleh Allah untuk memberikan pewartaan
bagi kedatangan Kerajaan Allah. Saat menjadi awam ada berbagai macam panggilan
atau kerasulan yang berbeda-beda. Secara khusus bagi katekis yang memiliki
sumber panggilan dari sakramen pembaptisan dan penguatan yang diterimanya.
Katekis
adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah
menjadi pewarta SabdaNya. Profesi kehidupan seorang katekis adalah mengajar dan
mewartakan Sabda Allah ditengah-tengah umat. Dari pengertian
tentang katekis, kita dapat mengetahui bahwa yang menjadi katekis tidak hanya
kaum awam saja, para kleruspun adalah katekis. Para pastor paroki merupakan
katekis utama dalam
parokinya yang bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang
dipercayakan kepadanya. Panggilan menjadi katekis ialah panggilan yang luhur.
Hal ini disebabkan karena katekis mengambil bagian dalam tugas pengajaran
Kristus di dunia. Sehingga seorang katekis harus mempunyai sikap mengamalkan
segala hal yang telah diperolehnya kepada umat beriman. Dia menjadi batu
penjuru bagi umat yang ingin mengetahui ajaran kristiani dan yang ingin
mengenal Yesus sebagai penyelamat.
1.2
Tugas
Pokok Katekis
“Pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam Nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan
kepadamu” (Mat. 28:19-20). Inilah perintah perutusan dari Yesus kepada semua
Umat Allah, yang khususnya kepada katekis. Perutusan harus selalu dihayati
secara mendalam agar katekis benar-benar menjadi pewarta yang tangguh. Dari
perutusan Yesus tersebut kita dapat melihat bahwa tugas pokok katekis ialah:
Ø Mewartakan Sabda Allah
Katekis mempunyai tugas untuk mewartakan Sabda Allah. Ini
merupakan tugas perutusan yang diberikan oleh Yesus. Hal ini berarti katekis
dalam kerasulannya bertugas untuk menghadirkan Sabda Allah kepada umat sesuai
dengan kebutuhan yang umat hadapi. Dengan maksud untuk menghantarkan umat
mencapai kepenuhan hidup Kristus.
Ø Memberi Kesaksian
Kesaksian hidup katekis memiliki peranan penting bagi umat
beriman. Sehingga dibutuhkan keselarasan rohani dan tindakan hidup. Untuk itu,
sikap yang dituntut seorang katekis adalah mengamalkan segala sesuatu yang
diajarkan kepada umat beriman. Katekis harus memberi contoh baik yang selaras
dengan pengajarannya. Dengan demikian, kesaksian katekis dapat mendorong umat
agar semakin menghayati kehidupannya agar selaras dengan ajaran Kristus.
2.
KERASULAN
AWAM DAN PENDASARANNYA
2.1
Kerasulan
Awam
Kerasulan awam sudah muncul dalam
Gereja sejak zaman Tuhan Yesus di Yerusalem. Zaman Gereja perdana dimana Yesus
sang utusan Bapa mengelilingi daerah Palestina untuk menyampaikan kasih Allah
pada manusia yang berdosa. Hal ini dapat dilihat dari istilah “awam” yang
dipergunakan pada zaman Perjanjian Baru, yakni “apostolos” yang berarti “yang
diutus”. Namun pemikiran mengenai kerasulan awam ini baru muncul pada Konsili
Vatikan II. Saat itu Konsili Vatikan II berhasil merumuskan dan memutuskan
mengenai kerasulan awam dalam suatu Dekrit Konsili yang disebut dengan Dekrit
Apostolicam Actuositatem atau Dekrit tentang Kerasulan Awam. Gambaran kerasulan
awam dalam Konsili Vatikan II yakni “Gereja diciptakan untuk menyebarkan
kerajaan Kristus di seluruh dunia demi kemuliaan Allah Bapa. Dengan demikian
semua manusia mengambil bagian dalam penebusan yang menyelamatkan dan lewat
mereka seluruh dunia benar-benar diarahkan kepada Kristus. Semua usaha Tubuh
Mistik yang mempunyai tujuan ini dinamakan kerasulan. Kerasulan dijalankan
Gereja melalui anggotanya, walaupun dengan cara berbeda-beda. Panggilan Kristen
dari kodratnya adalah panggilan untuk kerasulan. Seperti dalam kesatuan badan
yang hidup, tidak satu anggota pun bersikap melulu pasif, tetapi serentak
mengambil bagian dalam kehidupan tubuh dan berperan dalam kegiatannya, demikian
pula dalam Tubuh Kristus yakni Gereja, seluruh tubuh mengusahakan pengembangan
tubuh menurut kegiatan sesuai dengan takaran tiap anggotanya (Apostolicam
Actuositatem 2).
Konsili
Vatikan II memberi gambaran kerasulan awam secara luas dan menyeluruh.
Kerasulan mencakup setiap kegiatan Tubuh Mistik Kristus, baik yang dilakukan di
dalam Gereja maupun masyarakat atau dunia. Kata kerasulan dapat dikatakan
sebagai berikut: “Semua awam yang
terhimpun dalam Umat Allah dan berada dalam satu Tubuh Kristus dibawah satu
kepala, tanpa terkecuali, dipanggil untuk sebagai anggota yang hidup menyumbangkan
segenap tenaga yang mereka terima berkat kebaikan Sang Pencipta dan rahmat Sang
Penebus demi perkembangan Gereja serta pengudusan terus menerus. Oleh karena
itu, kerasulan awam disebut sebagai partisipasi dalam misi keselamatan Gereja
serta sebagai usaha menghadirkan dan mengaktifkan Gereja, khususnya bilamana
hanya melalui merekalah Gereja dapat hadir.
2.2
Pendasaran
Kerasulan Awam
Pendasaran kerasulan awam pada
umumnya ialah dengan teologi persekutuan (theologia communionis). Pendasaran
ini menekankan pada posisi dan status berbeda sambil bersamaan antara karisma
imamat jabatan dan imamat umum. Menurut Paus Joannes Paulus II dimensi-dimensi
dalam pendasaran teologi persekutuan ini ialah mencakup isi sentral misteri
atau rencana ilahi untuk keselamatan umat manusia (Joannes Paulus II, 1998d,
19). Hal-hal yang terdapat dalam pendasaran ini yakni:
1. Dimensi
terdalam dari teologi persekutuan ialah mengenai kesatuan dan perbedaan
sehingga menjadi persekutuan antara manusia dengan Allah. Dalam Yesus Kristus
dan Roh Kudus, umat dijadikan satu dengan persekutuan Bapa, Putera dan Roh
Kudus.
2. Persekutuan
dengan Allah Putera yakni Yesus Kristus, yang dilihat lewat pendasaran
kristologi pokok anggur: penggabungan orang-orang kristiani kedalam kehidupan
Krsitus. Dan juga persekutuan umat dengan Roh Kudus dalam pelbagai rahmat, yang
memperbarui kehidupan jemaat.
3. Persekutuan
dengan orang kudus. Dalam Credo dan katekismus kita percaya adanya persekutuan
Orang Kudus dan kita bersekutu dengan mereka dalam hal memohon bantuan kepada
mereka untuk mendoakan kita.
4. Persekutuan
dengan para anggota Gereja. Persekutuan ini memungkinkan komunikasi kehidupan
dan cinta antara para anggota di dalam Gereja, yakni persekutuan dengan semua
orang beriman.
5. Persekutuan
antara umat awam dengan imam. Kesatuan ini sangat mendalam dan bersifat hakiki
yang diandaikan sebagai dasar asali: ada satu umat Allah terpilih; satu Tuhan,
satu iman, satu pembaptisan (Ef 4:5).
6. Persekutuan
kolegialitas dan solidaritas. Kolegialitas (kerekanan) menunjuk kepada
kesetaraan status dan posisi. Sedangkan segi solidaritas dikembangkan kerjasama
pada tingkat-tingkat yang sama dan berbeda-beda dalam Keuskupan serta semangat
subsidiaritas yang tetap mengakui hak-hak dan kewajiban bawahan sebanding dan
bertanggung jawab.
3.
ARAH
DAN TUJUAN KERASULAN AWAM
Kerasulan awam merupakan anggota
Gereja yang menerima satu perutusan yakni menjadi saksi bagi misteri rencana
penyelamatan Allah demi penebusan manusia. Maka arah dan tujuan kerasulan awam
memiliki kesamaan dengan maksud dan tujuan Gereja. Gereja menjadi sarana bagi
kerasulan awam dalam tugas perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada
semua orang. Sehingga arah dan tujuan kerasulan awam yaitu:
a.
Penginjilan
Penginjilan adalah mewartakan kabar
gembira keselamatan, yakni Allah telah datang dan Yesus adalah Juru Selamat
yang wafat dan bangkit untuk semua orang. Sehingga yang menjadi sentral dari
pewartaan ialah Yesus Kristus. Kerasulan
awam memiliki peranan untuk mewartakan Injil kepada semua orang, dengan harapan
supaya semua orang dapat mencapai kepenuhan hidup dalam Kristus.
b.
Pengudusan
Menguduskan merupakan
mengkomunikasikan rahmat, membiarkan orang-orang masuk dalam penghayatan
keselamatan dengan menjadi murid Kristus sepenuhnya dan dengan pengurapan Roh
Kudus. Hal itu dimulai dengan iman dan permandian yang membuat kita masuk
kedalam komunitas terpilih yakni menjadi Umat Allah. Sehingga kerasulan awam
perlu bekerjasama dengan imam untuk menguduskan semua umat beriman agar selalu
hidup dalam kasih Yesus.
4.
RINGKASAN
DEKRIT APOSTOLICAM ACTUOSITATEM TENTANG PANGGILAN AWAM UNTUK MERASUL,
TUJUAN-TUJUAN YANG HARUS DICAPAI DAN PELBAGAI BIDANG KERASULAN
4.1
Panggilan
Awam untuk Merasul
Kerasulan merupakan upaya
Gereja menyebarluaskan Kerajaan Kristus di dunia ini demi kemuliaan Allah Bapa.
Setiap anggota Gereja dipanggil untuk merasul dengan mewartakan Injil, supaya
dapat menggarami semua orang agar terarah pada Yesus Kristus untuk diselamatkan
olehNya. Awam diserahi tugas untuk menyucikan (imamat), mengajar (kenabian) dan
memimpin (rajawi). Awam memiliki ciri khas status hidup yaitu hidup di tengah
masyarakat dengan banyak urusan duniawi sehingga dijiwai semangat Kristiani
untuk menunaikan kerasulan mereka (Apostolicam
Actuositatem 2).
Kaum awam memiliki hak untuk
menerima perutusan merasul yang didasarkan pada Kristus. Mereka dipanggil untuk
merasul berkat baptisan, Sakramen Krisma, dan Sakramen Ekaristi. Mereka
menjalankan kerasulan dalam iman, harapan dan kasih. Mereka menerima pencurahan
Roh Kudus supaya jerih payah dalam mewartakan Injil sungguh dapat diterima oleh
semua orang (Apostolicam Actuositatem 3).
Meskipun demikian, karya kerasulan tidak bisa dilepaskan dari Kristus sebagai
sumber kehidupan Gereja. Awam perlu memiliki spiritualitas yang baik sebagai
bekal dalam kegiatan merasul. Spiritualitas ini tampak dalam kehidupan rohani
awam yang didorong oleh cinta kasih yang berasal dari Allah. Dalam semangat
cinta kasih, awam memiliki perutusan untuk menyucikan sesamanya dengan
mewartakan Kabar Keselamatan dan memanggil sesama untuk masuk dalam kepenuhan
hidup Kristus. Semuanya itu tidak bisa dilepaskan dari teladan Bunda Maria,
yang selalu memperhatikan semua umat yang masih berziarah di dunia ini untuk
menuju kebahagiaan kekal (Apostolicam
Actuositatem 4).
4.2
Tujuan-Tujuan
yang Harus Dicapai
Awam melaksanakan perutusan
merasul dalam kehidupan Gereja dan masyarakat umum. Secara khusus melaksanakan
kerasulan dalam bidang rohani dan duniawi, yang berhubungan dengan Allah,
dengan maksud mengangkat seluruh dunia menjadi ciptaan dalam Kristus. Dalam hal
ini awam memerlukan bimbingan Roh Kudus secara terus menerus (Apostolicam Actuositatem 5).
Kerasulan dimaksudkan untuk
mewartakan Injil dan menyucikan umat manusia. Hal ini sesuai dengan perutusan
Gereja untuk keselamatan manusia. Zaman sekarang banyak kesesatan sehingga awam
perlu azas-azas kristiani untuk pewartaannya (Apostolicam Actuositatem 6). Harapannya ialah supaya umat manusia
membarui dan menyempurnakan tata dunia. Gereja berusaha untuk
menyusun tata dunia dengan prinsip-prinsip Kristiani, sehingga seluruh tata
dunia terarah kepada Allah melalui Yesus Kristus (Apostolicam Actuositatem 7).
Sumber dalam pelaksanaan kerasulan ialah cinta kasih. Mencintai Allah dan
sesama dalam kehidupan sehari-hari merupakan aspek penting dalam merasul. Allah
telah menghimpun segenap umat manusia dalam suatu keluarga adikodrati-Nya. .
Jaman
modern komunikasi mengembangkan cinta kasih lebih meluas ke internasional.
Mereka yang kaya, negara atau perorangan, wajib menolong yang miskin, supaya
yang miskin bisa mandiri (Apostolicam Actuositatem 8).
4.3
Pelbagai
Bidang Kerasulan Awam
Kerasulan awam memiliki
bidang-bidang yang luas dalam lingkup Gereja dan masyarakat umum. Aneka bidang
kegiatan kerasulan seperti jemaat-jemaat gerejawi, keluarga, kaum muda,
lingkungan sosial, tata nasional dan internasional (Apostolicam Actuositatem 9).
Dalam jemaat gerejawi, awam
berperan serta dalam tugas sebagai imam, nabi dan raja. Awam dapat membantu
tugas hirarki dalam kegembalaan Gereja. Sehingga awam perlu memiliki relasi
yang dekat dengan hirarki. Selain itu, relasi awam dengan Keuskupan dan Paroki
menjadikan sebuah perutusan pewartaan secara bersama-sama demi keselamatan
semua manusia (Apostolicam Actuositatem
10).
Kegiatan kerasulan selanjutnya ialah di keluarga. Allah telah menyatukan suami
dan isteri menjadi satu keluarga dalam sakramen. Suami-isteri memiliki peranan
dalam pendidikan kerasulan bagi anak-anaknya. Keluarga menjadi sel penting
dalam kedidupan bermasyarakat dan bersemangat untuk membantu sesama yang
berkekurangan (Apostolicam Actuositatem 11). Selain itu, kaum muda
memiliki peranan penting dalam masyarakat dan Gereja. Kaum muda menjadi aset
dan kekuatan penting serta penerus dalam kegiatan kerasulan. Kaum muda juga
perlu dialog dengan kaum dewasa untuk saling berbagi dalam perutusan merasul (Apostolicam Actuositatem
12).
Awam terpanggil untuk menyampaikan
nilai Kristiani, sehingga meresapi masyarakat dalam segi-segi hidup bersamanya.
Ini merupakan kerasulan bidang lingkungan sosial. Kaum Awam membawa sesama
kepada Yesus Kristus dan Gereja-Nya, melalui hidup solidaritas dengan sesama
warga negara (Apostolicam Actuositatem 13). Perutusan kerasulan
awam memiliki peranan juga dalam kehidupan nasional dan internasional, dalam
rangka menuju kesejahteraan umum. Kaum Awam mengusahakan dirinya berbobot dan
jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum. Kaum awam perlu
berkerjasama dengan semua orang dalam setiap bangsa yang disemangati oleh
nilai-nilai Injili demi terwujudnya kesejahteraan bersama (Apostolicam Actuositatem 14).
5.
KATEKIS
MENURUT DEKRIT APOSTOLICAM ACTUOSITATEM
Yesus sebelum terangkat ke surga
memberi perintah kepada kita untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia (Mat
28:19-20). Yesus mempercayakan perutusan pewartaan ini kepada para rasulnya,
yang kemudian di lanjutkan secara terus menerus kepada para pengikutnya
(Gereja). Yesus memberi perutusan ini tidak hanya bagi segelintir orang saja,
melainkan mencakup seluruh anggota Gereja. Dengan demikian, jelaslah bagi kita
bahwa setiap anggota Gereja memiliki tugas untuk mewartakan Kabar Keselamatan. Namun
tidak setiap orang dapat menjalankan karya pewartaan Injil. Sehingga dibutuhkan
orang-orang yang memiliki panggilan khusus dari Allah sendiri. Panggilan khusus
tersebut dapat dilihat dalam diri katekis. Katekis yang dimaksud disini ialah
katekis awam.
Dekrit Apostolicam Actuositatem
memberi gambaran sedikit tentang katekis awam. Katekis awam merupakan sebuah
kerasulan dalam Gereja yang melaksanakan perutusan untuk mewartakan Injil dan
menyucikan umat manusia (bdk Apostolicam
Actuositatem 6), berkat pembaptisan yang menyatukannya menjadi anggota
Gereja dan berkat sakramen penguatan yang meneguhkannya dalam terang Roh Kudus
serta melalui Ekaristi yang memberi jiwa kerasulan untuk hidup dalam Yesus
Kristus ( bdk Apostolicam Actuositatem 3).
Dalam pengertian ini, kita dapat melihat bahwa kerasulan awam dapat
dilaksanakan oleh katekis, tidak hanya oleh mereka yang menerima imamat khusus.
Katekis berasal dari kalangan kaum awam yang berkat karunia Roh Kudus dipanggil
oleh Allah untuk kegiatan merasul yang membawa keselamatan dan supaya melalui
mereka seluruh dunia sungguh-sungguh diarahkan kepada Kristus. Katekis dalam
dirinya memiliki panggilan berdasarkan pembaptisan dan penguatan yang
diterimanya. Katekis mendapat tugas imamat umum untuk selalu bertekun dalam
mewartakan Injil. Sehingga katekis merupakan salah satu bentuk kerasulan yang
memiliki peranan penting dalam kehidupan Gereja, yakni mewartakan Kabar
Keselamatan agar dirasakan oleh mereka yang menerima pewartaan. Dengan
demikian, perutusan yang diberikan Yesus untuk mewartakan Injil semakin dapat dirasakan
oleh mereka yang menerima panggilan, khususnya bagi katekis yang berasal dari kaum
awam dalam Gereja katolik, dengan tujuan untuk keselamatan semua orang dan menghantarkan
mereka mencapai kepenuhan untuk hidup bersama Kristus.
6.
RELEVANSI
DEKRIT APOSTOLICAM ACTUOSITATEM BAGI KEHIDUPAN DEWASA INI
6.1
Bagi
Calon Katekis
Kehidupan calon katekis saat ini
memiliki tantangan yang begitu besar. Penyebabnya ialah berbagai macam tuntutan
kebutuhan yang semakin kompleks. Salah satu tuntutan tersebut dapat dilihat
dari pendidikan yang diterimanya, dimana calon katekis mendapat kedisiplinan
ketat dari lembaga pendidikan agar semakin bisa menjadi katekis yang tangguh.
Namun semuanya itu terkadang kurang bersifat fleksibel, sebab kurang
menyesuaikan dengan keadaan dan kemampuan para calon katekis. Sehingga
terkadang bisa membuat calon katekis mengeluh dan bosan dengan kehidupan yang
diterimanya. Tetapi disisi positif, keadaan seperti ini membuat calon katekis
belajar mandiri untuk mengolah situasi yang ada dan semakin giat belajar demi
tugas perutusan yang diterimanya untuk mewartakan Sabda Allah di tengah-tengah
masyarakat. Sehingga calon katekis menyadari betul bahwa panggilannya menjadi
katekis sungguh berasal dari Allah.
Dengan keadaan calon katekis saat
ini, dekrit Apostolicam Actuositatem memberikan manfaat baik bagi calon
katekis. Dekrit ini memberi peneguhan bahwa menjadi katekis merupakan sebuah
panggilan luhur untuk melaksanakan perutusan mewartakan Kerajaan Kristus kepada
semua orang supaya memperoleh keselamatan kekal demi kemuliaan Allah Bapa.
Calon katekis merupakan awam yang dengan pembaptisan menerima tri tugas Kristus
untuk dilaksanakan di dunia ini. Panggilan kristani merupakan panggilan untuk
merasul (bdk Apostolicam Actuositatem 2)
sehingga menjadi katekis merupakan sebuah panggilan kerasulan sebab setiap
orang dipanggil oleh Allah untuk mewartakan Injil. Calon katekis sebenarnya
mendapat panggilan untuk kegiatan kerasulan yang berarti mendapat tugas
perutusan untuk mewartakan Sabda Allah demi keselamatan semua manusia. Dengan
demikian, kehidupan calon katekis saat ini merupakan persiapan kegiatan
kerasulan untuk mewartakan sabda Allah kepada semua manusia.
Dalam dekrit ini dikatakan bahwa
awam mendapat haknya untuk ikutserta dalam perutusan Gereja. Perutusannya yakni
menyebarluaskan Kerajaan Kristus dimana-mana demi kemuliaan Allah Bapa. Dalam
hal ini, calon katekis merupakan kaum awam, sehingga mengambil bagian untuk
menerima perutusan Gereja yang diberikan oleh Allah. Ditengah situasi liku-liku
kehidupan calon katekis, dekrit ini memberi peranan penting yakni calon katekis
diarahkan untuk mengolah dirinya dengan baik agar mereka dapat menemukan bahwa
hidupnya dipanggil oleh Allah untuk karya pewartaan Kabar Keselamatan di dunia
ini. Calon katekis perlu pembinaan yang baik agar hidupnya semakin terarah pada
Kristus. Maka dengan adanya dekrit ini dapat menyadarkan dan membangun calon
katekis bahwa mereka memang dipanggil oleh Allah untuk mewartakan Kabar
Keselamatan kepada semua manusia.
6.2
Bagi
Umat Beriman Kristiani (Kaum Awam)
Dekrit ini menggambarkan bahwa kaum
awam memiliki panggilan untuk menerima perutusan merasul. Merasul menjadikan
awam untuk menjalankan tugas mewartakan Injil kepada semua orang. Dewasa ini
banyak tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi, misalnya kebutuhan rohani. Kebutuhan
ini masih kurang mampu untuk dipenuhi para klerus yang mendapat hak untuk tugas
kegembalaan. Sehingga kaum awam memiliki peranan penting untuk membantu klerus
dalam memenuhi kebutuhan ini. Salah satu kegiatannya ialah dengan kerasulan
awam. Sebab kerasulan awam bersumber pada panggilan kristiani mereka sendiri
sehingga mereka juga memiliki hak untuk menjalankan tugas perutusan dari
Kristus.
Bagi umat beriman kristiani (kaum
awam), dekrit ini memberi dorongan supaya mereka juga ikut dalam kegiatan
kerasulan. Umat kristiani adalah anggota Gereja, yang memiliki panggilan berkat
permandian untuk bersatu dengan Kristus dan penguatan untuk meneguhkan semangat
hidupnya dalam Kristus. Sehingga kaum awam diajak untuk mengambil bagian dalam
perutusan Gereja. Dekrit ini memberi kesadaran baru bahwa kaum awam juga
memiliki hak untuk mewartakan Injil kepada semua orang. Namun dalam kenyataan
sehari-hari, banyak umat awam yang belum menyadari hal ini. Mereka lebih aktif
untuk menerima pelayanan dari para imam saja. Mereka belum menyadari bahwa
perutusan untuk mewartakan Injil merupakan hak semua umat beriman. Dalam
keadaan ini, maka perlunya sosialisasi atau pengajaran tentang dekrit ini
kepada umat awam. Terutama bagi mereka yang sudah megetahui tentang dekrit ini
setidaknya memberi peneguhan atau pengajaran kepada umat bahwa mereka dipanggil
untuk karya pewartaan.
Pengajaran dari mereka yang telah
mengetahui dekrit ini merupakan salah satu langkah supaya umat awam juga
menyadari bahwa menjadi anggota Gereja berarti ikutserta menerima perutusan
Gereja. Sehingga umat awam diharapkan untuk ikut aktif dalam kegiatan merasul.
Meskipun demikian, umat awam juga membutuhkan pembinaan supaya tidak
menyesatkan saat menjalankan tugas kerasulan. Upaya-upaya yang dapat digunakan
misalnya dengan rekoleksi, latihan rohani, pendalaman iman (Kitab Suci), dan
sebagainya. Dengan demikian, kegiatan seperti ini diharapkan umat awam semakin
menghayati makna kehidupannya sebagai anggota Gereja untuk berperan dalam
perutusan mewartakan Injil di dunia ini.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setiap orang
dipanggil oleh Allah untuk karya pewartaan di dunia ini. Hal ini merupakan
sebuah anugerah bagi mereka yang dengan bahagia menyadari dan menanggapi
panggilan tersebut. Yesus memberi perintah kepada kita untuk pergi ke seluruh
dunia dan mewartakan Injil (Mat 28:19-20). Perintah ini berarti kita semua
memiliki hak untuk mewartakan Injil. Salah satu sikap menerimanya ialah dalam
kerasulan awam. Kerasulan awam menjadi upaya untuk mewartakan Kerajaan Allah di
tengah-tengah masyarakat.
Salah
satu bidang kerasulan awam ialah katekis. Katekis yang dimaksud disini ialah
katekis dari kaum awam. Katekis ini memiliki peranan penting dalam kegiatan
kerasulan sebab berkat pembaptisan mereka dipersatukan dengan Kristus. Mereka
dipanggil untuk menjalankan tugas pewartaan Injil. Dekrit ini memberi gambaran
bahwa katekis merupakan sebuah kerasulan dalam Gereja yang melaksanakan
perutusan untuk mewartakan Injil dan menyucikan umat manusia yang berkat
pembaptisan yang menyatukannya menjadi anggota Gereja dan berkat sakramen
penguatan yang meneguhkannya dalam terang Roh Kudus serta melalui Ekaristi yang
memberi jiwa kerasulan untuk hidup dalam Yesus Kristus. Hal ini berarti katekis
sebenarnya ialah awam yang merasul. Mereka menjalankan semangat kerasulan dalam
terang Roh Kudus dan semuanya itu merupakan anugerah dari Allah sendiri.
Dekrit
Apostolicam Actuositatem mengatakan bahwa semangat kerasulan sangat kuat zaman
dulu, sedangkan saat ini mulai terpengaruhi oleh adanya kemajuan teknologi dan
bertambahnya manusia. Konsili menginginkan agar semangat kerasulan tidak hilang
melainkan terus dihidupi, sehinga konsili mendorong supaya semua anggota Gereja
(khususnya kaum awam) ikut terlibat kegiatan kerasulan. Hal ini penting supaya
semua manusia mengalami keselamatan dalam Yesus Kristus. Kegiatan merasul pun
memiliki pelbagai bidang kehidupan dan semuanya mengarah pada karya pewartaan
Injil di dunia ini. Karena kerasulan memiliki bidang-bidangnnya maka cara untuk
mewartakan Karya Keselamatan pun beranekaragam sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Dalam hal ini, dibutuhkan pembinaan tertentu bagi mereka yang
ikutserta dalam kegiatan merasul sehingga semangat kerasulannya tidak hilang,
bahkan selalu dihidupi untuk senantiasa mewartakan Injil agar semua manusia
bisa mengalami keselamatan.
Secara
khusus bagi calon katekis yang saat sedang mempersiapkan diri. Kehidupanya saat
ini memang banyak dipenuhi tantangan yang terkadang membuat mereka sering
mengeluh. Meskipun demikian, dengan adanya dekrit ini bisa memberikan semangat
bagi calon katekis untuk tetap semangat untuk tugas perutusan yakni mewartakan
Karya Keselamatan Allah kepada semua orang. Bagi semua umat beriman kristiani,
dekrit ini memberi gambaran bahwa mereka juga menerima perutusan untuk
mewartakan Sabda Allah. Hal ini berarti mereka memiliki hak untuk karya perutusan
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Hardawiryana, R. 1993. Dokumen Kosili Vatikan II. Jakarta: Obor
Komkat Keuskupan Padang. 1988. Spiritualitas Sang Katekis. Padang
Komkat KWI. 1997. Pedoman untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius
Lokakarya Nasional Kerawam. 1986. Kerasulan Awam. Jakarta: KWI
Sinaga, Anisetus B. 1993. Awam Triniter. Jakarta: Obor
Tomko, Josef. 1987. Panggilan dan Perutusan Awam dalam Gereja dan Dunia sesudah KV II. Jakart
Tondowidjojo, John. 1990. Arah dan Dasar Kerasulan Awam. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar