Senin, 18 Maret 2013

Katekese Kontekstual dengan Metode dan Model yang Tepat



BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Dewasa ini dunia memasuki zaman baru yakni zaman globalisasi. Hal ini dapat dilihat dari semakin canggihnya alat-alat teknologi dan tranportasi. Akibatnya orang-orang dapat dengan mudah saling berelasi dengan yang lain. Hal ini memberi keuntungan bagi para para pengusaha maupun perusahaan. Kini jumlah pengangguran semakin banyak, anak-anak kecil dari keluarga yang kurang mampu semakin sulit untuk mendapatkan kesempatan pendidikan, dan lowongan pekerjaan terbatas hanya bagi orang-orang yang memiliki kualitas tertentu saja, serta penderitaan semakin bertambah ketika bencana alam terjadi dimana-mana.
Hal seperti itu merupakan sebuah gambaran tantangan yang harus dihadapi dalam katekese. Orang kini tidak membutuhkan banyak diskusi atau obrolan-obrolan yang kurang memberikan keuntungan material bagi dirinya. Katekese yang banyak membicarakan hal-hal ilahi dirasa tidak dapat menjawab kebutuhan umat secara langsung, bahkan katekese hanya dianggap sebagai obrolan kosong yang tidak memberikan apa-apa bagi kelangsungan hidup mereka. Dari hal ini, kita memiliki sebuah gambaran bahwa katekese tetap menjadi salah satu langkah untuk pewartaan injil. Namun katekese tesebut membutuhkan sebuah metode dan model yang tepat agar mampu menanggapi kebutuhan umat. Dengan demikian, penyelenggaraan katekese dengan metode dan model yang tepat selalu memiliki harapan yang besar kearah katekese kontekstual sehingga mampu memenuhi kebutuhan umat.

2.    Rumusan Masalah
       1.       Apa pengertian katekese?
       2.       Apa itu katekese kontekstual?
       3.       Metode apa yang bisa digunakan dalam katekese kontekstual?
       4.       Model apa yang bisa digunakan dalam katekese kontekstual?

3.    Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang katekese, katekese konstektual dengan metode dan model yang dapat digunakan dalam karya pewartaan Injil kepada sesama. Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita sebagai anggota Gereja semakin bersemangat untuk melanjutkan karya perutusan dari Yesus, yakni untuk mewartakan Injil kepada sesama. 


BAB II
KATEKESE KONSTEKTUAL DENGAN METODE
DAN MODEL YANG TEPAT

1.    Pengertian Katekese
Katekese berasal dari kata Yunani Katechein. Bentukan dari kat yang berarti pergi atau meluas, dan dari kata Echo yang berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata ini mengandung dua pengertian. Pertama, katechein berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan. Kedua, katechein berarti ajaran dari para pemimpin. Istilah katechein yang banyak digunakan secara umum lama kelamaan diambil alih oleh orang-orang kristen. Mereka menjadikan istilah tersebut sebagai kerangka dalam bidang pewartaan Gereja, yakni mewartakan Kristus.
Dalam ajaran apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa, katekese ialah pembinaan anak- anak, kaum muda, dan orang- orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen (Catechesi Tradedae 18). Dengan kata lain, katekese adalah usaha- usaha dari pihak Gereja untuk menolong  umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari- hari. Di dalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode yang sesuai perlu dicarikan agar katekese dalam ragam bentuknya beragama hati pendengar dan berbuah nyata.

2.    Katekese Kontekstual
Orang katolik mengenal Yesus Kristus karena salah satunya yakni, mendengar pewartaan dari orang lain yang bersumber dari injil. Melalui pewartaan, manusia mendapat kebenaran iman yaitu bahwa Allah menjadi manusia, dan manusia menjadi umat Allah. Iman menjadi dasar keselamatan manusia. Dengan iman manusia menjawab tawaran keselamatan yang Allah berikan. Iman menduduki posisi sentral dalam hidup manusia. Oleh karena itu, arah pewartaan Gereja ialah mengikuti Yesus Kristus mewartakan kerajaan Allah.
Katekese kontekstual yang bertujuan membina iman yang terlibat dalam masyarakat telah sekian lama menjadi pembicaraan dan selalu diupayakan dalam setiap kegiatan kateketis. Secara umum pembicaraan tersebut selalu mengarah pada keterpaduan pendapat bahwa katekese kontekstual tidak bisa melepaskan diri dari cara dan model katekese yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah mendengar tentang katekese kontekstual. Namun yang menjadi pertanyaannya ialah apa itu katekese kontekstual? Katekese kontekstual bukanlah hal baru yang mau menggusur katekese yang sudah dihidupi sampai sekarang, yakni katekese umat. Sebaliknya bahwa katekese kontekstual berusaha untuk menyempurnakan katekese sebelumnya agar semakin dihidupi dan semakin menjawab kebutuhan umat.
Katekese kontekstual merupakan suatu cara baru agar sebuah katekese sungguh sesuai dengan konteks umat. Maksudnya ialah supaya katekese dapat relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi umat. Dalam hal ini, tentunya setiap umat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga katekese juga harus bisa mengerti situasi yang dihadapi oleh umat tersebut. Maka dibutuhkan suatu katekese yang bisa menjawabi kebutuhan umat tersebut. Katekese kontekstual adalah sebuah aktivitas mewartakan sabda Alah dalam ruang lingkup dimana memungkinkan iman itu tumbuh dan berkembang yang dilaksanakan secara kontekstual yakni sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi saat ini dan sesuai pula dengan kebutuhan umat saat ini. Dari pengertian ini, menjadi jelas bahwa katekese kontekstual tidak bisa dilepaskan dari situasi konkrit yang sedang terjadi dalam hidup umat. Situasi tersebut memungkinkan untuk terjadinya katekese supaya umat semakin menyadari iman mereka kepada Allah.

3.    Metode Katekese
Dalam proses katekese tentunya diperlukan suatu metode yang tepat. Metode ini membantu agar katekese dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode merupakan cara atau strategi yang digunakan untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dalam hal ini metode menjadi faktor penting dalam proses katekese. Dengan metode yang tepat tentunya dapat mempermudah pelaksanaan dan katekese dapat berjalan dengan baik. Dengan harapan supaya tujuan dapat mencapai hasil yang baik.
Saat berkatekese banyak hal yang tidak terduga. Hal ini dipengaruhi oleh faktor situasi setempat. Mungkin kita telah membuat bahan rancangan katekese dengan baik. Namun dalam prakteknya terkadang tidak sesuai dengan rancangan tersebut. Oleh karena itu, proses berkatekese memerlukan suatu metode yang pas agar dapat berlangsung dengan baik dan memperoleh hasil yang baik pula. Namun yang menjadi pertanyaan ialah metode seperti apa yang dapat digunakan dalam berkatekese? Tentunya banyak metode yang bisa digunakan. Metode-metode tersebut dapat digunakan secara maksimal. Namun semuanya itu juga dipengaruhi oleh faktor diri fasilitator dalam melaksanakan katekese dan juga dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam proses katekese yakni metode mengagali pengalaman.

3.1    Contoh Metode Katekese (Metode Menggali Pengalaman)
Turut mengalami apa yang dialami oleh orang lain atau menggali sesuatu secara pribadi, manusia mampu sampai pada tingkatan dengan Yang Ilahi. Wahyu Allah sendiri ditawarkan kepada manusia dengan cara tertentu sehingga dapat dialami dan caranya dengan khotbah dan pengajaran agama. Khotbah dan pengajaran agama sebaiknya berhubungan dengan pengalaman sehari-hari, berdaya memukau, dan menyentuh hati pendengar. Prinsip dari metode menggali pengalaman ini adalah bila mewartakan sesuatu bertitik tolak dari pengalaman peserta, atau bila mengisahkan sesuatu atau seseorang, lukiskanlah aspek-aspek psikologis yang dikandung di dalamnya sehingga pendengar turut merasakan suka-duka, perjuangan, dan jerih payah. Dengan metode ini peserta diajak untuk mengalami dan lebih aktif bukan untuk mengetahui.
1. Seluk-Beluk Pengalaman
            Pengalaman termasuk pengetahuan, namun bukan berkat daya nalar namun karena kontak langsung, intuitif, dan afektif dengan dunia. Kontak itu membuat orang tersentuh. Pengalaman berarti pertemuan original dan pertama antara seseorang dengan objek tertentu, suatu pertemuan yang menyentuh batin.
2. Pengalaman Religius
            Dengan adanya pengalaman religius, terjadi hubungan yang hidup antara pribadi seseorang dengan imannya. Berkat pengalaman religius inilah, pengalaman iman beralih ke tahap penghayatan iman. Dengan demikian terjadi suatu proses dari tahap mengetahui ke tahap meyambut dan mengakui iman secara pribadi. Pewartaan hendaknya mampu menyentuh hati, menggugah perasaan, tidak hanya menambah informasi. Untuk itu pengajaran agama haruslah konkret dan berkisar pada jangkauan pengalaman peserta agar memungkinkan terjadinya pertemuan dengan kenyataan religius.

3.2    Langkah-Langkah Metode Menggali Pengalaman
Dalam metode ini terdapat beberapa langkah dalam menggali pengalaman. Langkah-langkah tersebut, yakni:
o    Bertitik tolak pada pengalaman peserta
Misalnya saja bila hendak berbicara tentang Allah yang Mahabaik, pertama-tama hidupkan terlebih dahulu pengalaman yang dimilki peserta dalam hal hubungannya dengan ayahnya di rumah, kemudian menjelaskan arti kata Bapa.
o    Membangkitkan pengalaman religius
Pengalaman religius akan semakin mendalam bila pengalaman sehari-hari kembali dibangkitkan dengan wahyu. Pengalaman religius pendengar timbul berkat contoh iman yang hidup entah dari guru, orang tua, atau kisah dari orang-orang kudus.
o    Meresapkan pengalaman religius
Bila peserta telah sampai pada pertemuan pribadi dengan Yang Ilahi, masih perlu diusahakan agar pengalaman itu lebih diresapkan. Perwujudannya dengan cara doa, renungan, atau lagu. Dengan demikian pengetahuan iman akan lebih meresapi batin terdalam.

4.    Model Katekese
Banyak orang yang menganggap bahwa berkatekese merupakan hal yang sulit.   Kesulitan tersebut ditemukan ketika mereka sulit untuk mengolah atau mengkemas katekese dengan baik. Meskipun telah dipersiapkan dengan matang, namun dalam prakteknya juga banyak mengalami kendala atau kesulitan yang merintangi dalam proses katekese. Misalnya saja, umat menjadi ngantuk, merasa bosan dengan katekese kita, tujuan yang telah direncanakan tidak tercapai dan seterusnya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu model katekese yang tepat. Ketepatan model katekese bisa memiliki pengaruh dalam prakteknya. Namun tidak bisa dipungkiri juga pengaruh bagaimana seseorang dalam membawakan katekese tertentu.
Banyak sekali model-model katekese yang bisa digunakan dalam menyelenggarakan katekese. Namun dengan adanya berbagai model tersebut bermaksud agar dapat dipilih salah-satu model yang relevan dengan situasi umat dan mampu memperkembangkan iman umat. Salah satu model katekese yang dapat digunakan dalam menyelenggarakan katekese yakni dengan model SCP (Shared Christian Praxis).
SCP adalah model katekese yang lebih mengangkat pengalaman hidup peserta. Peserta dilibatkan secara aktif untuk mengungkapkan pengalaman hidupnya, kemudian diajak untuk berefleksi, hingga menemukan suatu aksi konkrit sebagai wujud dari perubahan sikapnya. Di tengah kehidupan yang serba sulit di jaman sekarang ini umat memiliki banyak harapan dan kerinduan, bahkan umat semakin sulit menemukan makna dalam kehidupannya. SCP merupakan model katekese yang sangat relevan untuk membantu umat menghayati imannya di jaman sekarang ini. Melalui SCP umat dapat mengungkapkan harapan dan kerinduan mereka. Melalui SCP umat diajak untuk merubah hidupnya untuk lebih baik dengan melakukan aksi-aksi konkrit yang ditemukan dalam refleksi atas kehidupannya. SCP merupakan model katekese yang kontekstual yaitu mampu mempertemukan pergulatan hidup umat dengan kekayaan iman Gereja, sehingga selain iman umat semakin diperkembangkan, umat juga menemukan semangat dan usaha untuk hidup jauh lebih baik lagi.
Langkah-langkah proses katekese dengan model SCP yakni:
1.    Pengungkapan Praksis Faktual
Dilangkah ini peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman hidup mereka yang memiliki hubungan dengan tema yang dibahas. Pemandu memberikan sebuah pertanyaan terbuka kepada peserta agar dapat menceritakan pengalaman hidup mereka, misalnya dengan menggunakan kata “Ceritakanlah”.
2.    Refleksi Kritis terhadap Praksis Faktual
Dilangkah ini peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup mereka. Pemandu bisa memberikan pertanyaan 5W1H.
3.    Megusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristani menjadi Terjangka
Peserta diberi perikop bacaan Kitab Suci sesuai dengan tema. Kemudian pemandu memulai pengajarannya, sebab dilangkah ini peran pemandu menjadi sangat dominan.
4.    Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani
Dilangkah ini, peserta diajak untuk mengkomunikasikan antara Tradisi dan Visi mereka dengan Tradisi dan Visi Kristiani.
5.    Keputusan Konkret demi makin Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah.
Peserta diajak untuk membuat aksi baru dalam hidupnya sesuai dengan niat atau visi peserta untuk mewujudkan nilai Kerajaan Allah bagi kehidupan sehari-hari.

5.    Relevansi
5.1    Bagi Calon Katekis
Calon katekis merupakan masa depan Gereja. Mungkin kalimat ini memiliki kebenaran juga sebab mereka secara pribadi dipanggil untuk mempersiapkan diri dalam tugas pelayanan pewartaan Injil kepada sesama. Hal ini berarti bahwa mereka memiliki peranan penting bagi kehidupan Gereja. Salah satunya ialah sebagai generasi penerus pewartaan Injil. Sebagai calon katekis tentunya memiliki banyak rintangan yang harus dihadapi. Salah satunya ialah masa pendidikannya. Banyak tuntutan yang harus diterimanya, meskipun terkadang tidak sesuai dengan kemampuan calon katekis. Dan salah satu tugas yang harus dipersiapkan dengan baik ialah berkatekese. Katekese menjadi salah satu usaha pewartaan injil kepada umat. Sehingga calon katekis harus benar-benar belajar dengan baik sebab berkatekese menjadi salah satu tugasnya.
Dalam hal ini metode dan model katekese yang dibahas dalam makalah ini memiliki peranan yang baik, khususnya bagi mereka untuk mempersiapkan diri dalam berkatekese secara kontekstual. Selain itu melalui makalah ini calon katekis diberi pengetahuan dan pembelajaran yang baru dalam memahami dan mempersiapkan proses katekese. Metode dan model katekese yang dibahas dalam makalah ini merupakan suatu proses belajar bagi calon katekis sebagai bekal persiapan sebelum berproses daam katekese. Mereka mendapat pengetahuan baru mengenai metode dan model katekese yang bisa digunakan untuk menyelenggarakan katekese. Walaupun tidak dipungkir juga masih banyak metode dan model katekese yang bisa digunakan oleh calon katekis sesuai dengan kemampuannya. Namun salah satu metode dan model katekese yang dibahas disini setidaknya memberi pengetahuan dan gambaran yang bisa digunakan oleh calon katekis dalam persiapan untuk menyelenggarakan katekese.

5.2    Bagi Umat
Umat saat ini banyak mengalami perkembangan yang baik. Perkembangannya dapat dilihat dari faktor mulai banyaknya kesadaran umat untuk terlibat aktif dalam kehidupan Gereja. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh umat ialah dengan ikut aktif juga dalam pewartaan Sabda Allah. Misalnya saja melalui katekese (Jika umat memiliki kemampuan untuk berkatekese).  Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri juga bahwa masih ada umat yang rendah kesadarannya untuk aktif dalm hidup menggereja. Namun kita tidak bisa memaksa kehendak umat, sebab mereka juga memiliki keyakinan pribadi yang secara khusus dalam relasinya dengan Tuhan.
Dengan adanya metode dan model yang dibahas dalam makalah ini, setidaknya memberi gambaran kepada umat bahwa katekese memiliki berbagai macam metode dan model yang bisa digunakan dalam menyelenggarakan katekese. Sehingga umat memiliki gambaran mengenai katekese sebagai usaha pewartaan Injil. Dengan demikian, umat yang memiliki kemampuan untuk berkatekese bisa menggunakan metode dan model yang dibahas dalam makalah ini. Meskipun umat juga bisa menggunakan metode dan model lainnya yang bisa digunakan. Selain itu, umat juga diajak supaya dalam suatu proses katekese tidak hanya sekedar hadir, namun juga mengerti mengenai metode dan model yang digunakan serta umat dapat mengikuti proses katekese secara aktif dan baik.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
   Dewasa ini, Gereja mengalami perkembangan yang baik. Banyak umat yang mulai terlibat aktif dalam menggereja. Salah satu faktor penyebabnya ialah melalui katekese. Katekese menjadi salah satu penentu keberhasilan Gereja dalam perkembangan anggotanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa katekese menjadi salah satu sarana bagi kita untuk karya pewartaan kepada sesama. Katekese merupakan sebuah aktivitas mewartakan sabda Alah dalam ruang lingkup dimana memungkinkan iman itu tumbuh dan berkembang yang dilaksanakan secara kontekstual yakni sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi saat ini dan sesuai pula dengan kebutuhan umat saat ini.
Dalam proses berkatekese banyak mengalami rintangan. Meskipun kita telah membuat suatu rancangan katekese, namun dalam prakteknya terkadang tidak sesuai dengan rancangan tersebut. Sehingga dalam proses katekese dibutuhkan sutau metode dan model yang tepat supaya katekese benat-benar menjadi kontekstual sekali dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan umat. Salah satu metode yang bisa digunakan ialah metode menggali pengalaman. Dan model yang juga bisa digunakan dalam berkatekese ialah model SCP (Shared Christian Praxis). Harapannya ialah dengan metode dan model ini, maka katekese yang kita selenggarakan menjadi katekese yang kontekstual sesuai dengan harapan kita untuk semakin bersatu dengan Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Groome, Thomas H. 1997. Shared Christian Praxis. Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat
Huber. TH.1981. Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius
Papo, Jakob. 1985 Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah

Katekese untuk Kaum Muda tentang Penderitaan



PENDERITAAN

Tempat              : Kampus
Waktu               : 07.00 - 08.30
Sub Tema 1       : Bersabar dalam Penderitaan
Peserta              : Kaum Muda
Metode             : SCP (Share Cristian Praxis)
Sarana               : Kitab Suci, Cerita, Laptop, Speaker, Teks Lagu
Sumber Bahan   : Yak 5:7-11

I. Pemikiran Dasar
Kita semua tahu apa itu penderitaan. Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga bayangan itu membentang didepan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam.
Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu menyertai hidup. Hanya orang yang sudah meninggal saja yang tidak mengenal dan mengalami penderitaan. Atau mungkin juga orang mati menderita. Kita belum tahu itu, karena kita belum mengalami sendiri.
Entah mau atau tidak, kita pasti mengalami penderitaan. Ada orang-orang yang menderita seperti penyamun yang baik, sementara yang lainnya seperti penyamun yang jahat. Mereka berdua mengalami penderitaan yang sama. Tetapi, yang satu tahu bagaimana menjadikan penderitaannya mendatangkan manfaat, ia menerimanya dalam semangat silih, dan berpaling kepada Yesus yang tersalib, dan ia menerima dari mulut-Nya, kata-kata yang indah ini: “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Sebaliknya, penyamun yang satunya, berteriak-teriak menyerukan kutuk serta hujat, dan tewas dalam keputusasaan yang paling mengerikan. Ada dua macam cara menghadapi penderitaan - menderita dengan cinta, dan menderita tanpa cinta. Para kudus menderita segala sesuatu dengan sukacita, kesabaran dan ketekunan, karena mereka mencinta. Sementara kita, kita menderita dengan marah, jengkel dan kesal, karena kita tidak mencinta. Jika kita mencintai Tuhan, pastilah kita mencintai salib-salib kita, malahan kita mengharapkannya, kita bersukacita atasnya… Kita pasti berbahagia dapat menderita demi cinta kepada Dia yang menderita dengan penuh cinta bagi kita. Jadi, apakah yang kita keluhkan? Sungguh sayang! orang-orang kafir yang malang, yang tidak menikmati kebahagiaan mengenal Tuhan dan cinta kasih-Nya yang tak terbatas, mempunyai salib-salib yang sama seperti yang kita miliki; namun demikian mereka tidak mengalami penghiburan-penghiburan yang sama. Katamu salib itu berat? Tidak, salib itu ringan, salib itu penuh penghiburan, salib itu manis; salib itu adalah kebahagiaan. Hanya saja, kita patut mencinta sementara kita menderita, dan menderita sementara kita mencinta.

II. Tujuan
            Tujuan dari proses katekese ini:
1.        Kaum muda mampu memahami makna penderitaan
2.        Kaum muda memiliki sikap sabar dalam menghadapi penderitaan

III. Langkah-langkah
a.    Sapaan dari Fasilitator
Selamat pagi saudara-saudari, bagimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan dalam penyertaan Tuhan. Saudara-saudari yang terkasih pada pagi ini kita semua akan berproses dan berdinamika, mencoba melihat pengalaman kita sehari-hari apakah selama hidup kita ini pernah mengalami penderitaan. Tema katekese kita secara umum adalah Penderitaan dengan Sub tema: “Bersabar dalam Penderitaan”.
 Mari kita siapkan hati dan pikiran kita untuk mengikuti proses katekese bersama dan saling membagikan pengalaman tentang penderitaan, agar kita sebagai umat Allah semakin diperkaya dalam iman.

b.   Doa Pembuka
·  Marilah kita siapkan hati dan pikiran kita untuk berdoa bersama.
          Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Bapa sumber segala kasih, puji dan syukur kami haturkan kehadirat-Mu atas segala kasih dan penyertaan-Mu kepada kami sehingga saat ini kami bisa berkumpul untuk berproses bersama. Terangilah akal budi dan hati kami masing-masing, agar kami mampu menyadari kasih-Mu. Curahkanlah Roh Kudus kedalam diri kami semua agar segala hal yang akan kami laksanakan dalam proses ini dapat berjalan dengan lancar dan kami dapat memperoleh hasil yang baik.  Semoga kami juga semakin sabar dalam menghadapi segala hal yang membuat kami menjadi menderita. Semua ini kami serahkan kepada-Mu dengan perantaraan Yesus, yang hidup bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus kini dan sepanjang masa. Amin.
Bapa kami….
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

·  Pengembangan Langkah Nol.
            Fasilitator mengajak umat untuk membaca cerita dan memberikan garis besar pandangan cerita sebagai pembuka alur pikir peserta katekese.
“Berani Keluar dari Penderitaan”
Martini (48 tahun) adalah salah satu survivor kanker payudara yang berhasil mengatasi keterpurukan menghadapi diagnosis dan tekanan mental pasca terapi. Saat mendapat diagnosis kanker, usianya masih tergolong muda yaitu 38 tahun. Saking putus asanya, ia pun tidak berpikir untuk melakukan pengobatan. Benjolan pertama kali terasa di payudara Martini pada saat ia melakukan SADARI (periksa payudara sendiri). Saat merasa ada yang aneh, ia pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam. Setelah dilakukan USG dan mamografi, dokter pun mendiagnosis dengan kanker yang tergolong ganas dan dirujuk ke dokter bedah untuk segera dilakukan operasi. Mendengar hal itu, ia pun semakin putus asa. Ia malah berpikiran untuk tidak berobat karena ia menganggap semuanya sia-sia.  Martini merasa kankernya disebabkan karena pola makan yang tidak benar. Ia memang tidak memiliki masalah dengan berat badan, tapi karena itulah ia bisa merasa bebas untuk makan makanan apa saja yang ia suka, termasuk makanan berlemak dan tidak sehat. Ia pun jarang berolahraga.
Banyaknya pasien kanker yang meninggal meski sudah berobat kesana-kemari, membuat Martini merasa tak ada gunanya untuk berobat. Ia menganggap bahwa hidupnya akan segera berakhir karena kanker yang dideritanya. Ia merasa sangat menderita karena anggapannya bahwa penyakitnya itu tidak bisa disembuhkan. Hal ini disebabkan karena kanker yang dideritanya sangat ganas dan sulit untuk disembuhkan, kecuali salah satu caranya yakni dengan operasi (bedah payudara). Keluarga dan orang-orang terdekatnya pun terus menerus memberi dukungan kepadanya tanpa henti. Berkat dukungan keluarga dan orang-orang terdekat, ia pun akhirnya mau melakukan terapi pengobatan.
Tak butuh waktu lama, seminggu setelah diagnosis diterimanya, ia pun langsung memutuskan untuk melakukan tindakan mastektomi (pengangkatan seluruh bagian payudara). Setelah tindakan ini, ia pun melakukan operasi di Singapura. Sebenarnya ia ingin operasi di Indonesia, namun karena dokternya sudah pindah klinik dan tidak ada di Rumah Sakit tersebut, ia pun pergi ke Singapura. Sama dengan diagnosis dokter dalam negeri, dokter Singapura pun mengatakan bahwa kanker yang tumbuh di tubuh Martini tergolong ganas dan harus segera diambil tindakan. Tanpa berpikir panjang, keesokan harinya ia pun melakukan tindakan operasi. Setelah operasi, ia pun menjalani 6 siklus kemoterapi yang dilakukan tiap 3 minggu sekali. Mentalnya yang drop bisa kembali bangkit setelah bergabung dengan support group sesama survivor kanker. Ia mulai mengikuti acara-acara rutin yang diadakan kelompok tersebut. Dia pun berkata: "Saya percaya bahwa sesudah pengobatan ada kehidupan normal kembali. Tadinya saya selalu membayangkan penderita kanker itu berobat sampai akhirnya meninggal. Tapi setelah saya datang ke support group, banyak sekali survivor yang sudah kembali normal dan melakukan aktivitas seperti biasa”.
Setelah Fasilitator memberikan cerita tentang penderitaan. Kemudian memberikan panduan pertanyaan sebagai berikut:
a.    Saudara-saudari yang terkasih, apa yang dialami oleh Ibu Martini?
b.    Nilai-nilai apa yang terkandung dalam cerita di atas?
c.    Apa yang bisa kita pelajari dari cerita di atas?

Fasilitator mengajak peserta untuk memasuki langkah awal.

v Langkah pertama   : Pengungkapan Praksis Faktual
· Pengantar    :
Setelah kita semua membaca dan mendengarkan cerita artikel tentang “Berani Keluar dari Penderitaan”, sekarang kita tidak akan membahas cerita itu tadi, namun kita akan bersama mencoba melihat pengalaman kita pribadi. Apakah kita juga mengalami Penderitaan. Penderitaan mesti menjadi bagian hidup orang-orang yang beriman kepada Tuhan. Tuhan juga pernah menderita demi menebus dosa manusia.

· Pengungkapan Pengalaman :
Ø  Apakah saudara-saudari pernah memiliki pengalaman menderita? Ceritakanlah pengalaman itu?
Pemaknaan:
Setiap pribadi memiliki pengalaman yang berbeda-beda, ada seseorang yang memaknai penderitaan itu sebagai sebuah beban dalam hidupnya tetapi ada juga seseorang yang memahami penderitaan itu sebuah awal untuk menuju sebuah kebahagiaan. Maka perlu disadari bahwa melalui penderitaan yang kita alami akan membuat seseorang itu menjadi lebih kuat dan mampu bertahan dalam hidupnya.

v Langkah kedua       : Refleksi kritis pengalaman factual
·      Pengantar
Dari pengalaman saudara-saudari tadi, marilah kita bersama-sama menggali perasaan-perasaan yang muncul dari pengalaman-pengalaman itu. Kita mau melihat kembali pengalaman kita pada waktu menghadapi kesulitan atau penderitaan, hal-hal apa yang sudah kita lakukan. Mari kita gali bersama-sama melihat lebih dalam lagi.

Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
·      Pendalaman pengalaman
a.   Ketika saudara-saudari sedang mendapat musibah yang membuat menderita, perasaan apa yang muncul?
b.   Ketika saudara-saudari sedang menderita, sikap apa yang anda lakukan?
c.  Apakah saudara-saudari ingat kepada Tuhan saat menghadapi suatu musibah yang membuat saudara-saudari menderita? Apa yang saudara-saudari ungkapkan kepada Tuhan?
d.   Pernahkah saudara-saudari berusaha keluar dari penderitaan yang dihadapi?
e.    Bagimana sikap saudara-saudari saat mendapat kesulitan atau penderitaan?
f.     Mengapa anda masih bertahan dalam menghadapi penderitaan tersebut?

·      Pemaknaan
          Saudara- saudari yang terkasih ketika kita sedang dalam situasi mendapat musibah yang membuat kita menderita, kita merasakan sakit hati yang begitu mendalam. Kita tidak mau menerima apa yang kita alami saat itu. Kita seringkali putus asa dan mulai menyerah saat menghadapi hal itu. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kita mengalami penderitaan dalam hidup ini. Terlebih-lebih bagi kita yang menjadi murid Yesus. Oleh karena itu, kita memerlukan sikap ketekunan untuk bersabar dalam menghadapinya, supaya mampu menjalani penderitaan dengan baik.

v Langkah Ketiga: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangaku
·      Pengantar
-     Saudara-saudari yang terkasih, sebelum kita membaca bacaan Kitab Suci dan merenungkannya, marilah kita terlebih dahulu bersama-sama mendengarkan dan menyanyikan lagu D’masiv, dengan judul lagu “Jangan Menyerah”.
-     (Fasilitator memutarkan lagu “Jangan Menyerah” dari D’Masiv)
-     Setelah itu, fasilitator mengajak peserta bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.

·      Setelah kita bersama-sama mendengarkan dan menyanyikan lagu “Jangan Menyerah”, marilah kita siapkan hati untuk mendengarkan Sabda Tuhan.
Pada kesempatan di langkah yang ketiga ini, marilah kita gali bersama-sama makna dari perikop Yakobus 5:7-11 mengenai “Bersabar dalam Penderitaan”:


Yakobus 5:7-11
“Bersabar dalam Penderitaan”
7Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. 8Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! 9Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. 10Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. 11Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
·      Pertanyaan pendalaman
a.    Menurut saudara-saudari, perikop ini berbicara tentang apa?
b.    Seandainya saudara-saudari ada didalam perikop ini, bagaimana perasaan saudara-saudari?
c.    Apa makna perikop ini bagi kehidupan saudara-saudari?

·      Penegasan dari fasilitator:

v   Langkah keempat : Interpretasi Dialektis Antara Praksis Dan Visi Peserta Dengan  Tradisi  Dan Visi Kristiani
·      Pengantar:
Setelah kita mendalami apa yang diperintahkan Yesus kepada kita, yakni tentang Tuhan yang memberikan nasehat kepada kita supaya kita tetap bersabar di dalam menghadapi segala perkara atau penderitaan di dalam hidup kita ini.
Fasilitator mengajak peserta untuk berdialog, dengan pertanyaan pendalaman   sebagai berikut:
·      Pendalaman:
a.    Pengetahuan baru apa yang anda peroleh setelah membaca perikop bacaan Yak 5:7-11?
b.    Bagaimana perasaan anda ketika berada dalam kesulitan?
c.    Apa makna perikop bacaan tersebut bagi kehidupan anda?
d. Usaha, sikap, perbuatan apa yang sebaiknya anda lakukan untuk bisa menghadapi penderitaan yang dihadapi?

·      Pemaknaan:
Jika Allah sendiri telah bersabda kepada kita umat manusia. Lalu apa tanggapan kita atas sabda-Nya. Agar apa yang telah diajarkan oleh Gereja, dan visi kristiani pertama-tama yang perlu anda lakukan adalah mencoba bersabar di dalam semua perkara hidup kita. Berusaha dan mempunyai greget untuk keluar dari sebuah penderitaan itu adalah suatu hal yang dapat mengatasi semua perkara hidup yang dialami. Hambatan yang harus kita buang jauh-jauh adalah rasa terpuruk dan tidak mau berusaha lepas dari penderitaan. Semoga saudara- saudari sungguh mendapat inspirasi dan pengetahuan baru dari perikop ini.

v  Langkah kelima: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah Di Dunia
·      Pengantar:
Setelah kita berproses dalam katekese ini, mungkin ada pengalaman atau kekuatan baru yang muncul dalam diri saudara-saudari, dan dari pengalaman yang disharingkan tadi bisa membuat kita semakin memperteguh dan memperkaya iman kita. Maka kita sebagai orang beriman tentunya memiliki sikap yang baik untuk menghadapi setiap perkara-perkara hidup atau musibah yang bisa membuat kita menderita seperti yang telah difirmankan Allah kepada kita.
Ø  Pembuatan Niat
Fasilitator membagikan kertas untuk penulisan niat-niat dan memberikan pertanyaan panduan untuk pembuatan niat.
1.    Aksi nyata apa yang saudara-saudari akan lakukan untuk mengatasi penderitaan?
2.   Niat diaplikasikan dalam bentuk doa (agar mau bersabar dalam setiap penderitaan hidup)!.
·      Pemaknaan
Saudara- saudari yang terkasih melalui sabda Allah itu kita semakin diperkuat dengan sabda-Nya yang mengajak kita untuk tetap sabar dan setia di dalam semua perkara hidup, terutama saat kita sedang menghadapi penderitaan yang bia membuat kita putus asa dan menyerah. Kita semua diharapkan agar kita semua ini mampu keluar dari penderitaan sehingga kita akan mendapat kebahagiaan dan bersatu dengan Tuhan kita Yesus Kristus.

IV. PENUTUP
a.    Peneguhan
Menjadi orang Muda kadangkala tidak ada terlihat keistimewaannya. Banyak orang muda yang tidak memperlihatkan sikap hidup yang berbeda dengan dunia, khususnya ketika menderita. Kegairahan dan semangat hidup orang Muda kadangkala tidak terlihat pada saat mereka mengalami penderitaan. Padahal sebagai pengikut Kristus seharusnya kemuliaan Tuhan terpancar dalam hidup kita dengan sendirinya. Sayangnya kadangkala perasaan-perasaan negatif yang ada di tengah penderitaan menutupi kemuliaan Tuhan. Dengan tetap memelihara dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan saja, maka orang muda akan membiarkan cahaya kemuliaan Tuhan bersinar terang dalam hidupnya. Untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, orang muda harus memiliki sikap tunduk dan takluk kepada Allah, karena sikap ini akan ‘menyingkapkan selubung’ pada mata hati manusia untuk melihat kemuliaan Allah di dalam Kristus (2 Kor 3:12-18).
Penderitaan manusia lebih dari sekedar sebagai persoalan dasar bagi hubungan personal manusia dengan Allah. Penderitaan bukan berasal dari Allah, tetapi kerap kali Allah mengizinkan hal itu terjadi supaya kita dapat memetik hikmah dari penderitaan tersebut; baik itu hikmah mengenai kekudusan, pertobatan, ataupun mengenai Allah sendiri. Jadi, daripada menangis dan mengeluh, marilah temukan apa yang hendak Tuhan ajarkan lewat penderitaan kita.  Maka dari itu walaupun hidup manusia di dunia ini penuh dengan penderitaan, perjuangan, dan kesedihan, tetapi di kota kediaman abadi, Allah menghapus segala air mata dari mata kita dan maut tidak ada lagi; tidak ada lagi perkabungan dan ratap tangis atau dukacita sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.
b.    Doa Penutup
Terimakasih ya Bapa, atas perlindungan dan kasih-Mu kami boleh berproses dalam katekese ini dan menggali pengalaman kami. Semoga kami berani megubah diri kami agar kami semakin yakin atas sabda-Mu itu .Demi Kristus pengantara kami. Amin

c.    Lagu Penutup
Hadapi Dengan Senyuman
                                                               By: ONCE
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
Bila ketetapan Tuhan
Sudah ditetapkan, tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah
Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang